PART 6

7.1K 1K 606
                                    

Hallo semua ...🥳🥳🥳

Udah part 6, yang belum follow akun ini bisa difollow terlebih dahulu, biar afdhol hehe.

Yuk kita baca ceritanya🤗

***

(Revisi setelah end)

Ayda masih terdiam di depan pintu kamar. Dia tidak begitu menggubris apa yang dia dengar barusan. Namun kalimat-kalimat tuduhan Raya semakin tidak enak didengar. Ayda pun langsung masuk, melihat kepada Raya, Inces juga Irma yang di tangannya sedang memegangi tumpukan pakaian. “Lo bilang apa tadi? Lo kira gue maling ha!?” serga Ayda tanpa ba-bi-bu.

“Kalau bukan lo siapa lagi?” Raya tidak mau kalah. Keduanya memang sama-sama keras kepala.

Inces mendekat kepada Ayda. Irma juga begitu terhadap Raya. “Udah-udah! Ini bisa kita selesain baik-baik kok.”

“Halah, maling mah tetep aja maling. Mana ada maling yang ngaku.” Raya memang pendiam, namun jika ada yang membuatnya tidak nyaman dia tidak segan-segan bersikap brutal.

Ayda semakin tidak terima diperlakukan demikian. Hampir saja dia maju kemudian menjambak jilbab Raya. Namun cepat-cepat Inces dan Irma melerai. 

“Udah! Udah! Aku mohon udah!” Irma berdiri di tengah-tengah keduanya. “Lagian ini uang aku yang hilang. Coba bantu aku, kita cari sekali lagi.”

Suasana mendadak hening. Irma memang yang paling berpikiran tenang di antara mereka semua. Amarah Ayda dan Raya mereda sejenak, menunggu hasil. Irma kembali membolak-balik pakaiannya di dalam lemari. Tidak cukup begitu, dia mengeluarkan satu-satu biar bisa dibantu periksa oleh yang lain. 

“Haaa kan. Aku yang salah simpen. Beneran ada.” Irma mengambil dompetnya yang terselip di saku rok.

Ayda dan Inces tersenyum lega. Adapun Raya merasa bersalah karena sudah menuduh Ayda. Dengan jiwa bertanggung jawab dia mendekat kepada Ayda. “Aku minta maaf.” Satu tangannya menjulur kepada Ayda.

Ayda menyambut jabatan tangan itu. Tidak cukup sampai di situ, dia juga memeluk teman barunya itu. “Aku juga minta maaf.”

“Yeaaay … cieee baikan.” Inces dan Irma bergabung bersama Ayda dan Raya. Keempatnya berpelukan erat. “Kita sekarang saudara ya. Jangan bertengkar lagi,” ucap Inces. Pelukan erat keempatnya seolah mengiyakan kalimat Inces barusan.

***

Para santri telah melaksanakan salat asar secara berjamaah. Ayda, Inces, Raya dan Irma duduk berdekatan di saf belakang.

“Habis ini kita ngapain lagi?” tanya Ayda dengan nada berbisik kepada tiga temannya.

“Menghafal, dilanjutkan zikir petang,” jawab Inces.

Irma yang ada di sebelah Ayda menengok, “Kita jangan dulu ikut kegiatan sore ini ya. Aku diamanahin Ustaz Adnan temenin kamu buat beli perlengkapan.”

“Wah ikut dong.” Inces yang mendengar itu justru yang sumringah. “Atau gak aku nitip apa gitu.”

“Gak usah ikut. Lagian juga nanti malam ada kajian, kita gak bisa lama-lama. Kamu ama Raya tinggal aja.” 

“Iya deh kalau gitu.” Inces hanya bisa pasrah.

Irma pun keluar dari masjid kemudian disusul Ayda. Mereka hendak pergi ke depan pesantren. Di sana banyak toko-toko yang berjejeran.

***

Setelah berganti pakaian, keduanya berjalan kaki menuju pintu gerbang. Suasana pesantren sedang sepi. Para santri semuanya di masjid.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang