Breath, Vanilla.
No, there's no oxygen.
I can't breath.
Apakah ini nyata? Apakah ini benar-benar terjadi? Apa yang harus ku jawab?
"Vanilla?"
Aku harus menolaknya atau menerimanya? Jika aku menerimanya, aku akan semakin dekat dengan Justin, kan? Apa ancaman Selena benar-benar serius? Dia tidak mungkin akan membunuhku, kan? Astaga, aku bahkan keringat dingin!
"Yes, Justin, I will." Aku mengangguk dan tersenyum. Dia tersenyum lebar, menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih. Lalu dia menarikku mendekat dengannya dan menciumku. Aku mengalungkan lenganku dilehernya dan tangannya mendorong kepalaku, memperdalam ciuman kami. Kami tersenyum di sela-sela ciuman kami.
***
Justin Bieber's POV
Aku tahu dia akan mengakhiri hubungan palsu ini, karena Brad yang memberitahuku. Tapi, Brad bilang she's still love me. And I don't know what should I do. And he's also said make it to the real relationship. So...
Aku menuruti perkataan Brad, karena dia sakit. Aku senang jika membuat orang lain senang. Brad senang jika Vanilla bahagia, dan aku ingin membantunya agar semuanya bahagia. Pernahkah kau merasakan perasaan ketika kau membahagiakan orang lain? Tentunya kau merasakan kebahagiaan itu juga kan?
But, there's another feeling. Selain ingin membantu Brad membahagiakan Vanilla, aku juga membantu perasaanku sendiri. I already admit it that I liked her. I don't know since when. But I liked the feeling when there's butterflies on my stomach and my heartbeat going faster when I'm with her, aku menyukai senyumannya, tawanya, tingkahnya, every inch of her body, I liked her.
"Oh, would you come with me to my friend's party?" Aku teringat temanku Lil Za mengadakan sebuah party.
"What kind of party?"
"I don't know, tapi dia bilang kita harus memakai kostum. Entahlah party semacam apa yang diadakan bukan hari Halloween tetapi harus memakai kostum. Mungkin dia ingin mengadakan party yang berbeda."
"Okay, aku mau ikut. Tapi dengan satu syarat."
"Apa?"
"Aku mungkin tidak kenal banyak orang disana, jadi kau harus tetap dekat denganku. Aku tidak memaksa mu dekat denganku, tapi ya...'
"Kau akan kenal dengan mereka, mereka semua orangnya ramah. Tetapi aku akan tetap dekat denganmu"
"Promise?"
"Promise. Karena sekarang sudah jam 2 PM, aku akan pulang dan bersiap-siap. Aku akan menjemputmu jam 6:30 PM, okay?"
"Okay."
****
Sudah jam 6:24 PM. Aku menjalankan mobilku kerumah Vanilla. Aku memakai kostum bajak laut, tetapi aku tidak mengenakan menutup mata satu. It's annoying. Sesampainya didepan rumah Vanilla, aku membunyikan klakson mobilku agar dia tahu aku sudah sampai. Aku keluar dari mobil dan menyender pada mobilku, menunggu Vanilla.
Tidak lama, Vanilla keluar dengan kostum pemadam kebakaran. Oh my god, she's sexy as fuck in that costume. Topi pemadam kebakaran membuatnya terlihat sangat lucu. Senyumnya mengembang di wajahnya. Warna merah terlihat hot untuknya. Look at her boobs, oh my god. I just wanted to fuck her right now.
"Uh, why are you looking at me like that?" Tanya Vanilla ketika dia berada dihadapanku.
"Nope, c'mon" aku membukakan pintu untuk Vanilla dan dia masuk. Aku mengitari mobil dan duduk di kursi pengemudi. Lalu menjalankan mobil ke rumah Lil Za.
KAMU SEDANG MEMBACA
Does He Love Me?
FanfictionJustin tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk meng-kontrol emosinya. Dia melampiaskan emosinya dengan mencium gadis yang sebelumnya nerdy tampak memukau saat prom night. Vanilla dan Justin menjalin hubungan palsu untuk mempertahankan reputasi J...