BAGIAN 18

2 1 0
                                    

Happy Reading

*
*
*

Banyak typo bertebaran!


Laneta berjalan sedikit pelan sambil mengusap keningnya yang membiru, sesekali ia menatap cermin melihat keadaan keningnya yang bengkak. Semua karena ulah ibunya yang meleparinya barang berbisa hingga berbekas sampai sekarang.

Neta menghela nafas berat, kembali menurunkan poninya menutupi keningnya tak ingin memperlihatkan siapa pun.

"Laneta".Langkah Neta detik itu juga terhenti, melihat Yuna yang tengah berlari ingin menghampirinya.

Neta tersenyum tipis. "Kenapa Na?".

"Maafin aku soal kemarin".Sesal Yuna sambil menatap Neta.

"Bukan salah lo, emang tante Elina gak pernah suka sama gua".Entah harus menampilkan apa saat mengatakan itu.

Yuna tersenyum. "Aku fikir kamu bakal nyalahin aku Ta, makasi karna kamu gak benci sama aku".Ucap Yuna pelan.

Laneta terkekeh kecil mendengarnya. "Gak lo logis kalau gua benci sama lo".

Yuna hampir lupa kalau orang yang saat ini ia ajak bicara adalah Laneta, mana mungkin Laneta membenci orang. Neta tak sejahat itu.

Tapi bagaimana kalau Neta tau jika ia mencintai Elga?.

"Jangan benci sama aku Ta".Pinta Yuna dengan suara nyaris tak terdengar.

"Gak akan Na, gua udah anggap lo teman sendiri".

Yuna hanya membalasnya dengan senyuman kecut. Rasanya benar-benar mustahil membuktikan kalau Neta tidak akan membencinya, siapa gadis yang tidak sakit kalau temannya sendiri mencintai orang yang dicintainya.

"Makasi Ta".

Laneta menatap Yuna dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, lalu mengangguk pelan.

"Gua duluan".Setelah mengatakan itu Laneta benar-benar melangkah pergi meninggalkan Yuna.

Yuna yang semula menunduk mengangkat kepalanya menatap tubuh Laneta yang sudah menjauh darinya.

"Maaf Ta".

***

"Ta".Langkah Laneta sekali lagi terhenti kala melihat Elga yang menahan pergelangan tangannya.

"Kenapa?".

"Ayo pulang bareng".Ajak Elga.

Laneta terdiam sejenak. tersenyum lalu mengangguk.

"Ayo".Elga menarik pergelengan Neta mengajaknya melangkah pergi.

-

"Maaf soal mamah kemarin".Ucapan Elga hampir sama yang dilontarkan Yuna untuknya. Meminta maaf yang sama sekali bukan salahnya membuat Neta menghela nafas berat. Ia tak menyalahkan Elina, Elga maupun Yuna tapi menyalahkan dirinya sendiri yang tak bisa meluluhkan hati keras Elina. Ia tidak unggul melakukan itu.

"Jangan minta maaf El, aku gak papa".Ucap Neta menenangkan Elga yang merasa bersalah.

Elga menatap gadisnya sejenak sampai akhirnya menarik gadis itu kedalam dekapannya, mendekapnya erat.

"Maaf Ta".

"Berenti minta maaf El".

"Hm".

"Ada festival hari ini".

"Ayo pergi".

"Ha? Serius?".

"Iya sayang".

"Makasi El".

"Udah tugas utama aku Ta".

***

Saat ini Laneta bersama Elga sedang berjalan beriringan didalam banyaknya orang orang berlalu lalang. Hari ini begitu ramai karena adanya festival yang setiap tahun diadakan.

"Kesana yuk El".Ajak Neta sambil menarik lengan cowok itu.

Sedangkan Elga hanya menghela nafas sambil menuruti kemauan gadisnya itu.

Ada beberapa macam, ada yang berkostum panda, berkostum bebek sambil berjoget mengikuti irama yang ada. Ada juga yang bernyayi berduetan, serta kejar-kejaran menghindari temannya yang ingin mewarnai tubuhnya.

Laneta maupun Elga tertawa bahagia melihat hal sederhana disekitarnya, merasa sangat terhibur melihat keramaian sekarang. Benar-benar membangkitkan moodnya dari yang kurang baik menjadi baik.

"Halo".Sapa orang yang berkostum badut sambil mewarnai wajah Neta. Neta yang sejenak terkejut langsung tertawa lepas.

"Pipi kamu merah Ta".Ejek Elga membuat Neta tertawa.

"Nih".Neta mengambil pewarna dari tangan orang itu kemudian menempelkannya pada wajah Elga.

Bukan marah, malah cowok itu tertawa.

"Comot banget sih mukanya".Omel Elga, sambil mengusap wajah kekasihnya menghilangkan warna disana.

Neta tersenyum tipis menerima perlakuan lembut cowok itu.

Betapa beruntungnya ia memiliki Elga disisinya, memperhatikannya dan melindunginya, saat ia menginginkan itu maka cowok itu akan langsung mewujudkannya detik itu juga. Selain tampan Elga juga sangat peka.

***

Laneta menyandarkan tubuhnya didada bidang Elga sambil mengusap peluh keringat yang membanjiri keningnya.

"El".

"Hm?".

"Tetap disamping aku ya?".Pinta Neta yang mengandung makna.

Elga tersenyum tipis mendengarnya. Tangannya dengan bebas terangkat mengusap surai kekasihnya lembut.

"Gak akan Ta".

"Makasi El, makasi karna kamu selalu ada disamping aku".Ucap Neta tersenyum.

"Udah tugas utama aku Ta".Setelah mengatakan itu, Elga menarik tubuh Neta mendekapnya erat. Menghirup lamat-lamat aroma tubuh gadis itu yang seakan terasa candu baginya.

Laneta tersenyum mendengar kalimat cowok itu. Perasaan bahagia yang terus ia rasakan saat bersama dengan Elga, cowok itu terlalu menarik.

Interaksi keduanya tak pernah luput dari penglihatan seorang gadis yang tengah bersembunyi dibalik pohon mangga, menatap kedua insan itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Senyumnya terbit menampilkan senyuman kecut, tangannya sambil terangkat memegang dadanya yang terasa terhimpit.

Yuna. gadis itu merasakan hatinya yang terasa sakit, matanya terus menatap sepasang kekasih itu dengan tatapan sendu. Seolah merasa dipermainkan oleh keadaan.

Seolah dipermainkan oleh perasaannya sendiri.

Mengapa perasaan ini harus ada? Mengapa harus ada jika hanya akan menorehkan luka didada, mengapa harus ada jika ingin membuatnya terasa sakit.

Katakanlah ia munafik jika ia berkata tidak sakit, karena nyatanya memang begitu sakit.

Lebih sakitlah saat mengetahui dirinya bukanlah  siapa-siapa disini. Ia hanyalah orang baru yang tiba-tiba datang mencintai milik orang.

Ia hanya mencintai disini bukan dicintai.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang