BAGIAN 11

2 1 0
                                    

Ayuna menghentikan langkahnya, kala melihat dua siswi menghadang jalannya.

Yuna mendongak.

"Lo mau kemana?".Tanya siswi itu pada Yuna.

"Aku mau kekantin".Jawab Yuna polos. Memang saat ini waktunya jam istirahat.

Dua siswi itu mengangguk, lalu tersenyum manis.

"Beliin kita burger, sekalian-".

"Pake duit lo sendiri".Lanjut siswi itu dengan gaya yang terlihat angkuh.

"T-tapi aku gak punya uang".Sebenarnya Yuna masih memiiki uang. Tapi uangnya ia simpan untuk uang jajannya besok. Terkadang jika neneknya hanya mendapatkan pembeli cukup, maka neneknya hanya memberikannya uang 20 ribu. Dan 20 ribu itu termasuk uang membayar ongkosnya saat ingin pulang.

"Beliin gua, ntar langsung lo anter aja dikelas".Ucap Pinka, menepuk pelan bahu Yuna. Seakan menulikan pendengarannya. Pinka berjalan menjauh dari Yuna bersama Sella-temannya.

Yuna berbalik, menatap punggung Pinka sambil menghela nafas pelan.

Apakah uangnya akan cukup?.

Mengapa mereka meminta uang kepadanya. Padahal mereka tau sendiri bagaimana ekonomi keluarganya.

Harusnya Pinka harus mengertinya. Pinka jauh lebih ada darinya, Pinka masih memiliki orang tua lengkap. Berbeda dengannya yang hanya tinggal berdua dengan sang nenek.

Tak ada cara lain selain menuruti perintah Pinka. Lebih baik ia menurut, supaya gadis itu tidak mengganggunya lagi. Meskipun harus mengorbankan dirinya yang kelaparan.

Katakanlah Yuna bodoh!. Yang mau mau saja diperintah oleh Pinka, tapi jika berada diposisi Yuna itu sangatlah sulit. Hidupnya sangat sulit, tak ada orang dibelakangnya yang mau membelanya. Bahkan sampai sekarang ia tidak pernah merasakan pertemanan.

Memangnya siapa juga yang mau berteman dengannya?.

Ia cukup tau diri dengan keadaannya.

Ia miskin.

***

A

yuna berjalan dipinggir lapangan menuju kearea kantin, membeli makanan- tidak maksudnya membelikan makanan untuk Pinka dan Sella.

Hal yang tanpa ia duga. Elgale, kekasih Laneta berjalan berlawanan dengannya. Sepertinya cowok itu ingin menuju kekelas.

Dengan wajah tampan menghiasi wajah Elga bisa membuat cowok itu tetap tampan.

Ia tidak munafik, ia mengakui wajah tampan cowok itu.

Katakanlah ia sangat keterlaluan memuji kekasih orang.

Setelah Elga berjalan melewatinya. Yuna menghentikan langkahnya, berbalik menatap punggung tegap cowok tampan itu.

Beberapa detik kemudian. Bola mata Yuna kian membesar, mulutnya sedikit terbuka.

Sebuah pot bunga hendak terjatuh dari lantai atas. Tepat diatas kepala Elga nanti.

Yuna melangkah cepat m, tanpa aba-aba Yuna mendorong tubuh tegap itu hingga terjatuh.

Bersamaan dengan pot bunga terjatuh dan terhempaskan diatas lantai, hingga pecah berantakan.

Sedangkan Elga tak bisa menahan keterkejutannya, saat ini memasang wajah terkejut. Dadanya berdetak cepat sebelum menoleh menatap Yuna yang tengah menatapnya juga.

"Kamu gak papa?".Ujar Yuna sambil bernafas cepat.

Elga yang sudah menetralkan wajah terkejutnya. Cowok itu bangkit tanpa membalas ucapan Yuna.

Dalam hati Elga mendengus sial. Gara-gara kejadian ini, semua pasang mata tertuju kearahnya. Ia benci mendapa pusat perhatian seperti itu.

"Elga".Seru Laneta. Tiba-tiba melangkah mendekati Elga. Laneta tadi mampir ditoilet, itulah sebabnya mengapa ia tidak bersamaan dengan Elga. Ia menyuruh kekasihnya itu berjalan lebih dulu.

"Kamu gak papa kan?".Tanya Laneta dengan raut cemas. Memegang kedua lengan Elga memastikan keadaan cowok itu.

"Aku gak papa".Ujar Elga tersenyum simpul. Mengacak rambut hitam sang kekasih.

Laneta menghela nafas lega. Ia kaget saat mendengar siswi memberitahunya bahwa Elga hampir tertimpa pot bunga.

Interaksi sepasang kekasih itu, sama sekali tidak lepas dari banyaknya pasang mata. Terutama Yuna yang diam-diam memperhatikan mereka.

Ia baru tau jika Elga hanya akan berbicara dengan Laneta-kekasihnya.

Ia jadi malu sendiri menanyakan keadaan cowok itu, padahal sudah sangat jelas Elga pasti akan mengabaikannya.

"Lain kali hati-hati El".Ujar Laneta gemas. Menggenggam tangan Elga dihadapan semua orang. Seperti sedang menunjukkan kemesraan.

Elga terkekeh tak bersuara. "Iya sayang".Ujarnya.

Tanpa berkata lagi, Laneta berjalan melangkah mendekati Ayuna yang tak jauh darinya. Ia ingin berterima kasih, karena gadis itu membuat Elganya baik-baik saja.

"Ayuna, makasi karena lo udah nolongin Elga".Ucap Laneta tersenyum manis sambil mengusap pelan lengan Yuna.

Yuna membalas senyum Laneta tipis. "Sama-sama".

Laneta membalikkan badan menatap Elga yang masih berdiri.

"El, ayo bilang makasi sama Yuna".Titah Laneta menarik lembut tangan Elga mendekati Yuna kembali.

Tubuh Yuna menegang saat Elga beralih menatapnya datar. Cowok itu benar-benar mengerikan, kecuali bersama dengan Laneta.

"Thanks".Suara serak Elga terdengar di indra pendengarannya. Yuna meremas ujung roknya sedikit grogi.

Yuna mengangguk kaku. Lidahnya terasa kelu untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Cowok itu berhasil membuatnya diam tak berkutik.

.
.
.

Cerita ini masih sangat baru, jadi gua memaklumi klw pembacanya sedikit sj.

Jangan lupa👇

INSTAGRAM: indriwardaniii__

WATTPAD: indriwardn

Jangan lupa difollow akun diatas, biar gua bisa semangat lanjutin part selanjutnya💙.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang