chapter 13

2.6K 432 144
                                    

" laira ?! "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


" laira ?! "

" Kau tengok apa Aria? " Soal Adrian sedikit berbisik. Mungkin dia perasan akan riak wajahku yang berubah.

" Tu Laira Wahidah kan? " Aku menyoal sambil mengarahkan mataku kepada gadis itu.

" Yep, yang kau siram haritu " balas adrian lalu bersandar pada kerusinya.

" Apa dia buat dekat sini " afiya menyoal. Riak wajahnya berubah kelat.

" Laira wahidah, mak ayah dia dengan dato amir ada macam kaitan sikit even dia tu takdelah kaya mana, tak silap aku ayah dia dengan dato amir berkawan sejak zaman sekolah " jelas Adrian. Aku mengangguk faham.

" Kejap lagi mesti dia pergi sini " ujar Afiq sinis.

" Kenapa? "

" Nak jumpa crush la " jawab Adrian lalu menjeling ke arah Aryan yang buat tidak tahu.

" Asal jelling-jeling, nak aku cucuk ke mata kau tu " balas Aryan kasar. Adrian ketawa kecil.

Aryan mengeluh sebelum berdiri.

" Eh nak pergi mana? " Adrian menyoal.

" Nak pergi tandas, asal? Nak ikut? "

" Nak "

" Takpayah " jawab Aryan sebelum melangkah pergi.

Aku memandang kepergianya sebelum menoleh ke depan semula.

" Ar, kau taknak buat drama ke? " Aku memandang ke arah afiya yang tersenyum nakal.

" What's on your mind Afiya? " Soalku mendatar. Tidak berminat sebenarnya.

Afiya berdiri sebelum duduk di sebelah aku.

" Kau taknak ke kacau Laira tu ? "

" Macam mana "

Afiya tersenyum sebelum mengutarakan rancanganya dengan teliti. Arif, Adrian, Adriana dan Anis turut mendengar.

Aku tersenyum kecil mendengar rancanganya. Kepala aku angguk setuju. Dah lama aku tak buat benda macam ni.

Aryan keluar dari tandas. Tisu di tangan dia buang ke dalam tong sampah berhampiran.

" Aryan " dia menoleh. Seorang perempuan berpakaian sedikit menjolok mata berjalan mendekatinya. Kening sebelah dia angkat.b

" Apa? " Soal Aryan dingin. Wajah Laira tidak dipandang langsung. Laira mengetap bibir.

" Kenapa Aria yang jadi partner you? Kenapa bukan I? Dulu kalau majlis macamni mesti I yang akan jadi partner you " Laira mengeluh manja. Aku yang mendengar dari jauh mula geli tekak.

" Mana aku tau, mama yang urus semua tu " balas Aryan sebelum ingin melangkah pergi. Namun belum sempat dia pergi, tangan kananya dipaut oleh Laira. Aku tersenyum sinis sebelum melangkah ke arah mereka. Afiya dan yang lain sekadar memandang dari jauh.

" Temanlah I kejap... "

" Sayang... You buat apa ni " ujar aku sebelum menarik tangan Aryan dari pautan Laira. Wajah Aryan aku pandang, jelas dia terkejut namun cuba ditutup riak wajahnya.

" S..sayang? " Soal Laira. Riak wajahnya berubah.

" Er sorry, kau laira kan? Yang aku simbah haritu? "

Dia tersentak mendengar soalanku. Aku tersenyum manis.

" Maaf lah ye, mula dari sekarang Aryan ni aku punya, so kau boleh cari lelaki lain " ujarku sebelum tersenyum sinis. Laira mendengus kasar sebelum melangkah pergi meninggalkan aku dan Aryan.

Setelah dia sudah jauh, cepat-cepat aku melepaskan peganganku dari Aryan.

" Siapa ajar kau buat macamtu? " Soal Aryan dingin. Aku menelan air liur, marah ke?

" Tak ada siapa ajar " balas ku sebelum ingin melangkah pergi.

Zap.

Aryan menarik tanganku. Aku terkedu.

" Sayang nak pergi mana hm? " Aryan menyoal lembut. Aku tidak menjawab. Entah kenapa lidah aku seakan kelu, langsung tidak boleh menjawab.

Sedetik kemudian, aku mendengar suara gelakan kecil dari Aryan.

" Lain kali jangan nak sayang sayang dengan aku kalau aku balas balik dah blushing sampai macamtu " ujarnya sebelum meninggalkan aku dan melangkah ke arah meja. Aku berdehem sebentar sebelum kaki aku langkah menuju ke arah yang sama dengan dia.

Stupid Aria, kau tengok sekarang diri kau sendiri yang malu.

Dari satu sudut lain, sepasang suami isteri memandang kejadian itu dengan pandangan tajam.

" I'm afraid that your son will be the one who fall in love first darlin "

Datin amira terdiam.

" I'll never let that happens "



Aryan, Arif dan Afiq melangkah masuk ke dalam pejabat Dato Amir yang berada di dalam rumah. Dato Amir menyedari kedatangan mereka lalu memandang ke isterinya. Memberi isyarat untuk mula bercakap.

" Kenapa panggil kami mama? " Soal Arif berani.

Datin Amira tersenyum manis sebelum menunjuk ke arah kerusi empuk di bilik itu untuk mempersilakan anak-anaknya duduk. 3 orang itu hanya menurut.

" So macam mana? Dah dapat buat dorang jatuh cinta ke belum? " Soal Datin amira lalu duduk berhadapan dengan mereka bertiga.

" Belum " balas Afiq perlahan.

" Papa nak pesan sikit ni " dato' amir bangun dari duduk sebelum mula melangkah.

" Kamu kena ingat, aku yang kutip kamu dulu " dato' amir bercakap dalam nada dingin. Dia kini berhadapan dengan sebuah almari kaca, di mana beberapa senapang diletakkan. Dato amir minat mengumpul koleksi senapang. Thompson, HK416, Kalashnikov AK-47 semua dia ada.

" Jadi kamu kena dengar cakap aku " senapang Thompson dia keluarkan.

" Kalau tidak.. " Thompson dihalakan pada mereka bertiga.

" Bang.. bang.. bang.. " ujar dato' amir perlahan.

Aryan, Afiq dan Arif menelan air liur. Tangan sudah berpeluh, menggigil, takut.

" Faham? " Soal dato' amir.

" Faham, papa " balas mereka bertiga serentak. Datin Amira tersenyum sinis.


" So make them fall in love with you but don't and never think of fall in love with them "

" So make them fall in love with you but don't and never think of fall in love with them "

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Serious lah korang tak ingat siapa laira? Chapter sebelum ni dira dah bagitau lah.

*Kerai in pain

Violette High : Class Of LiesWhere stories live. Discover now