BAGIAN 26

4 1 0
                                    

Pagi hari, hari dimana Neta bersekolah. Dari kemarin malam ibunya tidak pernah memunculkan batang hidungnya, ia juga tidak mempermasalhkan itu karena ia tau ibunya pasti sedang sibuk dengan pekerjaannya atau-

Pria yang ingin dinikahinya.

Entah mengapa mengingat kejadian semalam membuat hatinya kembali merasakan sesak.

Namun jika harus memikirkan itu terus maka fikirannya akan benar-benar kacau, apa lagi sekarang tak lama lagi ia akan ujian nasional, itu artinya fikirannya akan bertambah banyak memikirkan tugas-tugasnya.

-

Laneta berjalan sambil dengan dahi mengerut bingung, antara heran dan aneh. Murid-murid yang dulunya menatapnya ramah dan tersenyum pun sudah hilang, kali ini hanya ada tatapan sinis dan marah.

Apa tatapan itu ditujukan padanya?.

Tentu saja.

Namun penyebabnya ia sama sekali tidak tau mengapa mereka semua menatapnya seperti itu.

"Neta".Seruan suara milik Pinka membuat langkah Neta terhenti. Menoleh menatap gadis itu dibelakangnya.

Pinka tersenyum miring. "Lo pasti seneng dapet papah baru".Ucapan Pinka tentu saja membuat Neta melotot terkejut. Dari mana Pinka tau?.

"Jangan ngawur".Ucap Neta menepis omongan Pinka.

"Siapa yang ngawur?. selamat Ta, untuk calon papah baru lo".Ujar Pinka tersenyum simpul, namun Neta dapat mengartikan jika senyuman itu adalah senyuman remeh.

"Minggir".Desis Neta hendak melangkah.

"Nyokap lo pinter banget nyari calon cuami, udah ganteng..".

"Royal lagi".Lanjut Pinka diiringi kekehan kecil.

Neta mengertakan gigi kesal sambil mengepalkan tangan.

"Janga sok tau".

"Nyokap lo matre juga ya?".Sindir Pinka.

"Paling jago meras uang orang, padahal udah kaya banget tau".

"Jaga omongan lo".Ucap Neta tajam. Rasanya ingin meninju muka gadis itu yang sudah berani mempermalukannya.

"Mau apa lo? anak matre aja bangga lo".Ejek Pinka sambil melangkah pergi.

Neta yang merasa direndahkan mengepalkan tangannya kuat. Memandang orang-orang disekitarnya yang mencibirnya dengan segala perkataan kasar.

"Sok baik tapi matre ya".

"Gua fikir dia baik njir, mukanya sok polos banget lagi".

"Ga guna lo".

"Mati aja lo sekalian".

"Nyesel gua muji-muji dia dulu, ternyata topengnya udah kebuka".

Neta menutup telinganya erat-erat tak ingin mendengarkan kalimat murid-murid disekitarnya. Ingin berteriak membela diri tapi mulutnya seakan enggan untuk membelanya.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang