PART 14

5.4K 872 581
                                    

Halloooo ........
Apa kabar nih?

Jangan lupa follow, vote dan comment ya.

Yuk baca kelanjutan ceritanya.🥳

***

(Revisi setelah end)

Ustaz Adnan masuk kembali ke dalam rumah. Inces juga kembali, mencari ulang Ayda dan Raya di sekitaran pesantren untuk yang ke tiga kalinya, sesuai perintah Ustaz Adnan.

Tidak lama Adnan keluar lagi dari dalam rumah dengan penampilan berbeda. Sekarang dia menggunakan celana panjang, dengan hoodie hitam yang menempel di tubuh. Membuka mobil yang terparkir di samping rumah dan bergegas keluar dari wilayah pesantren.

Adnan menyisiri jalanan ke arah timur jika dari pesantren. Melihat kiri kanan jalan berharap mendapati sosok dua santri yang sedang dicarinya itu. Lima belas menit berlalu. Adnan tidak berhenti. Kecepatan mulai dia naikkan. Lebih laju. Dia bergerak menuju pasar tradisional yang jaraknya tidak jauh lagi.

Adnan tiba. Berjalan memutar keliling pasar dengan kecepatan rendah. Banyak orang lalu lalang. Matanya tidak berhenti memperhatikan sekitar. Tidak lama berkeliling, matanya menangkap beberapa orang mencurigakan di ujung gang.

Dengan sedikit menyipitkan mata Adnan memastikan yang dia lihat. Lampu jalan di ujung sana remang, tidak begitu jelas siapa di sana. Tiba-tiba matanya tertuju ke dua orang berjilbab yang sedang dikerumuni lima orang. Adnan segera mematikan mesin dan keluar dari mobil secepatnya. Berlari menuju kerumunan itu.

"Apa-apan ini!?" Adnan berdiri menghalangi Jordan yang hendak menyentuh Ayda. Ayda sudah terduduk lemas di tanah. Bajunya kotor. Pada sudut bibirnya mengalir darah segar. Ayda sudah tidak mampu lagi melawan. Ayda cukup tangguh, bertahan lebih dari dua puluh menit melawan sendiri tiga orang yang menyerangnya. Raya berjongkok memapah Ayda yang sudah lemah.

"Emang lo siapa, Hah!? Berani-beraninya halangin gue. Minggir! Ini bukan urusan lo!" Telunjuk Jordan mengarah kepada Adnan yang kini jadi benteng untuk Ayda. "Eh, kita sepertinya pernah ketemu deh sebelumnya." Jordan tersenyum sinis.

"Gue calon suaminya!" timpal Adnan serius.

***

Ayda kaget dengan apa yang barusan ia dengar keluar dari mulut Adnan, yang notabenennya adalah ustaznya di pesantren.

Jordan makin terkekeh kemudian maju selangkah lebih dekat kepada Adnan dan membisikkan sesuatu. "Hey, Bro! Gue mau bilang sesuatu. Calon bini lo ini lebih doyan posisi di atas." Jordan tertawa terbahak-bahak.

Belum selesai dari tawanya, sebuah tinju keras sudah menempel di pelipisnya. Jordan terpukul mundur. Berselang beberapa detik dia segera memperbaiki kuda-kudanya lagi. Tubuh Jordan yang lebih kekar dan sudah terlatih, menganggap remeh pukulan Adnan tadi.

Jordan lagi-lagi terkekeh. "Oke lah kalau lo mau main-main. Kita duel. One by one," ucap Jordan sambil menggerakkan ujung ibu jarinya membentuk garis pada lehernya sendiri. Gerakan mengancam.

Adnan tidak terlihat takut sama sekali. Menarik sedikit ke atas lengan sweater-nya hingga siku kemudian mengambil kuda-kuda. Siap melepaskan pukulan.

***

Meskipun sudah terkena pukulan, Jordan masih saja terkekeh. Apalagi melihat Adnan di hadapannya yang sudah bersiap dengan kuda-kudanya.

Belum juga habis suara tawa sinis Jordan, dia sudah melompat persis di depan Adnan untuk menyerang. Dengan gesit Adnan menghindar. Kemudian mengarahkan tinju kerasnya kepada Jordan. Jordan juga dengan lincah menghindar. Ternyata gerakan Adnan tadi adalah sebuah gerakan tipuan. Satu kakinya sudah terarah sempurna ke batang leher Jordan. Jordan terjatuh untuk ke dua kalinya.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang