PART 8

6.3K 944 616
                                    

Hallooooo ....
Apa kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya.

Makasih udah nunggu cerita ini update.🤗

Udah follow akun author ini kan? Jangan lupa vote dan comment pada ceritanya juga ya.🤗

Yuk kita baca kelanjutan cerita kemarin.🥳🥳

Saran aja sih, untuk part ini usahakan dibaca dalam keadaan sendiri dan lampu dimatikan hehe.

***

(Revisi setelah end)

Malam ini cukup dingin. Lagi-lagi langit baru saja mencurahkan air matanya. Para santri baru selesai melaksanakan salat isya. Tidak ada agenda malam ini, ustazah yang seharusnya mengisi pengajian sedang ke luar kota.

Sebagian santri ada yang masih bercengkerama di pelataran masjid, ada juga yang sedang muroja'ah hafalan Al-qur'annya, ada juga yang langsung ke mat'am untuk makan malam.

Berbeda dengan Ayda, Inces, Irma dan Raya, mereka pergi ke idaroh memenuhi panggilan Ustazah Farida. Beliau adalah pengurus bagian kesantrian. Setiap santri yang bermasalah pasti berhadapan langsung dengan beliau di kantornya. Malam ini mereka berempat beserta Zakiyah disuruh menghadap karena urusan mereka tadi siang di mat’am.

"Ini idaroh namanya." Inces menjelaskan kepada Ayda saat mereka berempat sudah tiba di depan idaroh. "Kamu gak usah takut, Ustazah Farida aslinya baik kok." Lanjut Inces.

"Baik apaan," sela Raya masih dengan intonasi dinginnya.

"Ngapain ngobrol di depan pintu? Udkhulna (masuk)!" perintah Ustazah Farida dari dalam.

"Eh i-iya. Na'am Ustazah," jawab Inces.

"Ayok masuk." Mereka berempat saling dorong, tetapi akhirnya memberanikan diri untuk masuk bersama.

"Assalamu'alaikum Ustazah," ucap mereka hampir bersamaan saat melewati pintu idaroh.

"Wa'alaikumsalam. Aina (di mana) Zakiyah?"

"Hadiroh Ustazah. Assalamu'alaikum." Zakiyah masuk ke dalam ruangan dengan tergesa. "Afwan (maaf)."

"Ijlisna (duduk)!" Ustazah mempersilakan. Di depan meja beliau sudah disediakan lima kursi.

"Ceritakan kronologis kejadian siang tadi." Ustazah Farida langsung ke inti permasalahan.

"Inces yang salah, Ustazah." Zakiyah juga langsung menyela.

"Dia yang salah." Inces tidak mau kalah.

"Dia, Ustazah."

"Dia."

"Sudah-sudah! Diam! Yang saya persilakan, dia yang bicara. Zakiyah ceritakan kejadiannya," titah Ustazah.

"Gini ustazah, tadi kan santri sedang antri ngambil makan siang. Termasuk Inces. Eh dia malah ngobrol dengan santri lain sehingga antrian jadi macet. Disaliplah sama salah satu santri baru. Namun Inces tidak terima. Aku datang buat meluruskan eh malah dikeroyok ama mereka, Ustazah.”

"Benar begitu Raya?" Ustazah memandang ke arah Raya sekarang.

Raya hanya diam saja, karena memang dia tidak tahu bagaimana kronologis ceritanya sejak awal. Dia hanya membantu teman-temannya.

"Sekarang tanggapan kamu. Betul begitu Inces? Dan kamu ...." Ustazah Muniroh melihat kepada Ayda. "Anti (kamu), masmuki (siapa nama kamu)?"

Inces menjawab, "Kalau yang ini namanya Ayda. Dia santri baru. Belum bisa bahasa Arab." Setelah itu dia memberikan jeda. “Kalau soal ngobrol saat antri aku akuin ustazah. Tapi yang gak aku terima pas dikatain sama santri baru itu. Kak Zakiyah ada di situ, tapi justru menyalahkan aku ustazah.”

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang