PART 29

8.5K 830 132
                                    

Hallo semua ...
Hehe lama gak update.
Ini part terakhir dari versi Wattpad di cerita ini ya. Untuk versi novel tentunya akan ada kelanjutannya dan akan ada hal-hal tambahan lainnya.

Selamat membaca.🥳
Jangan lupa follow dan vote ya.

***

(Revisi setelah end)

Lima tahun kemudian

“Hallo Inces, kamu di mana?” Suara Ayda terdengar melawan bising di sekitarnya. bandara Soekarno-Hatta cukup ramai.

Dari ruang penjemputan terlihat sosok yang dicari. Inces melambai-lambai. “Ayda … Ayda.”

Kedua sahabat yang terpisah itu pun bersua. Berpelukan melepas rindu. “Aaaa … aku kangen kamu, Ayda.” Inces tidak bisa menahan air matanya. Ayda yang ia temui pertama kali dan Ayda yang versi sekarang benar-benar sangat jauh berbeda.

“Aku juga kangen kamu, Nces.” Ayda memeluk Inces tidak kalah erat.

Setelah kelulusan mereka, Ayda memutuskan untuk mencoba-coba link beasiswa kuliah ke luar negeri. Salah satu yang ia coba adalah ke negara Turki. Dan alhamdulillahnya beberapa bulan berikutnya ia mendapat surat panggilan. Ayda berhasil menyelesaikan S1-nya di sana.

“Kamu apa kabar?” Wajah sumringah Inces tidak bisa bohong. Hari ini ia benar-benar bahagia.

“Baik, Nces. Nih makin berisi.” Ayda memegang pipinya dari balik cadar yang ia kenakan. “Kamu apa kabar? Yang lain gimana? Irma sama Raya masih ada komunikasi kan?”

“Baik alhamdulillah. Masih dong, masih sering tukaran kabar. Irma udah menikah. Sekarang selain jadi istri dan seorang ibu, dia juga mengajar di pesantren abahnya. Kalau Raya, masya Allah banget. Dia sudah sukses dengan bisnis hijabnya. Hampir di setiap kota ada toko cabangnya. Keren.” Masih sama seperti dulu. Inces sangat jago untuk menjelaskan dan berapi-api. “Hmm coba tebak, Irma menikah ama siapa?”

“Masya Allah, kalian udah pada berhasil. Irma emang nikah ama siapa?”

“Sama zaki. Ingat kan? Santri putra yang dulu kena kasus ama Irma.”

“Waaah. Jodoh emang gak ada yang tau ya.” Ayda terpukau. Allah selalu punya kejutan tak terduga. Tidak ada yang bisa menebak.

“Ayok ayda. Aku markir mobil di sana. Di mobil kita lanjut obrolannya hehe. Takut telat.” Inces menggandeng Ayda menuju parkiran. Inces setelah lulus ia tidak ke mana-mana. Ia mengabdikan diri di Pesantren Nurul Ilmi.

Keduanya mengobrol ringan. Mobil pesantren yang sudah berumur itu keluar dari Kawasan bandara.

“Kamu kenapa, Nces? Hati-hati ih. Lihat jalan.” Ayda tersenyum. Inces mencuri-curi pandang. Menatap kagum kepada sosok perempuan bercadar di sampingnya. Angin dari luar jendela meniup-niup memberikan kesejukan.

“Hehe gak apa-apa. Aku semakin kagum ke kamu. Kamu selama di Turki gimana?”

“Alhamdulillah. Allah terlalu baik.” Ayda melempar pandangan keluar jendela sebentar. Balutan jilbab hitamnya bergerak ditiup-tiup angin. Jalanan ini punya banyak cerita. Sebentar lagi mereka tiba. Ia kemudian bercerita hal apa saja yang ia temui selama di Turki. Perjalanan cukup singkat untuk menampung semuanya. Pintu gerbang Pesantren Nurul Ilmi terlihat di depan. Masih kokoh seperti dulu. Hanya catnya saja yang diperbaharui.

***

"Gimana materi hari ini Ayda, sudah siap?" tanya Inces setelah masuk ke wilayah pesantren. Hari ini ada acara haflatu takharuj yang di gelar di Pesantren Nurul Ilmi, pesantren yang makin hari makin maju dan berkembang pesat. Ayda diundang sebagai salah satu pembicara pada acara tersebut. Sesuai permintaan Ayda, setibanya di Indonesia dia akan langsung ke acara tersebut. Dia benar-benar rindu dengan pesantren yang sudah ia anggap rumah tersebut. Selain pesantren ini, Ayda tidak tahu akan pulang ke mana.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang