BAGIAN 17

3 1 0
                                    

"Assalamualaikum".Ucapan Elgale terhenti, kala telinganya mendengar seseorang yang sedang mengucap salam.

Elga dan Neta memperhatikan Elina yang terlihat antusias menyambut orang yang ditunggunya. Elina terlihat sangat senang berlari kecil menghampiri seseorang itu.

Hingga beberapa menit kemudian Elina datang sambil tersenyum bahagia.

"Ini El orangnya".

"Kalian/Yuna/lo?".Ucap Neta Elga dan Yuna serentak. Neta terkejut bukan main begitu juga dengan Elga dan Yuna.

"Yuna, dia El anak tante".Ujar Elina begitu bahagia saat memperkenalkan Elga pada gadis itu.

"A-aku udah tau mereka kok tante, aku satu sekolah sama mereka".Ucap Yuna gugup. Apalagi melihat keberadaan Neta dan Elga tanpa ia duga sebelumnya, rasanya benar-benar ingin segara pulang.

"Wahh, bagus dong".Seru Elina heboh sambil membelakangi Neta. Seolah wanita itu menganggap Neta makhluk kasat mata.

Neta merubah raut terkejutnya menjadi tersenyum ramah menatap Yuna. Namun berbeda dengan Elga yang saat ini menampilkan wajah datar.

"Kalian udah kenal ya? Kalian deket nggak?".Tanya Elina membuat senyum Laneta sedikit mengendur. Apalagi melihat Elina yang membelakanginya.

"Enggak".Bukan Yuna, melainkan Elga yang angkat bicara. Benar-benar memuakkan berada disituasi seperti ini, menyebalkan saat ibunya terlihat lebih menyukai gadis lain dari pada Neta-kekasihnya. Elga menatap gadis itu tak suka.

"Kenapa nggak deket aja?".Ucap Elina menggoda. Membuat Neta dengan cepat memalingkan wajah.

"Mah".Tegur Elga, memperingati ibunya agar tidak kelewatan batas.

"Kenapa sih El?, kan kalian bisa tuh jadi temen, sahabat terus pacaran, siapa tau aja kalian jodoh".Celutuk Elina, benar-benar membangkitkan emosi Elga. Jika bukan wanita itu ibunya, mungkin Elina sudah babak belur sejak tadi.

Elga memandang Elina tak senang. "Mamah apa-apaan sih?, jaga ucapan mamah, disini ada Neta, harus banget ya mamah ngomong ngawur kayak gitu?, mamah bisa nggak sih hargain dikit perasaan pacar aku?".Ucap Elga mengeluarkan unek-uneknya. Siapa yang tidak emosi, melihat pacarnya direndahkan dan tidak dianggap seperti itu?. Ia benar-benar tidak akan menjamin Neta akan baik-baik saja dengan ucapan kurang ajar ibunya.

"Elga-".Ucapan Elin terpotong saat Elga lebih dulu membuka suara.

Cowok itu mengalihkan menatap Yuna dingin. "Lo juga, kenapa lo mau-mau aja sih. Lo nggak ada niat pengen hentiin omongan ngawur nyokap gua? lo sengaja? lo seneng dipuji-puji diatas ketidaksenangan Neta?".Ucap Elga panjang lebar, membuat Yuna menunduk tak berani menatap cowok itu.

"El udah".Neta yang tadinya hanya diam membuka suara, menjadi penengah.

"Enggak Ta".

"Elga, kenapa kamu salahin Yuna sih?, harusnya kamu berterima kasih sama dia yang  udah nolongin mamah!".Suara Elina meninggi.

Elina menatap Neta tak senang. "Kamu, kamu harusnya gak usah deketin anak saya, kamu itu nggak pantes sama Elga!".Ucapan tak menyenangkan Elina membuat Neta lagi dan lagi merasakan sakit.

"Mah!".Tegur Elga menatap marah mamahnya. Tak suka melihat Elina yang terus menyudutkan gadisnya.

"APA!".Bentakan Elina membuat Neta dan Yuna tersentak.

"Harusnya kamu lebih unggul memilih pasangan, bukan malah milih dia yang gak ada apa-apanya".Tekan Elina semakin menyudutkan Neta.

Yuna yang merasa tidak enak pun maju melangkah mendekati Elina yang sudah murka.

"Tante udah, udah tante".Ujar Yuna sambil memegang lengan Elina berniat ingin menenangkan wanita itu.

"Enggak Na, harusnya Elga bisa lebih memilih pasangan, harusnya pacar Elga itu harus seperti kamu".Saat berbicara dengan Yuna Elina melembutkan suaranya, namun berbeda dengan Neta yang terkesan kasar. Dan Neta bisa merasakan itu.

Neta menatap Yuna dengan tatapan sulit diartikan, menatap gadis itu yang berhasil menghentikan emosi Elina. Bahkan baru bertemu satu hari Yuna telah berhasil merebut hati Elina, lantas bagaimana dengannya yang sudah hampir dua tahun berusaha, namun semuanya sia-sia. Wanita itu tetap membencinya sampai sekarang.

"Mamah nggak usah ngawur!, jelas Neta lebih unggul dari gadis itu!".Ucap Elga datar, lalu menarik pergelangan tangan Neta membawanya pergi dari sana.

***

Saat ini Neta hanya diam saja sambil menoleh kesamping menatap orang-orang dipinggir jalan. Fikirannya lagi dan lagi terlintas memikirkan Yuna.

Yuna..

Berhasil membuat hati Elina luluh.

Ada rasa iri dihatinya, saat Elina lebih memiih Yuna dibandingkan dengannya yang notabennya kekasih putranya.

Ada rasa gelisah dihatinya, seperti ada rasa Yuna akan merebut Elga darinya.

Namun ia lebih mempercayai gadis itu yang tak mungkin menghianatinya, Yuna tak seburuk itu membenarkan perkataan Elina.

Ia yakin, Yuna hanya sebatas karyawan saja yang disukai Elina, mungkin karena Yuna yang telah menolongnya, mengingat gadis itu merupakan gadis yang sangat baik.

Laneta menggeleng menyadarkan dirinya untuk lebih memikirkan hal yang jernih. Memikirkan kalau itu hanyalah omongan semata Elina.

"Ta".Suara berat milik Elga berhasil membuat Neta tersentak sedikit kaget.

"Kenapa El?".

"Kamu lagi fikirin omongan mamah ya?".Diam.

"Mamah cuma lagi ngomong asal kok, aku yakin lambat laun mamah pasti bisa menerima kamu Ta".Ujar Elga membuat Laneta tersenyum..

Tersenyum kecut maksudnya. "Aku rasa mamah kamu gak akan mungkin bisa suka sama aku El".

"Aku udah terlalu buruk dimata mamah kamu".

"Nggak akan pernah".

Bersambung!

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang