PART 18

5.4K 867 113
                                    

Hallo semua ...
Apa kabar nih?

Kita langsung ke ceritanya ya.🥳

***

(Revisi setelah end)

"Ayok Nces. Cepetan. Kita bakal telat," desak Raya. Ayda, Raya dan Irma berdiri di samping Inces yang sedang menyelesaikan makannya. Tinggal mereka berempat yang ada di mat'am. Semua santri sudah di asrama.

"Iya tunggu bentar. Al ajalatu minasyaithon," jawab Inces sambil menikmati menu makan siangnya.

"Kami duluan aja kalau gitu." Raya semakin kesal.

"Eh iya iya, tunggu bentar. Inces mempercepat gerakannya dan segera menghabiskan makanan."

Setelah makan Inces tuntas, mereka cepat-cepat menuju asrama dengan berjalan cepat. Telah terdengar dari jauh suara para mudabbiroh yang sedang mengatur barisan para santri.

"Hey antunna! Min ayna?" teriak seorang santri senior.

Ayda, Inces, Irma dan Raya pun bersegera menuju ke sana. "Minal mat'am," jawab Irma.

"Kalian gak dengar pengumuman tadi?" bentak sang mudabbiroh.

"Udah-udah." Dari arah belakang muncul Zahroh. "Suruh saja mereka baris. Kita tidak punya banyak waktu lagi." Lanjutnya.

"Ya udah sana kalian baris! Kali ini kalian beruntung," ucap mudabbiroh yang tadi dengan ketus.

Ayda dan kawan-kawan pun segera berbaris rapi di depan kamar mereka. Tidak lupa mereka melempar senyum kepada Kak Zahroh mewakili ucapan terima kasih mereka.

"Andaikan ya semua mudabbiroh kayak Kak Zahroh, pasti bakal menyenangkan," ucap Inces disela-sela kebisuan mereka setelah berbaris. Namun tidak digubris sama sekali oleh yang lain.

***

Para mudabbiroh mulai melaksanakan tugas. Semua santri telah berbaris rapi di depan kamar masing-masing, termasuk Ayda dan kawan-kawan. Kebanyakan santri mulai tertunduk. Ini adalah razia dadakan seperti yang pernah dilakukan mudabbiroh sebelumnya.

"Nces, itu kakak mudabbiroh mau ngapain?" Ayda mencolek Inces yang ada di barisan depannya.

"Razia. Barang-barang yang dilarang dibawa oleh pihak pondok akan disita," jawab Inces tanpa menengok ke belakang, takut dimarahi oleh mudabbiroh. Pada setiap blok asrma ada tiga mudabbiroh yang mengawasi ketertiban santri.

Ayda belum puas dengan jawaban Inces. Sekarang giliran dia menengok ke belakang. Irma sedang tertunduk. "Emang barang apa saja yang dilarang Irma?"

Irma hanya diam saja.

"Irma ... Irma."

Sontak Irma mengangkat kepala. Wajahnya pucat. Tetes-tetes peluh membasahi dahinya.

"Kamu kenapa Irma?" tanya Ayda.

"Eh gak. Gak apa-apa kok. Hanya mataharinya aja yang panas banget," jawab Irma kikuk.

Ayda kembali baris secara teratur saat sadar seorang mudabbiroh sedang memperhatikan mereka dari jauh.

Dari dalam kamar yang sudah diperiksa dikeluarkan beberapa barang yang dilarang di pesantren dan ditimbun di depan asrama. Mulai dari buku-buku yang tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran pondok, termasuk novel dan komik akan disita dan disimpan di perpustakaan pesantren. Juga barang lainnya seperti alat-alat kosmetik dan poster-poster artis. Santri-santri yang barang-barangnya disita mulai tertunduk.

Blok asrama Khodijah mulai diperiksa. Sekarang tiba giliran kamar Ayda dan kawan-kawannya. Suasana seperti ini memang sangat menegangkan meskipun sebenarnya tidak semua santri melanggar. Inces mulai gugup. Dia teringat ada poster Jimin di dalam lemarinya.

Zahroh dan teman-temannya masuk ke dalam kamar, termasuk Zakiyah, santri senior yang pernah bermasalah dengan Inces waktu itu. Beberapa menit berlalu. Suasana hening, baik para mudabbiroh di dalam ruangan atau pun para santri yang sedang di luar. Siang ini memang sedang terik-teriknya.

Tiba-tiba dari dalam kamar keluar Zakiyah. "Ini kamar kalian?" ucapnya kepada barisan Ayda dan kawan-kawan.

Dengan kompak mereka berempat mengangguk. "Iya Kak," jawab Raya karena dia yang ada di barisan paling depan.

"Kalian semua sini masuk!" ucap Zakiyah kemudian.

Dada keempatnya berdetak kencang. Dari raut wajah Kak Zakiyah kelihatan kalau ada sesuatu yang tidak beres. Dengan langkah ragu-ragu mereka masuk ke dalam kamar. Selain Zakiyah, di sana juga ada Zahroh dan dua mudabbiroh lainnya.

"Ini lemari siapa?" tanya Zakiyah sesaat setelah Ayda, Inces, Raya dan Irma telah di dalam kamar.

Serta merta Ayda mengangkat tangan. "Aku kak," jawab Ayda.

"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" tanya Zakiyah, yang lebih tepatnya seperti menginterogasi. Semua yang ada di sana terdiam.

Ayda menatap bingung. "Kesalahan apa kak? Aku gak ngerti."

Zakiyah kemudian membuka lemari. Mengeluarkan beberapa pucuk surat dari balik tumpukan pakaian Ayda. "Terus ini apa?"

"Aku gak paham Kak. Itu kertas apa?" Ayda semakin bingung. Dia tidak tahu kenapa kertas-kertas itu ada di sana. Padahal sebelumnya tidak ada sama sekali. Dan dia tidak tahu itu.

"Gak usah sok polos deh! Kamu sering ya surat-suratan dengan santri putra sampe numpuk kayak gini." Zakiyah mengangkat tumpukan surat di tangannya.

"Sumpah Kak itu bukan punya aku. Aku gak tahu sama sekali. Demi Allah Kak." Ayda mencoba menjelaskan.

"Jangan sembarang bersumpah atas nama Allah! Nanti di idaroh baru kamu jelasin semua deh ke ustazah. Jelas ini pelanggaran berat yang tidak bisa ditolerir di pesantren ini," tegas Zakiyah. "Ayok ikut aku ke idaroh!" Zakiyah pun keluar melintasi Ayda yang masih terpaku.

Ayda menatap tiga temannya. Mereka juga yakin itu pasti bukan ulah Ayda. Ada yang sengaja mengusilinya.

"Kalian kembali ke barisan tadi," perintah Zahroh kepada Irma, Inces dan Raya. Ayda telah pergi menyusul Zakiyah menuju idaroh. "Kalian juga silakan lanjutkan pemeriksaannya," titahnya kepada teman-teman mudabbiroh yang lain.

***

Zakiyah dan Ayda tiba di idaroh. Mereka ingin bertemu Ustazah Farida. Di ruangan Ustazah Farida ada santri yang juga sedang disidang. Setelah santri itu keluar, giliran Ayda yang dibawa Zakiyah masuk ke dalam ruangan Ustazah Farida.

"Afwan Ustazah." Belum selesai kalimat Zakiyah, sudah dipotong oleh Ustazah Farida.

"Ayda kenapa lagi?" tanya Ustazah.

Zakiyah langsung mengeluarkan surat-surat tadi dan meletakannya di atas meja. Ustazah Farida mengambil dan membaca surat yang paling atas. "Ini punya siapa?" tanya Ustazah setelah membaca sepotong surat itu.

Zakiyah langsung melirik Ayda.

"Bukan punya saya Ustazah," sanggah Ayda lantang.

"Terus ini apa Ayda? Kamu gak bosan apa dengan semua pelanggaran yang kamu lakukan? Belum setahun di sini kamu sudah tiga kali melanggar dan itu pelanggaraan berat semua. Membangkang terhadaap mudabbiroh, kabur dari pesantren dan sekarang ternyata kamu ketahuan surat-suratan dengan santri putra." Suara Ustazah Farida mulai meninggi seperti biasa.

"Tapi kali ini emang bukan saya Ustazah!" balas Ayda tidak kalah sengit.

"Ooh jadi kamu mulai berani ngelawan ya! Mentang-mentang kamu masuk ke sini atas rekomendasi Ustaz Adnan, kamu pikir kami gak bisa bersikap tegas ke kamu. lebih baik kamu dikeluarkan dari pondok pesantren ini dari pada membawa dampak buruk kapada santri lain."

Ayda terdiam. Matanya berkaca-kaca. Ternyata tanggapan tentang dunia pesantren selama ini adalah salah. Tidak di luar atau pun di dalam pesantren, semua sama saja. Banyak orang yang berbuat semena-mena.

***

Hmmm segitu aja dulu hehe. Hari sabtu baru lanjut.

Eitss tentunya setelah 500 komentar ya hehe.

Sampai ketemu di part berikutnya. 🥳🥳

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang