Berkali-kali Elga menghubungi Laneta tapi tak ada satupun panggilannya yang terjawab. Sedang apa gadis itu? Mengapa tidak menjawab telfonnya? Padahal sangat jelas ponsel Laneta berdering.
Rasa khawatir mendominasi hatinya. Tak tahan Elga beranjak dari kasur dan melangkah keluar dari kamarnya. Dengan langkah tergesa-gesa cowok itu menuruni anak tangga kemudian keluar dari rumahnya, tanpa menghiraukan panggilan dari ibunya.
Elga berdecak kesal. Mengapa gadis itu begitu bodoh membiarkan ponselnya berdering. Mengapa tidak mengangkatnya saja.
Elga memutar stir mobilnya mengarahkan masuk kegerbang rumah Laneta. Cowok itu turun kemudian masuk kedalam rumah besar itu. Rumah yang sangat besar dan elegant tapi sayang tak ada satupun tanda adanya penghuni dirumah itu.
Pasti tante Layona masih dikantor. Pikirnya.
"Laneta!".
Tak ada jawaban.
"Neta!".
Sama seperti sebelummya.
"LANETA LAYORA!".
Masih sama.
Elga berdecak sebelum memilih melangkah menaiki anak tangga yang langsung terhubung didepan kamar Laneta.
Ceklek!..
Elga menghembuskan nafas lega. Seorang gadis yang sangat cantik tengah tertidur pulas diatas kasur miliknya. Tidur seperti itu saja masih terlihat cantik. Benar-benar tak habis fikir.
Elga mendekat. Cowok itu mengarahkan tangannya mengusap lembut surai hitam sang kekasih.
Pantas saja Laneta tidak menjawab, karna gadis itu tengah tertidur pulas. Bahkan ponsel miliknya disamping bantal pun tak berhasil membangunkan gadis itu.
Merasa terusik karna usapan dirambutnya. Laneta lantas membuka kelopak matanya perlahan. Mengerjab pelan sebelum benar-benar fokus pada cowok tampan diatasnya.
"Elga?".Laneta terkejut. Mengapa ada Elga disini? Sejak kapan? Apa cowok itu melihatnya dengan keadaan seperti ini?. Tidak!.
"Aku khawatir kenapa kamu gak ngangkat telfon aku. Ternyata sedang tidur? Hm?".Hanya dengan Laneta, Elga bisa selembut ini. Bahkan tatapan tajamnya saja bisa berubah lembut saat berhadapan dengan Laneta.
Laneta bangkit dan tersenyum tipis.
"Kenapa gak kesekolah? Kamu sakit?".Tanya Elga lembut.
Laneta menggeleng pelan "Enggak El, aku gak sakit".Jawabnya.
"Terus?".
"Kesiangan".Singkatnya.
Elga menghela nafas pelan "Harusnya kamu kabari aku kalau gak masuk sekolah. Jangan buat aku khawatir Ta".Ucap Elga lembut.
"Maaf".Laneta menunduk. Merasa bersalah, harusnya tadi ia mengabari Elga dulu.
Elga tersenyum tipis "Kamu gak salah, jangan minta maaf".Ucap Elga. Dan menarik tubuh gadis itu kedalam dekapannya. Mendekapnya erat. Tidak ada kabar seharian benar-benar berdampak baginya. Laneta benar-benar membuatnya gila.
"Jangan diulangi lagi. Aku gak suka".Elga memejamkan mata saat bibirnya tiba-tiba mendarat dikening milik Laneta. Laneta tersenyum hangat menikmati sentuhan bibir Elga dikeningnya. Jika keluarganya tidak menganggapnya, ia masih memiliki Elga. Hanya Elga harapan terakhirnya.
Tuhan jangan biarkan milikku peri dariku dan jangan membuatnya berpaling dariku. Itulah doa-doa yang selalu ia panjatkan setiap hari.
"Mau keluar?".Ajak Elga setelah melepas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNETA
Teen Fiction"Apa yang akan mamah lakuin kalau aku rusakin berkas mamah?". "Tentu saja mamah akan marah". "Tapi mamah selalu rusakin kertas ujian aku". - "Mana yang sakit Ta, bilang sama aku". "Semuanya sakit". - "Andai kamu tau El, gimana sakitnya aku ketika li...