Dengan wajah yang memerah setelah menangis, Neta kini telah sampai dirumahnya. Gadis itu mendorong pintu untuk menutupnya kembali. Lalu gadis itu melangkah memasuki rumahnya lebih dalam, ia butuh kamarnya, ia butuh kasur untuk menumpahkan segalanya.
Namun perasaannya seakan tak membiarkannya tenang, saat Neta menatap menatap pemandangan didepannya, dimana ibunya disana sedang bercumbu mesra bersama dengan seorang pria yang ia yakini calon suami ibunya.
Neta tersenyum kecut melihatnya, tanpa berucap lagi gadis itu melangkah lebar memasuki kamarnya dilantai dua.
Sudah cukup hari ini begitu menyakitkan, bagaimana bisa ia melihat ibunya yang seakan sengaja memperlihatkannya padanya.
Sudah cukup.
Dua orang yang begitu ia sayangi ternyata tega menyakitinya.
Ibunya tanpa rasa bersalah membawa pria itu masuk kedalam rumahnya dan bercumbu tidak layak seperti itu.
Lalu Elga yang dengan tega membohonginya demi untuk gadis seperti Yuna.
Ia kecewa namun ia tidak bisa menyampaikannya langsung. Ia cukup memendam semuanya, biarlah hatinya yang tersakiti, sudah terlanjur juga. Siapa pun yang ingin menyakitinya, silakan sakiti sekarang, tapi setelah itu biarkanlah ia bahagia walau hanya sejenak saja.
Neta menghempaskan tubuhnya diatas kasur, dan saat itu juga tangisnya benar-benar pecah. Gadis itu bebas ingin menangis sepuasnya, karena hanya ia seorang diri disini, tak ada yang melihatnya.
"Kenapa kamu tega bohongi aku El?".Gumamnya disela-sela tangisannya.
Menangis..
Menangis memang bukan untuk menyelesaikan masalah, tapi setidaknya menangis bisa membuat perasaannya menjadi sedikit baik.
***
Yuna menggigit bibirnya. "Makasi karna kamu udah nolongin aku".Elga hanya berdehem menganggapinya.
"Gua harus pergi".Namun dengan cepat Yuna menahan lengan cowok itu.
"Lepasin tangan gua".Desis Elga menatap tajam Yuna yang terduduk diatas brangkar rumah sakit.
"Kamu mau kemana?".
"Bukan urusan lo!".
Yuna tersenyum kecut. "Kamu benar-benar nggak ingat sama aku?".
"Lo Una kan?".Ujar Elga membuat senyuman gadis itu merekah.
"Kamu tau aku El?, makasi karna kamu udah ingat aku".Ucapnya tersenyum.
"Tapi kenapa kamu bersikap seolah nggak kenal sama aku?, kita waktu smp sangat dekat, bahkan kita sahabatan waktu itu".
"Gua nggak mau ngecewain Neta".Ungkapan cowok itu berhasil membuatnya tersenyum miris. Sampai sini ia paham, betapa pentingnya Neta dalam hidup cowok itu.
"Kamu bahkan dulu pernah janji nggak mau ninggalin aku El".Lirih gadis itu.
Elga menggeleng. "Waktu itu gua belum ngerti apa-apa, ucapan gua waktu itu hanya sekedar omongan anak kecil, dan sekarang gua bukan anak kecil lagi".
"Kenapa El?.kamu tau? Kamu berubah banget setelah pacaran sama Neta".Ungkap Yuna tersenyum kecut.
"Jangan bawa-bawa Neta, dan jangan pernah nyalahin dia".Ujar Elga menatap tajam gadis didepannya.
Yuna menggeleng. "Kehadiran dia yang buat semuanya hancur".Seakan fikiran Yuna telah hilang, gadis itu seolah menyalahkan Neta karena kehadiran gadis itu membuat hubungannya bersama Elga renggang.
"Berenti nyalahin dia, Neta nggak ada hubungannya sama masalah ini".Peringat Elga tidak senang.
"Kenapa kamu terus belain dia El? kamu lebih belain pacar dari pada sahabat kamu sendiri".Yuna menggeleng tak habis fikir.
Elga terkekeh remeh. "Emang lo sepenting apa sih harus gua belain? Emang peran lo lebih tinggi dari Neta?".
"Aku suka sama kamu".Ucap Yuna.
"Munafik!, cewek cupu kayak lo nggak pantes sama gua".
Deg!
Yuna menggeleng lirih menatap pria yang ia cintai sendu. Sejijik itukah dirinya?
"Kenapa El? Kenapa kamu tega ngomong kayak gitu sama aku?".Ucap Yuna lirih.
"Kenapa kamu nggak pernah balas perasaan aku?".
"Aku juga nggak kalah cantik sama Neta, aku juga pintar seperti Neta, tapi kenapa kamu nggak bales perasaan aku?".
"Jangan pernah bandingin diri lo sama Neta, dia menang dari segi manapun".Ujar Elga pedas dan langsung meninggalkan gadis itu yang hanya menatapnya sendu.
Setelah kepergian Elga Yuna mengepalkan tangan kuat.
Betapa menyakitkan saat mengetahui cowok itu membuangnya seperti ini.
Tiba-tiba rasa besar ingin merebut Elga dari Neta semakin menjadi-jadi.
Sepertinya kalau hanya mementingkan perasaan orang lain bisa membuatnya terus tersakiti. Biar bagaimana pun ia lebih dulu hadir didalam kehidupan cowok itu.
Bukan Neta.
Ia lebih dulu menempati posisi itu.
Namun bukankah terlalu baik jika hanya memikirkan perasaan Neta? Bukankah ia sangat egois dengan dirinya sendiri jika harus menjaga perasaan Neta?.
Neta sudah mempunyai keluarga yang lengkap, Neta sudah mempunyai segalanya, jadi biarkan ia merebut Elga sahabatnya kembali dari genggaman Neta.
Biarkan ia egois untuk kali ini demi mempertahankan orang yang berarti dihidupnya.
Sekalipun harus bermain licik. Ia akan siap menanggung semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNETA
Teen Fiction"Apa yang akan mamah lakuin kalau aku rusakin berkas mamah?". "Tentu saja mamah akan marah". "Tapi mamah selalu rusakin kertas ujian aku". - "Mana yang sakit Ta, bilang sama aku". "Semuanya sakit". - "Andai kamu tau El, gimana sakitnya aku ketika li...