PART 27

5.6K 810 52
                                    

Oke kita langsung lanjut.
Eh tapi pastikan buat vote, comment dan follow ya.🥳🥳🥳

***

(Revisi setelah end)

Setelah urusan Zahroh selesai, pihak idaroh memanggil Zakiyah dan Irma untuk disidang dan diberi hukuman. Keduanya tidak dikeluarkan. Mereka diberi kesempatan untuk memperbaiki semuanya.

"Zakiyah, Irma. Kalian sudah tahu kan kesalahan kalian apa?" ucap Ustazah Farida.

"Sudah Ustazah. Kami siap diberi hukuman," jawab Irma dan Zakiyah nyaris bersamaan. Meskipun akan dihukum, tapi ada perasaan lega di dada keduanya karena sudah berani untuk jujur dan mengakui kesalahan.

"Baiklah kalau begitu. Yang pertama, kalian harus minta maaf kepada Ayda. Setelah itu salat taubat, minta ampun sama Allah atas kesalahan kalian dan berjanji untuk tidak mengulangi lagi. Jika sudah, tugas kalian berikutnya adalah bersihkan WC dan halaman pesantren. Ini berlaku selama sepekan."

"Sami'na wa ato'na, Ustazah."

"Bagus. Ini, silakan tanda tangan di sini. Jika kalian melakukan pelanggaran lagi, kalian akan mendapat sanksi lebih berat atau bisa dikeluarkan." Ustazah menyodorkan sebuah kertas berisi surat perjanjian untuk tidak melakukan pelanggaran lagi. Zakiyah dan Irma menyambut kertas tersebut. Kemudian membubuhkan tanda tangan mereka pada kolom yang disediakan.

"Kalian boleh keluar. Akan ada mudabbiroh lain yang akan mengontrol tugas kalian." Ustazah Farida mengakhiri pertemuan mereka.

"Syukron Ustazah. Kami pamit. Assalamu'alaikum." Balas Zakiyah.

"Wa'alaikum salam."

Keduannya pun keluar ruangan. Tugas pertama mereka adalah mendatangi Ayda dan meminta maaf. Meskipun sudah meminta maaf sebelumnya, namun mereka melakukannya lagi atas perintah ustazah. Dan tentu saja Ayda dengan besar hati memaafkan mereka. Dada Ayda benar-benar lapang.

***

Tiga hari berlalu, pesantren Nurul Ilmi kembali kondusif seperti biasa. Proses belajar mengajar juga kegiatan santri lainnya berjalan lancar. Zahroh sudah tidak lagi di pesantren ini. Ia sekarang ditugaskan abinya menjadi musyrifah sakan (penanggung jawab asrama) di pesantren abinya, Kiyai Hasyim. Beliau berharap Zahroh akan semakin dewasa jika diberi tanggung jawab seperti itu.

Dana untuk acara haflatu takharuj sudah kembali. Para mudabbiroh dan pengurus acara sibuk mempersiapkan segala keperluan. Tinggal beberapa hari lagi acara kelulusan santri semester akhir akan diadakan. Zakiyah sebagai ketua terlihat sibuk mengontrol anggotanya. Menunjuk sana dan sini, ini dan itu untuk dipindahkan atau dibersihkan. Sesekali ia juga turun tangan membantu. Ayda juga begitu, sebagai penanggung jawab keuangan, ia tidak pikir panjang jika harus mengeluarkan dana untuk konsumsi panitia yang sudah berkontribusi. Jajanan ringan ia beli di warung-warung dekat pesantren untuk mereka cicipi bersama setiap habis berberes. Disela-sela itu mereka selipi dengan candaan-candaan ringan yang semakin menambah keakraban antara mereka. Inces, Irma juga ada di sana. Bahkan Raya kini ikut andil dalam kepanitiaan meskipun secara resmi namanya tidak tercatat, karena sejak awal ia menolak jadi panitia.

"Eh kakak-kakak mudabbiroh kami nih santri sebenarnya mau mengeluh," ucap inces sambil melap mulutnya yang berminyak karena habis makan gorengan. Para mudabbirroh dan panitia sedang istirahat sambil mencicipi jajanan yang tadi dibeli Ayda.

"Keluhan apa, Nces?" Zakiyah si ketua panitia menyahut. Ada sekitar lima orang mudabbiroh yang ada di sana.

"Tapi lebih tepatnya sih ini untuk qismu sihhah (pengurus kesehatan santri)." Lanjut Inces.

Laela yang bertanggung jawab dibidang itu menyahut. "Iya. Ada apa?"

"Kalau santri sakit, kalau bisa jangan dikasih paracetamol mulu ya. Sekali-kali izinin pulang kek. Pasti auto sembuh tuh. Haha," canda Inces.

Semua yang ada di situ ikut teratwa. Ucapan Inces itu memang ada benarnya.

Santri yang lain juga menyahut. "Sama ini kak. Buat qismu aman (bagian keamanan) kalau bisa belikan santri gembok. Sandalnya suka jalan sendiri."

Semua lantas kembali tertawa. Sandal hilang atau ketukar itu sudah jadi hal lumrah di pesantren. Inces yang paling besar tertawanya, "Itu si Ayda pernah jadi korban. Sandalnya pulang duluan."

Ayda pun ikut tertawa. Hangat keluarga, rasa nyaman di pesantren kembali ia rasakan. Cobaan sebelumnya telah membawanya menjadi pribadi yang lebih baik. Dan memperkenalkannya dengan semakin banyak teman. Mereka terus bercanda dengan guyonan-guyonan ala santri. Para mudabbiroh juga ikut bercanda, mempertanyakan kenapa ya ketika jadi santri kita bisa tidur di mana saja dan dengan posisi apa saja. Ujian besar para mudabbiroh adalah mengontrol pengajian subuh agar tidak ada yang tertidur. Namun lagi-lagi tetap ada saja yang tertidur. Bahkan sudah dihukum berdiri pun ia masih bisa sambil tidur. Begitulah santri. Momen dan kejadian seperti itu sepertinya hanya dilihat di lingkungan pesantren. Dan jelas tidak terlupakan.

Setelah beristirahat dan mengobrol ria, mereka kembali melanjutkan tugas mereka. Panggung utama sudah berdiri dengan megah. Banyak hiasan yang menempel di dinding. Tema yang diangkat kali ini adalah suasana khas pesantren. Makanya banyak hiasan yang berkaitan erat dengan pesantren. Ada gambar sarung, ikon sendal jepit, kopiah, Alqur'an, juga quotes-quotes berbahasa arab yang ditulis menggunakan kaligrafi. Di atas panggung utama tertera tulisan besar berwarna hijau PONDOK PESANTREN NURUL ILMI. Semua beres. Para panitia bernapas lega sekaligus mengucap syukur. Apalagi panggung utama kali ini terlihat begitu megah dibanding acara-acara haflatu takharuj sebelumnya.

Inces, Irma, Raya dan Ayda menatap panggung dengan mata berbinar. Satu semester lagi mereka yang akan berdiri di panggung utama sebagai wisudawan. Yang jelas jika seperti itu mereka ada dua pilihan berikutnya, meninggalkan pesantren atau lanjut mengabdi untuk pesantren.

"Sebentar lagi kita yang akan ada di sana," seru Irma.

"Iya. Aku pasti bakal senang banget kalau sampai di hari itu. Tapi aku juga sedih. Sedih kalau bakal berpisah dengan kalian." Inces merangkul tiga temannya.

Mereka terdiam. Menikmati hangat kebersamaan itu.

"Kita akan jadi keluarga selamanya," ucap Raya. Pelukannya yang paling erat. Meskipun keluarganya berantakan, tapi di sini dia punya sahabat yang selalu ada.

"Harus." Mereka kembali berpelukan.

***

Apa sih arti keluarga bagi kalian?

Chuss ke part berikutnya ...🥳

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang