BAGIAN 9

2 1 0
                                    

Laneta berlari kecil menyusuri anak tangga dari lantai atas. Senyum di bibirnya terpatri ketika mendapatkan sebuah pesan singkat dari Elga- sang kekasih. Elga bilang siswa dari sekolah sebelah akan datang melakukan pertandingan antar sekolah. Salah satunya Elga yang bertanding basket, Elga mengirimkannya pesan agar melihatnya bertanding. Itulah sebabnya mengapa ia begitu bersemangat hari ini.

"Laneta!".Seru Runi. Melambaikan tangan pada Laneta agar mendekat kearahnya, menepuk kursi kosong disampingnya menyuruh Laneta untuk duduk.

"Hai Runi. Udah lama?".Tanya Laneta setelah mendudukkan diri diatas kursi.

"Baru kok..".

"Eh liat noh si Elga, dari tadi nyariin lo tuh".Ujar Runi menunjuk seorang pria yang memakai seragam basket.

"Haha bisa aja".Laneta tersenyum tipis. Mengalihkan pandangannya, menatap sang kekasih dan melambaikan tangan pada cowok itu.

Pertandingan selesai dimenangkan oleh pihak merah (SMA TRUSATRIA). Semua murid dalam maupun dari luar bersorak gembira atas kemenangan tim merah itu. Apa lagi kapten basketnya adalah Elga- si cowok tampan dan mapan.

Tak beda jauh dengan Laneta berdiri dan bersorak juga untuk tim itu, terutama untuk sang kekasih. Tentu saja.

Laneta dan Runi maju melangkah saat Elga datang dan ingin mendekati kedua gadis yang berdiri tak jauh darinya.

"Minuman?".Elga menagih. Menyodorkan tangannya pada Laneta. Sebenarnya ada banyak yang memberikannya minuman, tapi ia tidak menerimanya. Elga memberikannya pada teman se timnya. Alasannya karena ingin memintanya sendiri dari kekasihnya-Laneta.

Laneta mengerjabkan matanya pelan. Menunduk menatap sebotol air mineralnya yang sudah ia minum sebelumnya.

Elga mengikuti arah pandang gadis itu. Cowok itu berdecak sebelum merebut minuman milik Laneta tanpa persetujuan dari gadis itu.

"Ehh..".

Elga meneguknya habis, tanpa tersisa. Membuangnya ketempat sampah lalu menatap kembali Laneta yang menatapnya tak percaya.

"Kamu-".

"Udah habis. Maaf".Elga mengacak rambut panjang kekasihnya gemas.

"Kamu gak jijik?".Tanya Laneta ragu.

Dahi Elga lantas mengerut. "Jijik?, buat?".

"Itu bekas bibir aku El".Ucap Laneta.

"Terus?kenapa harus jijik?Bibir pacar aku sendiri. Bukan bibir cewe lain".Ucap Elga tak acuh.

Sedangkan Laneta hanya menggeleng dibuatnya. Bisa-bisa nya Elga tidak jijik.

"Ayok".Ajak Elga. Menarik lengan Laneta hingga terlepas dari Runi. Runi menatapnya kesal, seperti tidak dianggap dari sepasang kekasih ini.

"Kemana?".Tanya Laneta bingung.

"Kantin".Jawabnya singkat.

Laneta menoleh. Meringis tak enak menatap sahabatnya.

"Ayok. gak usah urusin dia".Ujar Elga, menatap sinis sepupunya. Dan langsung ditatap tajam dari kedua gadis didepannya.

"Pergi ajalah Ta, gua juga mau cabut".Ujar Runi .

Laneta mengangguk "Okey. Tungguin gua dikelas".Ucap Laneta saat tangannya sudah ditarik oleh Elga.

***


Yuna berjalan sedikit menunduk. Membawa beberapa banyak buku-buku tebal yang tersusun rapi.

Tanpa ia sadari sebelumnya. Tali sepatunya terlepas hingga membuatnya tersungkur, terjatuh menimpai seorang siswi.

Yuna berusaha bangkit. Menggumamkan kalimat 'maaf' berkali-kali pada orang siswi itu.

"LO GILA!".Pekik seorang siswi bernama-Nomi. Berkacak pinggang menatap Yuna emosi.

Yuna meringis, merasa bersalah."M-maaf".Ujarnya pelan.

Nomi menepis kasar tangan Yuna yang hendak menyentuhnya. Membantu gadis itu membersihkan seragamnya yang terkena noda berwarna merah.

"JAUHIN TANGAN KOTOR LO BEGO!".Pekik Nomi lebay. Mengusap-ngusap bekas tangan Yuna diseragamnya.

"Ada apa?".Laneta bersama Elga datang. Menghampiri keributan yang ditimbulkan oleh Nomi.

Nomi menunjuk Yuna. "Dia... Dia numpahin jus ini diseragam gua".Ucap Nomi.

Laneta menatap Yuna. "Lo numpahin jus itu?".Tanya Laneta. Sebenarnya ia tidak percaya jika Yuna melakukan itu. Tapi Nomi bukanlah tipe orang yang suka berbohong.

Yuna menunduk. Dan mengangguk pelan "Iya. Tapi aku gak sengaja".Ucap Yuna jujur.

"Bohong!".Sentak Nomi. Menangis lebay hanya perkara seragamnya terkena noda.

Laneta menatap Nomi jengah, dan menghela nafas lelah. Nomi sangatlah cengeng.

"Ga usah lebay Nomi. Lo bisa beli lagi dikopsis".Ujar Laneta memberikan saran.

Nomi menatap Laneta mendengus "Gampang banget ya lo..".

"Yaudah duit lo kalau gitu".Ucap Nomi main-main. Menyodorkan tangan didepan Laneta.

Tapi Laneta menganggap itu serius. Buktinya gadis itu menyodorkan lima lembar uang seratus pada Nomi.

"Lo serius Ta?".Nomi terkejut tidak percaya. Sebenarnya Nomi tidak perlu terkejut, ini sudah umum, Laneta sudah dikenal sebagai gadis baik dan tidak pelit.

"Makasi. Padahal bukan salah lo".Ujar Nomi sambil tersenyum manis. Dan menatap Yuna dengan sinis.

"Sama-sama".

"Yaudah kalau gitu gua cabut".Pamit Nomi. Sambil menatap bahagia lembarang uang merah ditangannya.

Laneta membungkuk membantu Yuna membereskan buku-buku berserakan diatas tanah.

"Ini".Ucap Laneta. Menyodorkan sisa buku pada Yuna.

"Makasi Laneta. Kamu selalu baik sama aku".Ujar Yuna sungkan. Merasa tidak enak pada Laneta yang sudah membantunya beberapa kali.

Laneta hanya membalasnya dengan senyum manis.

"Soal uang kamu, aku pasti bakal ganti. Tapi bukan sekarang, maaf.".Ucap Yuna.

"Gua gak minta lo ganti kok...".

"Buat lo aja".Ucap Laneta tulus.

Yuna menggeleng tak setuju. "Enggak. Aku bakal gantiin kok".Ujar Yuna.

Laneta mengangguk. Ia tau gadis itu pasti tidak enak dengannya. "Terserah lo aja".Ucap Laneta tersenyum manis.

"Yaudah, aku pergi dulu".Pamit Yuna, berjalan melewati sepasang kekasih itu.

"Ta".Panggil Elga, yang sedari tadi diam saja.

Laneta menoleh. "Kenapa?".

"Jangan terlalu baik sama orang Ta...".

"Takutnya kamu bakal dimanfaatin".Ucap Elga.

Laneta tersenyum tipis. "Aku baik sama orang baik kok".Ujarnya sambil tersenyum manis.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang