PART 11

6.1K 896 590
                                    

Halloooooo ......
Apa kabar?

Btw minal aidin wal faizin.🙏🤗

Baca part ini disarankan sambil denger lagu mellow ya hehe.

Kenapa?
Yuk dibaca.🥳

***

(Revisi setelah end)

Satu pekan berlalu setelah malam kerasukan Inces. Semua berjalan seperti biasa. Ayda mulai terbiasa dengan suasana di pesantren. Juga terbiasa dengan semua jadwal yang ada. Mulai dari jadwal bangun tidur yang cepat, salat, tadarrusan, kajian, dan belajar di kelas. Semua berputar sesuai jadwal.

Ayda sedang duduk melipat pakaiannya di dalam kamar. Semua santri dibiasakan untuk melakukan semua urusan pribadi secara mandiri. Meskipun Ayda sendiri sebenarnya sudah terbiasa sejak lama. Inces datang dari arah pintu bersamaan dengan Raya. Di tangan masing-masing memegang gayung berisi peralatan mandi.

"Irma mana?" tanya Inces kepada Ayda yang sedang mengkhayal.

"A-apa? Irma? Aku gak tau," jawab Ayda gelagapan.

"Perasaan sejak ba'da salat asar tadi dia gak kelihatan deh. Padahal kita lagi gak ada jadwal kan." Inces meletakkan gayung di tangannya, di sudut kamar di samping lemari. Raya juga begitu.

"Lagi disuruh ustazah kali," sahut Raya.

Tidak lama muncul Irma dari balik pintu dengan raut muka yang kusut.

"Kamu kenapa?" Inces menatap Irma penasaran.

"Aaa ... keseel." Irma tersungut-sungut tidak jelas. Dia berbaring di samping Ayda dengan posisi tengkurap.

"Ada apa sih?" Ayda ikut bertanya.

"Ini lho." Satu tangan Irma mengangkat sebuah kertas yang sejak tadi tersembunyi di balik jilbabnya. "Aku belum hafal pidato aku. Besok kan tugas aku mewakili kamar kita."

Inces tersenyum di depan cermin. Dia sedang sibuk menggunakan bedak untuk wajahnya. "Wah iya ya. Aku juga sampe lupa kalau besok udah jadwal ijtima' usbu'i."

"Itu apa?" Kalimat barusan terdengar asing bagi Ayda.

Setelah memoles wajahnya dengan bedak seadanya, Inces ikut duduk di dekat Ayda. Sekarang giliran Raya yang berdiri menghadap cermin. "Jadi gini, ijtima' usbu'i itu artinya rapat pekanan. Seluruh santri dan mudabbiroh akan berkumpul bersama di qo'ah untuk membicarakan banyak hal soal pesantren. Mulai dari me-refresh kembali soal aturan-aturan yang ada, juga waktunya untuk meng-iqob atau menghukum siapa saja santri yang suka melanggar. Selain itu juga untuk melatih mental santri, ada penampilan pidato oleh para santri perwakilan masing-masing kamar. Dan untuk ijtima' usbu'i kali ini kamar kita diwakilin Irma." Inces memijit-mijit pundak Irma. "Semangat Irma ... kamu pasti bisa."

"Owh gitu ya." Ayda mengangguk paham. "Berarti nanti aku juga dapat giliran dong."

"Iya dong. Tapi tenang aja nanti kami bantu kok." Inces menatap tulus.

"Eh entar malam kalian jadi audience aku ya buat latihan," ucap Irma dengan yakin setelah dia bangkit.

"Sip. Gampang. Kamu pasti bisa."

***

Malam harinya setelah mereka melaksanakan seluruh rangkaian jadwal hari ini termasuk makan malam, keempat sahabat ini, Ayda, Inces, Raya dan Irma berkumpul di dalam kamar. Sesuai rencana, malam ini mereka akan melihat penampilan Irma, sebelum penampilan yang sesungguhnya besok di depan seluruh santri dan mudabbiroh. Irma mengakui kalau dia sangat deg-degan meskipun dia sudah beberapa kali tampil di depan umum seperti itu.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang