PART 22

5.4K 854 127
                                    

Halloo ...
Apa kabar?

Yuk kita baca part lanjutan cerita ini.🥳🥳

***

(Revisi setelah end)

Semua tempat di dalam ruangan ini, yang ada kemungkinan Ayda salah simpan sudah dibongkarnya. Semua laci meja sudah diperiksa. Ayda bingung. Bagaimana dia balik ke ruang rapat tanpa uang itu. bagaimana dia akan menjelaskan semuanya. Hanya ada satu pilihan Ayda, yaitu pasrah.

Dengan langkah lesuh dan ragu-ragu, Ayda kembali ke tempat rapat. Panitia yang lain tidak begitu menghiraukan kedatangan Ayda. Mereka terbagi beberapa kelompok. Masing-masing divisi sedang berembuk untuk menyusun lebih detail agenda mereka nanti saat kegiatan. Zakiyah terlihat berdiri paling depan mengontrol jalannya rapat itu.

Ayda mendekat dan menyapa duluan sebelum dia ditanya soal uang dan buku catatan. "Permisi, Kak. Bisa ngobrol bentar?" ucap Ayda sungkan.

"Iya ngobrol aja Ayda. Ada apa?" balas Zakiyah. Pandangannya langsung menyambut kedatangan Ayda.

"Bisa ngobrol di luar gak kak? Penting." Ayda bergeser sedikit untuk mempersilakan Zakiyah lewat. Menurutnya tidak efisien jika dia menyampaikan kehilangan itu di dalam ruang rapat. Apalagi di sekitar Zakiyah ada para senior dan panitia lain. Nanti akan mengganggu konsentrasi dan jalannya rapat.

Zakiyah mengangguk dan berjalan keluar, kemudian disusul Ayda dari belakang.

"Ada apa Ayda? Kenapa mesti ngobrol di luar segala. Kamu gak liat di dalam masih ada rapat? Catatan yang saya minta tadi mana?" Zakiyah membanjiri Ayda pertanyaan saat mereka sudah di luar ruangan.

"Itu Kak. Karena itu aku panggil kakak ngobrol di sini. Gak enak ngomong di dalam."

"Iya ada apa? Kok kamu gugup gitu?"

"Sebelumnya aku minta maaf kak. Buku catatan beserta uangnya hilang."

"Ha? Apa? Hilang? Kok bisa? Hilang di mana? Kamu nyimpannya di mana emang?" Zakiyah terlihat panik. Sebab ini adalah tanggung jawabnya sebagai ketua panitia.

"Aku juga gak tahu kenapa bisa hilang, Kak. Uang dengan buku catatan itu aku simpan di laci meja yang kakak suruh waktu itu."

"Kamu udah periksa dengan detail belum isi lacinya?"

"Udah, Kak."

"Ayok kita ke sana. Kita periksa lagi."

Ayda dan Zakiyah pun segera ke ruangan mudabbiroh, tempat di simpan uang dan dan buku catatan itu, untuk memastikan ucapan Ayda. Laci meja yang di maksud langsung di dekati Zakiyah. "Mana kuncinya? Aku lupa bawa kunci," pinta Zakiyah dengan tangan terjulur.

Serta merta Ayda memberikan kunci dan langsung disambar oleh Zakiyah. Ternyata betul. Zakiyah tidak mendapatkan apa-apa di sana selain amplop berwarna putih tempat uang yang kemarin sudah dia berikan kepada Ayda.

Zakiyah mendongakan kepala. "Ayda, kamu yakin menyimpannya di sini?" tanyanya meyakinkan.

"Iya kak. Aku yakin kemarin menyimpannya di sini."

Zakiyah terlihat berpikir di samping Ayda. "Kamu gak salah simpan kan?" Zakiyah kemudian bergerak mendekati meja yang lain dan memeriksa setiap laci yang tidak terkunci.

"Semua laci sudah aku periksa kak. Tapi emang gak ada."

"Haduh Ayda. Bagaiaman ini. Kok bisa." Zakiyah mendesis. "Mana uangnya banyak banget lagi. Gimana acara kita nanti. Acara udah semakin dekat."

"Maafin aku kak. Beneran aku gak tahu."

"Temani saya ke idaroh. Kamu ceritakan semuanya ke Ustazah Muniroh. Kali aja ada jalan keluar dari beliau."

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang