PART 13

5.4K 869 581
                                    

Halloooo semuaa ...
Apa kabar?

Lagi-lagi mau ngingetin, jangan lupa follow akun ini ya. Bantu vote dan comment juga. Itu sebagai bentuk apresiasi buat authornya. Biar makin semangat nulis hehe.

Yuk kita baca kelanjutan ceritanya.🤗

***

(Revisi setelah end)

"Ayda? Kamu ngapain?" tanya Raya melihat Ayda yang juga sudah siap dengan tas di punggung.

"Kamu ngapain pake tas segala?"

"Lah kamu juga ngapain pakai tas segala?" Ayda balik bertanya.

"Aku mau kabur dari pesantren."

"Aku juga," ucap Ayda yakin. "Emang kamu mau kemana?" Lanjutnya.

"Yang penting bukan balik ke rumah aku. Aku mau ikut kamu aja. Terserah ke-"

Belum selesai dari kalimatnya, Raya cepat-cepat menarik lengan Ayda dan berlari menuju mobil. Menyelinap ke kap belakang yang tertutupi terpal.

"Kenapa, Raya?" bisik Ayda saat mereka sudah berhasil bersembunyi.

"Mobil Kiyai Luthfi."

"Owh. Gak keliatan 'kan?"

"Sepertinya."

"Ini kita mau ke mana?"

"Aku gak tau. Intinya kita pergi jauh-jauh dulu dari pesantren sebelum kita ketahuan kabur. Setelah tengah malam baru kita cari tempat sembunyi yang aman. Kamu punya tempat? Katanya kamu pernah tinggal di jalanan ya."

Keduanya diam saat sang sopir terdengar berbicara dengan seseorang. Samar-samar apa yang mereka bicarakan. Tidak lama setelahnya suara mesin mobil berbunyi. Mobil bergerak. Ayda dan Raya ikut di belakang. Menyelinap di antara kotak dan karung berisi sayuran yang ditutupi dengan terpal.

***

Lima belas menit perjalanan. Mobil berhenti. Ayda dan Raya mulai keringatan. Padahal hari sudah mulai sore, tetapi matahari tetap terik menyengat kulit. Raya menahan muntah. Perutnya mual karena perjalanan. Ditambah lagi bau mesin yang bercampur dengan bau sayuran yang ada di kiri, kanan, depan dan belakang mereka. Ternyata itu bukan perhentian terakhir. Tidak lama mobil bergerak lagi.

Setelah tiga puluh menit suara mesin mobil benar-benar dimatikan. Terdengar riuh di sekeliling. Seperti di pasar. Ayda keluar mengintip di balik terpal. Benar, ini pasar.

"Raya, ayok keluar. Kita turun di sini saja." Setelah memastikan aman, Ayda meloncat turun dari mobil pick up itu. Kemudian membantu Raya yang masih lunglai. Mereka segera menjauh dari mobil agar tidak ketahuan.

"Da, kita cari minum dulu. Aku benar-benar mual." Raya memegang perutnya.

Ayda diam.

"Aku punya uang kok. Tenang aja." Raya paham raut wajah Ayda.

"Ayok kalau begitu. Pasar ini aku tau. Dulu sering ke sini," ucap Ayda kemudian berjalan keluar masuk lorong pasar yang di padati penjual pakaian di kiri kanan.

"Aku sering ke sini dulu. Lebih tepatnya kerja di sini hehe." Ayda mengenang. Ini termasuk wilayahnya dulu saat mencopet. "Di sana ada penjual es teh manis yang murah. Ayok ke sana."

Keduanya melintasi lorong berikutnya yang tidak seramai tadi. Tibalah mereka di sebuah warung dengan tenda kecil di depannya.

"Bang, es tehnya dua." Ayda duduk diikuti Raya.

"Ok. Siap," jawab si abang.

"Jangan di situ. Duduk di sini." Ayda mempersilakan Raya yang masih loyo untuk duduk di kursi yang lebih bersih. Raya melihat sekitarnya. Orang lalu lalang dengan kesibukan masing-masing.

NIQAB UNTUK AYDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang