PART 9

6.1K 915 583
                                    

Hallooooo .......
Apa kabar?
Bentar lagi lebaran, udah dapat THR belum? Hehe.

Makasih masih setia nunggu cerita ini update.

Jangan lupa vote dan comment ya. Follow juga akun ini.

Selamat membaca.🤗

***

(Revisi setelah end)

Keheningan terjadi. Malam semakin larut. Keempat santri itu saling sikut. Sementara dari dalam bilik WC nomor satu suara keran air terus berbunyi, bahkan disela-selanya juga terdengar siraman seperti ada orang yang sedang menggunakan bilik itu. Padahal sejak tadi tidak ada santri atau siapa saja yang datang kecuali mereka berempat. Semua santri sudah di kamar masing-masing karena ini memang sudah masuk jadwal istirahat.

"Kamu sih Nces cerita yang aneh-aneh," Raya menyalahkan Inces. Suaranya berbisik.

"Ayok kita cek bareng-bareng," seru Inces. Mengajak tiga temannya yang kini ada di belakang tubuhnya. Memang Inces yang bertubuh lebih besar dibanding ketiganya.

"Nces aku takut," Irma ternyata tidak kalah ketakutan. Ayda hanya mengikuti tiga temannya.

Keempatnya pun berjalan mengendap-endap mendekati pintu bilik WC nomor satu, yang posisinya memang paling ujung di dekat pintu utama. Saat telah setengah perjalanan, mereka kembali lagi. Ragu untuk membuka bilik itu. Takut jika ada hal-hal mengerikan yang akan mereka temui.

"Gimana nih?" Ayda mencoba mencairkan suasana yang semakin tegang itu.

"Kita ke sana lagi. Jangan takut. Ayok." Inces mulai melangkah perlahan kemudian disusul teman-temannya yang lain. Sempat mereka terhenti saat suara keran dimatikan. Satu tangan Inces menjulur mendekati pintu bilik dan hendak mencoba mendorongnya.

"Aaaaa ...," teriak mereka secara bersamaan saat pintu itu terbuka. Padahal tangan Inces belum sempat mencapai pintu. Mereka lari kembali ke posisi sebelumnya. Mereka saling berpelukan. Suasana semakin mencekam.

"Kakak-kakak kenapa sih?" Seorang santri keluar dari dalam bilik.

"Lilis?" seru Inces.

"Haaa ...." keempatnya bernapas lega. Ternyata mereka salah paham.

"Sejak kapan kamu ada di sana, Dek?" Inces memastikan.

"Tadi, pas kakak-kakak lagi membersihkan sambil ngobrol, aku kebelet makanya gak nyapa dulu," jelas Lilis, santri baru yang tadi siang berkenalan dengan Inces saat di mat'am.

Ayda, Irma, dan Raya mengelus dada hampir bersamaan. "Huu .... kirain," ucap Raya bernapas lega.

"Hehe maaf ya kak udah bikin kakak-kakak takut. Aku izin balik ke kamar," pamit Lilis kemudian berlalu setelah empat orang kakak kelas di hadapannya mengangguk.

***

Lilis telah pergi. Ayda, Raya, Inces dan Irma kembali melanjutkan tugasnya. Sebenarnya debar dan rasa takut tadi belum hilang namun mereka mencoba mengabaikan.

"Jadi gimana? Lanjut nih ceritanya?" ucap Inces.

"Udah-udah. Entar ada lagi yang aneh-aneh," sela Raya.

Irma menengok. "Tapi aku baru keingat satu kejadian di pondok lama aku. Mau gak aku ceritain?"

"Mau ... mau," respon Inces sumringah. Dia memang paling suka mendengar atau membaca cerita-cerita horor dan misteri. Raya dan Ayda melepas napas panjang. Mereka hanya bisa pasrah dan mendengar obrolan Inces dan Irma.

Irma ancang-ancang untuk memulai ceritanya. "Dulu di pesantren lama aku, saat SMP, di sana juga sering kejadian hal-hal yang mengganjal."

"Mengganjal seperti apa?" Inces merespon antusias.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang