Pagi ini aku hanya duduk di kasurku sambil menonton TV. Brad duduk disampingku, menyuapiku bubur. Aku sudah bilang bahwa aku bisa makan sendiri, tetapi dia memaksa menyuapiku karena dia bilang jika aku makan sendiri ketika sakit, aku tidak akan pernah memakan itu. But sadly, he's right.
"Brad, aku sudah kenyang." Aku mengeluh
"Ini suapan terakhiiiir" aku pasrah. Menghela nafas, aku memakan suapan terakhir itu.
"Done!"
"Tidaaak, ini suapan terakhir, I promise."
"What?! Kau bilang tadi itu suapan terakhir!"
"Tidaaak, aku salah bicara, ayo ini suapan terakhir." Aku melirik ke mangkuk yang dia pegang. Dan buburnya masih banyak.
"Nah, i'm full."
"Tapi kau baru makan 3 suap!" Dia mulai jengkel. Aku memasang puppy face ku. "No, don't give me that look. Kau harus makan jika mau sembuh."
"Noooooooo" aku menguburkan kepalaku dalam bantal. Aku mendengar dia menghela nafas dan suara mangkuk yang diletakkan dimeja.
"Okay, kau menang."
"YAAAASSS-" aku membuka bantal dan teriak senang, tetapi mulutku malah diisi suapan bubur oleh Brad. Did I already told you that he's such an asshole?
"Okay, itu suapan terakhirmu. Sekarang minum obat." Brad mengambilkan obatku dan air putih. Dia menyerahkannya kepadaku. Aku meminum obatnya, sedikit pahit. "Dan istirahat, aku akan membereskan ini." Brad membawa mangkuk dan gelas keluar kamarku dan menutup pintu kamarku.
IPhone ku berdering, ada panggilan masuk. Unknown Number. Who is this? Aku mengangkat panggilan itu.
"Halo? Siapa ini?" Tanyaku
"Oh hi Vanilla, or should I call you a bitch?" Terdengar suara perempuan. Oh my god, who is this? What is she want?
"W-who is this?"
"It's Gomez, darl."
"S-selena?" Aku menutup mulutku. Astaga, apa mau dia?
"Yes, who else?"
"What do y-you want?"
"Mudah, aku hanya ingin kau menjauh dari Justin."
"What?"
"Kau tuli? Aku bilang, aku ingin kau menjauh dari Justin. Jika tidak, aku akan membunuhmu. Kau mengerti?" Astaga, kenapa dia seperti ini?
"I-iya"
"Iya apa?"
"Iya, aku mengerti."
"Bagus, ingat kata-kataku, jalang."
"Y-yes."
"Good, don't tell Justin about this. Oh and by the way, Justin is sleeping with me right now, last night was amazing in bed." Dia berbisik dan dia tertawa pelan di akhir katanya. Aku langsung mengakhiri sambungan telephone. He's sleeping with Selena? Haruskah aku menjauh dari Justin? Haruskah sekarang? Ya, aku harus. Lagi pula, hubungan kami hanya pura-pura, palsu. Aku terlalu terbawa suasana sehingga menganggap bahwa ini nyata. All of we do together, it's too good to be true.
Pintu kamarku terbuka, Brad masuk dan menutup pintu. Dia berbalik menghadapku dan raut wajahnya berubah.
"Vanilla? Ada apa?" Dia berjalan kearahku dan duduk disebelahku. "Kenapa kau menangis?" Dia mengusap pipiku yang basah dengan ibu jarinya. Aku menangis? Aku tidak tahu kapan aku menangis.
"I don't know, why am I crying?"
"Vanilla-"
"I should go away from him, far away."
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...