BAGIAN 7

2 1 0
                                    

Ayuna Betria. Gadis lugu dan baik. Gadis yang tinggal bersama dengan sang nenek. Jika ditanya dimana ibunya? Maka ia akan menjawab, ibunya pergi meninggalkannya dan sudah berkeluarga baru. Kemudian ayahnya yang sudah meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Dan tinggalah ia berdua dengan sang nenek.

Nenek yang membesarkannya dan merawatnya hingga sebesar sekarang. Ibunya pergi seakan tidak punya tanggung jawab. Ia seperti anak yang dibuang oleh orang tuanya. Kemudian neneknya datang lalu memungutnya.

Ia mendapatkan kasih sayang yang lebih dari sang nenek, namun sayang ia harus tumbuh dengan hidup yang sangat sederhana. Uang pas-pas an. Neneknya hanya bekerja menjual kue-kue. Sebenarnya ia mau membantu meringankan ekonomi sang nenek, namun neneknya menolak, alasan karna tidak ingin mengganggu sekolahnya.

Seperti sekarang, Yuna tengah berdiri didepan gerbang sekolahnya yang mulai sepi. Sebagian murid sudah pulang kerumah masing-masing.

Jika ditanya mengapa ia masih berdiri disini?. Karna ia sedang menunggu angkot. Sebenarnya banyak taxi yang berlalu, namun biaya yang sangat mahal membuatnya mundur, dan lebih memilih menunggu angkot yang ongkosnya lebih murah.

Yuna meremas jarinya gugup. Hujan sepertinya sebentar lagi akan tiba. Ia khawatir, bagaimana jika hujan akan turun sebelum angkot akan tiba?.

Ya Tuhan semoga saja hujan tidak turun. Itulah doanya.

Seolah doanya tidak dibalas. Hujan sudah bergemuruh dan turun membasahi bumi. Cuaca semakin gelap, langit yang cerah tadi kini ditutupi oleh kelabu yang gelap.

Yuna menoleh menatap disekelilingnya yang sudah sepi. Sepertinya semua orang sudah pulang. Kini hanya dirinya seorang diri disini.

Yuna melangkah mundur saat hujan tiba-tiba menerobosnya. Gadis itu merapatkan tubuhnya ditiang besi. Yuna menunduk Menyatukan kedua tangannya, mencari kehangatan.

Yuna kembali mendongak, saat merasakan mobil berhenti didepannya. Mobil mewah berwarna hitam membuat Yuna mengerutkan kening. Bingung.

"YUNAA".Teriak Laneta, membuka sedikit jendela mobilnya. Membuat cela meneriaki Yuna yang tengah berdiri seorang diri.

Yuna tentu saja terkejut. Ia fikir siapa, ternyata Laneta pemilik mobil mewah itu.

Beberapa detik, pintu mobil itu terbuka. Laneta keluar dari mobil itu dengan payung yang melindungi tubuhnya.

Laneta berjalan mendekat kearah Yuna.

"Lo masih disini?. Kenapa gak pulang Na?".Ujar Laneta sedikit keras.

"Aku lagi nunggu angkot".Ucap Yuna.

"Yuna, emang lo fikir angkot bakal dateng dengan cuaca begini?".Ucap Laneta.

"Emang kenapa?".Tanya Yuna polos.

Laneta terkekeh "Ini hujan Na, mustahil kalau angkot bakal lewat disini".Jelasnya.

"Mending lo nebeng gua aja. Gua anterin lo pulang".Tawar Laneta.

Yuna mikir.

"Ayok, gak usah banyak mikir".Ucap Laneta, dan langsung menarik tangan Yuna bergabung padanya berbagi payung.

"Makasi Laneta".Ucap Yuna tak enak. Entah sudah berapa kali Laneta membantunya.

"Santai aja Na".

Laneta membukakan pintu bagian belakang untuk Yuna. Kemudian Laneta membuka pintu mobil dibagian samping depan. Lalu disampingnya terdapat kekasihnya Elga yang menyetir. Ini bukan mobil Laneta, melainkan milik Elga.

Yuna saat memasuki mobil sedikit terkejut. Ia fikir mobil ini adalah milik Laneta, tapi ternyata milik Elga kekasih gadis itu.

Rasa tidak nyaman kembali ia rasakan. Rasanya benar-benar canggung berada disituasi sekarang ini. Ia takut menatap Elga yang didepannya, kekasih Laneta sungguh menyeramkan baginya. Cowok itu sedari tadi hanya menampilkan wajah datar.

"Dia sama kita gak papa kan El?".Ucap Laneta tersenyum pada kekasihnya.

Elga tersenyum tipis "Iya".

"Makasi".

"Ohiya, Na rumah lo dimana?".Tanya Laneta, menoleh menatap Yuna dibelakangnya.

"A.. Jalan anggrek perumahan no 7".Jawab Yuna gugup. Entah gugup karna apa.

"Kamu kesitu dulu ya, baru anterin aku".Elga hanya mengangguk paham.

Tak lama beberapa menit kemudian mobil hitam milik Elga berhenti tepat didepan rumah yang sederhana. Rumah milik Yuna.

Yuna bergerak keluar untuk turun. Sekarang ia tidak perlu takut pakaiannya akan basah, karna hujan sudah berhenti.

"Makasi Laneta, dan mm... M-makasi Elga".Entah kenapa rasanya begitu takut menatap cowok berwajah datar itu. Apalagi ia sampai menyebut namanya, jantung berdetak dua kali lebih cepat. Bukan berdetak karna cinta, melainkan berdetak karna ketakutan.

"Santai aja Na. kalau gitu kita duluan".Laneta tersenyum singkat setelah mengatakan itu.

Yuna tersenyum "Iya".

Tak lama mobil mewah berwarna hitam itu melaju meninggalkan perumahannya. Yuna menghela nafas pelan sebelum melangkah memasuki rumahnya.

ELNETA

Kalian ada mau disampein👇

Laneta?

Elgale?

Ayuna?

Btw gw cuma mau bilang sama klian. Jangan lupa mampir cerita gw.

Gampang kok, tinggal stalking akun gw terus kalian bakalan temuin 2 cerita. Assek.

Ohiya, jangan lupa divote gess😇

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang