PART 16

5.7K 879 623
                                    

Hallooo ...
Apa kabar hari ini?
Semoga baik-baik aja ya.🥳

Gak kerasa kita udah ada di pertengahan cerita. Terima kasih udah ngikutin jalan ceritanya. Jangan lupa follow akun author ya. Comment juga di ceritanya.

Yuk dibaca ...

***

(Revisi setelah end)

Sepulang dari masjid setelah salat subuh Adnan menghampiri uminya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. "Umi udah salat?" tanya Adnan sebagai basa-basi.

"Udah. Tumben langsung pulang, Nak," jawab Nyai Muniroh tanpa menengok kepada anaknya itu. Keran air ia matikan setelah mencuci beras.

"Aku kangen umi hehe."

"Pasti ada maunya."

"Umi, ada waktu bentar gak? Aku mau bicara."

"Ya udah tinggal bicara nak."

"Aku pengen bicara serius, Umi. Penting."

Nyai Muniroh hanya geleng-geleng. Kemudian mencuci tangannya dan duduk di samping Adnan. "Kamu mau ngomong soal apa?"

"Soal perjodohan aku dengan Zahroh Umi."

"Kamu udah gak sabar ya nak? Tunggu sampe Zahroh selesai pengabdiannya dulu. Kan begitu permintannya. Sabar dulu ya nak ya. Gak lama lagi kok." Sambil menatap anaknya tulus, Nyai mengusap pundak Adnan.

"Bukan gitu umi."

"Terus apa?"

"Aku ingin perjodohan ini dibatalin, Mi." Adnan tertunduk. Dia sudah bisa menebak bagaimana respon uminya setelahnya.

"Ha? Dibatalin? Nak, nama baik keluarga kita akan terceroreng kalau kamu batalin. Setelah semuanya diurus dan udah sepakat antara kedua keluarga baru kamu dengan mudahnya bilang batal. Kamu gak sayang abi kamu, Nak?"

"Tapi aku gak punya perasaan ke Zahroh, Umi." Adnan mencoba meyakinkan uminya yang telah terlanjur kesal.

"Cinta itu akan tumbuh kalau udah nikah nak. Kamu tinggal jalanin aja. Kamu bisa coba pelan-pelan dari sekarang untuk bisa menerima Zahroh. Kurangnya dia apa? Udah cantik, pintar, bisa masak. Bukan hanya itu, dia juga penghafal Al-qur'an. Agama anak-anak kamu pasti terjaga kalau nikah dengan Zahroh."

Sebelum menjawab, Adnan diam sesaat. Berharap kali ini uminya mau mengalah. "Aku ... aku udah jatuh cinta ke wanita lain umi."

"Ha? Siapa? Umi gak salah dengar?" Nada suara Nyai Muniroh mulai naik beberapa oktaf.

"Ayda, Umi. Sebenarnya beberapa hari lalu aku ingin kenalin langsung ke Umi. Tapi gak jadi."

"Ayda? Santri baru yang asal-usulnya itu kamu gak tau? Nak, buka mata kamu. Zahroh itu lebih pantas buat kamu. Kurangnya apa?"

"Tapi aku gak bisa Umi."

"Ada apa ini ribut-ribut. Masih pagi juga." Dari pintu samping muncul Kiyai Luthfi.

"Nih si Adnan. Setelah semua diurus, dia malah mau ngebatalin perjodohannya dengan Zahroh hanya karena santri baru yang namanya Ayda itu."

"Benar begitu, Adnan?"

Adnan hanya mengangguk.

"Kamu sudah salat istikhoroh?"

Adnan mengangguk untuk kedua kalinya.

"Abi dukung pilihan kamu apa pun itu. Tapi ingat, kamu harus bertanggung jawab dan perbaiki semuanya." Kiyai Luthfi tersenyum. Adapun Nyai Muniroh mendengus kesal karena suaminya lebih membela anaknya itu. Padahal itu jelas akan menjadi alasan kerenggengan keluarga mereka dengan keluarga Zahroh.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang