BAGIAN 4

0 1 0
                                    

***

Laneta berjalan ditengah lapangan yang sudah ramai dipenuhi oleh siswa yang melakukan latihan. Tiga hari lagi pertandingan antar sekolah akan dimulai, pantas saja semuanya terlihat sibuk.

Semuanya sibuk berlatih berbeda dengan dirinya yang dipenuhi kesibukan belajar dan belajar.

Melihat siswi sepertinya yang tengah berkumpul dan bercerita seru membuatnya merasa iri. Ingin hidup seperti mereka yang diberi hidup bebas. Melakukan apa yang mereka sukai. Bukan sepertinya yang melakukan hal yang ia tak sukai.

Belajar memang bukan hal yang ia sukai,.tapi kalau ia tak belajar maka ibunya akan marah dan memakinya.


"Laneta!".

"Runi?".Senyum Laneta terbit.

"Ayok kekantin, hari ini kita jamkos sampai pulang".Ajak Runi mengapit lengan Laneta.

"Sorry Ru, hari ini gua harus belajar".Laneta meringis tak enak menolak ajakan sahabatnya.

"Yahh... Padahal kan kita lagi jamkos, kok lo masih mau belajar sih?".Ujar Runi kecewa. Kecewa dengan Laneta, tapi ia juga sangat tau bagaimana kerasnya keluarga Laneta mendidik anak-anak mereka.

"Lain kali ya Run, gua janji".Ucap Laneta tersenyum tipis.

Runi memaksakan senyumnya dan mengangguk.

"Gua duluan".Pamit Laneta dan melangkah menjauh dari sana.

"Sampai kapan hidup lo akan dikekan Ta".Ucap Runi pelan memandang kepergian Laneta yang semakin menjauh dari pandangannya.

***

"Laneta!".Seru seseorang memanggil Laneta. Laneta menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Ya?".

"Gimana tawaran gua soal ekskul teater?".Tanya Bian-ketua ekskul.

"Aduh maaf banget ya Bian, untuk kedua kalinya gua gak bisa".Tolak Laneta halus.

"Kenapa Ta? Lo memiliki kemampuan akting, lebih mudah untuk lo Ta. Kita cuma butuh lo doang Ta, belakangan ini gak ada gua liat yang memiliki keahlian seperti lo".Bujuk Bian. Berharap Laneta mau menerima tawarannya.

Laneta meringis tak enak "Gua gak bisa Bian, gua sibuk mau belajar. Lagian masih banyak kok yang lebih dari gua".Belajar adalah alasannya. Sebenarnya ia lebih tertarik dengan ekskul itu, tapi untuk saat ini ia lebih memilih aman saja dengan belajar. Ibunya akan murka jika dia tau ia mengikuti ekskul yang menurut ibunya tidak penting.

Bian tersenyum kecut "Iya yaudah Ta, gua duluan".Pamit Bian dengan senyum dipaksakan.

Laneta menghela nafas panjang menoleh menatap Bian yang sudah melangkah menjauh.

Untuk kedua kalinya ia menolak dua orang demi mementingkan belajar.

***

Jam 23.50

Laneta saat ini dipenuhi oleh kesibukan. Tugas yang diberikan oleh guru mapelnya menumpuk diatas meja, sebenarnya tugas-tugas itu sangatlah mudah tapi yang sangat sulit untuknya adalah menahan kelopak matanya yang ingin tertutup.

Tak kuasa menahan rasa kantuknya. Laneta menjatuhkan kepalanya diatas tangannya yang terlipat. Detik berikutnya suara deru nafas terdengar dari mulut gadis itu.

Mungkin seharian belajar membuat Laneta lelah.

Ceklek!

Wanita paru baya masuk dikamar Laneta. Layona, Layona masuk dan melihat Laneta yang sedang tertidur pulas diatas meja belajarnya.

Pantas saja selama ini nilainya menurun, ternyata gadis itu bermalas-malasan seperti ini. Begitulah isi benak Layona.

Layona melangkah mendekati Laneta "Laneta, Laneta bangun kamu".Dengan sedikit kasar Layona mengguncang bahu Laneta.

Karna terusik Laneta membuka kelopak matanya. Mengumpulkan nafas sejenak dan mendongak.

"Mamah?".Terkejut. Laneta terkejut dengan kehadiran Ibunya. Sejak kapan ibunya berada disini.

"Kamu tidur? kenapa gak belajar?".Tanya Layona garang. Melipat kedua tangannya didepan dada.

"Ma, aku tadi belajar kok cum-".

"Belajar? Mau jadi pembohong kamu Laneta? Ha?".Ucap Layona marah.

Laneta menggeleng cepat "Aku gak bohong ma, aku tadi belajar-".

"Kamu mau coba-coba bohongi mamah Neta?".Sela Layona.

"MAMAH BISA GAK SIH GAK POTONG OMONGAN AKU. AKU MAU JELASIN MAH!".Pekik Laneta keras. Pekikan itu jelas saja mengundang kemarahan Layona.

Plakk!..

"KAMU TERIAK DIDEPAN MAMAH? MAU JADI ANAK DURHAKA KAMU LANETA? JAWAB!".Bentak setelah menampar pipi Laneta kencang.

"Aku cuma mau bilang kalau itu gak tidur mah, aku tadi belajar tapi ketiduran!".Bela Laneta.

"BOHONG!".

Laneta menggeleng menatap ibunya tak percaya.

"Sejak kapan mah? Sejak kapan aku bohongi mamah?, gak pernah mah!".Ujar Laneta dengan mata berkaca-kaca.

Perkataan Laneta seketika membuat Layona terdiam.

"Mamah selalu menyelah aku saat ingin menjelaskan yang sebenarnya. Tapi mamah langsung menyimpulkan kalau aku itu bohong!".

Diam.

"Aku capek mah, aku capek dikekan kayak gini. Aku mau ngelakuin dengan caraku sendiri, aku gak mau mamah kayak gini!".Air matanya mengalir begitu saja. Merasa sakit saat memiiki kehidupan seperti. Seumur hidup ia tidak pernah mendengar ibunya membelanya. Yang ada ibunya selalu menuduhnya seperti ini.

"DIAM KAMU LANETA!".Teriak Layona marah.

"KENAPA MAH?".Teriak Laneta keras.

"MAMAH CUMA MAU KAMU NURUT,  BELAJAR.. KAMU CUMA CUKUP BELAJAR. MAMAH BUTUH KAMU BELAJAR LANETA, BUKAN MENGELUH SEPERTI INI!".

"TAPI AKU CAPE MAH!".Pekik Laneta.

Prangg!

Layona melemparkan vas bunga diatas lantai sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang