Neta berjalan seorang diri dengan gaya menunduk, tak ingin memperlihatkan wajahnya yang terlihat kacau. Seperti kemarin, yang ia dapatkan hanyalah cacian dan hinaan, bahkan hari ini semakin parah.
Langkah kakinya berhenti saat melihat segerombolan siswi yang tengah menatapnya sinis, sambil berbisik satu sama lain.
"Dateng juga lo? gua fikir lagi morotin duit orang".
"Gua fikir lo nggak bakal dateng kesekolah".
"Masih punya nyali dia".
"Mau caper mungkin".
Neta meremas pegangan tangannya pada tas selempangnya, tanpa menatap mereka gadis itu segera berlalu meninggalkan segerombolan siswi itu.
Lagi dan lagi Neta harus menghela nafas lelah, lelah menghadapi tatapan tak senang yang ditujukan untuknya dua hari ini. Mau mengelak dan berenti menyalahkannya itu sangat mustahil, berita tentang ibunya sudah menyebar luas hingga sampai diluar sekolah.
Tak heran mengapa orang-orang begitu mudah mengetahuinya, Layona merupakan pengusaha yang sukses dibidang fashion, banyak cabang-cabang yang sudah dibangung dikota-kota lain.
"Neta".Panggil Elga sambil melangkah mendekati gadis itu.
"Kenapa telfon aku nggak diangkat? dan kenapa kamu gak bilang kalau udah disekolah?".Tanya Elga dengan raut sedih.
"Aku sibuk".Ketusnya sambil menjaga jarak dari lelaki itu.
"Ta, please maafin aku".Pinta cowok itu lalu meraih tangan Neta dan menggenggamnya erat.
Neta menghela nafas menoleh menatap Elga lelah. "Aku udah maafin kamu El".Ucap gadis itu pelan.
Elga menggeleng pelan. "Tapi kenapa kamu masih nyuekin aku Ta?".
"Aku cuma mau nenangin diri dulu, jadi aku mohon untuk tiga hari kedepan kamu jangan muncul didepan aku dulu".Ucap Neta membuat cowok itu tersenyum kecut.
Sekecewa itukah Neta padanya?.
Hingga harus menjaga jarak seperti ini?.
Jika tau semuanya akan berakhir seperti ini, maka ia akan menolak keras permintaan Yuna yang meminta bantuan padanya.
Diam sejenak sampai beberapa detik berlalu Neta segera bergerak meninggalkan cowok itu yang tengah menatapnya dalam.
"Maafin aku Ta".
***
Neta berhenti melangkah saat matanya menatap Yuna yang berdiri tepat didepannya.
"Ta".
Neta hanya diam, menunggu respon Yuna selanjutnya.
"Kamu tau Elga sahabat masa kecil aku?".Pertanyaan yang muncul dari mulut Yuna sukses membuat Neta terkejut.
"Lo sahabat dia?".Yuna mengangguk.
"Terus?".Yuna diam sejenak sambil menggigit bibir.
"Aku harap kamu nggak bakal cemburu sama aku Ta, kalau misalkan aku deket sama Elga".Seolah berani, Yuna mengucapkan kalimat itu tepat dihadapan Neta, tanpa rasa sungkan akan menyakiti hati gadis itu.
Alis Neta terangkat sebelah, memandang bingung Yuna yang tiba-tiba menjadi beda.
"Lo mau deket kayak gimana emangnya?".Pertanyaan dari Neta membuat Yuna terdiam. Namun gadis itu kembali membuka suara.
"Deket sebagai seorang sahabat".Neta mengangguk mengerti.
"Hanya sahabat kan? Kalau gitu nggak bakal masalah dong".Neta tersenyum kala mengatakan itu, namun kali ini senyuman yang ia tujukan terkesan berbeda, dan penuh makna.
Tanpa mau menunggu kalimat selanjutnya, Neta bergerak hendak pergi.
"Aku suka Elga".Langkah kaki Neta terhenti, tubuhnya diam seolah sangat sulit menggerakkannya kembali, kalimat yang dilontarkan Yuna sungguh membuatnya tak bisa berkata-kata.
"Aku tau perasaan ini salah".Neta berbalik menatap Yuna datar.
"Kalau lo tau itu salah kenapa lo masih lanjutin?, cinta lo?".Ucap Neta sambil menggeleng tak habis fikir.
"Aku juga nggak mau, tapi semakin hari-hari perasaan ini semakin bertambah Ta".Ujar Yuna.
Neta menggeleng pelan. "Lo benar-benar ingkari janji lo, omongan lo semua omong kosong!".
Yuna terkekeh miris. "Aku nggak semunafik itu Ta, kalau aku terus berbohong".
Neta kembali menatap Yuna. "Tapi cara lo salah Na!, lo menyukai kekasih orang!".
"Tapi aku lebih dulu dekat sama Elga Ta, dari pada kamu!. Elga selalu bilang kalau kita udah besar akan pacaran lalu menikah dan mempunyai anak".Ujar Yuna yang menurut Neta sangat tidak masuk akal.
Neta terkekeh remeh. "Dia ngomongnya kapan? dari smp? sd?.. itu cuma sebatas omongan anak kecil Na, lo nggak bisa menganggap itu serius!".Ucap Neta sedikit meninggikan suaranya. Cukup muak mendengar cerita Yuna yang seakan itu semua akan terjadi. Mana bisa begitu, gadis pun itu tau jika itu hanyalah sebuah omong kosong.
Setelah mengatakan itu Neta bergerak lagi dan ingin segera pergi.
"Kita buktiin aja Ta, siapa yang bakal dapatin Elga".Neta menghentikan langkahnya, menoleh menatap Yuna sambil terkekeh remeh.
"Lo cuma berlindung dibalik wajah lugu lo, tapi ternyata lo seorang penghianat".Ujarnya.
"Aku udah capek nyembunyiin semua ini, tapi sekarang aku bener-bener udah lega, seenggaknya aku udah ngasih tau kamu Ta".Ujar Yuna lalu menghela nafas.
"Lega?, haha muka lo keliatan puas banget, lo hianatin temen lo sendiri Na".
"Terserah Ta, kamu mau bilang aku apa".Ujar Yuna santai.
Yuna kembali menatap wajah Neta lekat. "Tapi aku nggak bakal pastiin, kalau Elga gak akan jatuh dipelukan aku. Dan aku masih punya tante Elina yang suka sama aku".Lanjut Yuna sambil tersenyum manis.
Sekarang ia tau seperti apakah sifat asli Yuna, Yuna yang memiliki wajah yang polos dan lugu sekarang sudah berubah menjadi penghianat.
Yuna yang sudah ia anggap teman dengan tega menghianatinya seperti ini.
Gadis yang dulu ia kira baik ternyata hanyalah sebuah topeng belaka yang gadis itu pasang diwajah lugunya.
Benar-benar tak habis fikir.
Neta membalas senyuman itu tak kalah lebar. "Silakan Na, selagi Elga mau sama lo itu sama sekali nggak masalah".Ucapnya setelah itu meninggalkan Yuna yang berdiri sambil mengepalkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNETA
Teen Fiction"Apa yang akan mamah lakuin kalau aku rusakin berkas mamah?". "Tentu saja mamah akan marah". "Tapi mamah selalu rusakin kertas ujian aku". - "Mana yang sakit Ta, bilang sama aku". "Semuanya sakit". - "Andai kamu tau El, gimana sakitnya aku ketika li...