BAGIAN 13

2 1 0
                                    

Laneta menepuk keras tangan Monara yang menekan keningnya cukup kuat. Menatap kesal sepupunya yang begitu kasar mengobati lukanya.

"Akh.. kasar banget sih lo".

Monara berdecak sebal. "Sabar dong, gua lagi obatin luka lo".

"Sakit".Laneta mengeluh manja. Membuat Nara menatapnya jijik.

"Kalau mau manja jangan sama gua, sama si Elga aja".Bagaimana Nara tau pacar Laneta? Itu karena Neta sendirilah yang memberitahunya. Laneta sering curhat bersama Nara, mengeluarkan hal yang membuat ia senang.

Terkadang Neta sering mengunjungi rumah sepupunya, menggosip tentang hal yang aneh atau saling berbagi cerita. Begitu pun Monara yang juga sering mengunjungi rumah Neta, sepupunya.

Laneta berdecak. Saat Nara menyebut nama cowok itu tiba-tiba saja ia merasa kesal, kesal karena cowok itu terus menolak panggilannya dan tidak merespon pesannya. Padahal ia sangat merindukan kekasihnya itu, meskipun beberapa jam yang lalu mereka bertemu.

Pasti Elga sedang sibuk dengan game nya.

Atau sibuk berkumpul dengan sahabat tongkrongannya.

"Lo kenapa?".Tanya Nara bingung saat mendapati wajah murung sepupunya.

Laneta menghela nafas berat. "Elga nggak ngerospon pesan gua".Ucapnya lesu.

Nara mengangkat bahu"Postif thingking aja, mungkin si Elga lagi selingkuh".Celutuk Nara begitu saja.

Laneta mendengus kesal lalu menggeplak lengan Nara keras. "Omongan lo disaring".Ujar Laneta tak terima.

"Tapi gua percaya sih, Elga gak akan macam-macam dia nggak mungkin cari cewe lain. Gua udah terlalu cantik buat dia".Ujar Neta pede, membuat Nara memutar matanya malas.

"Pede lo kurangi dikit".Ujar Nara mendengus geli.

"Nggak pede nggak hidup".

Monara diam sejenak memperhatikan luka dikening sepupunya, ia menghela nafas berat..baru tau jika selama ini Neta diperlakukan keras oleh ibunya, dan itu semua karena dirinya.

Benar, jika saja ia tidak muncul dan mendapatkan nilai sempurna mungkin Neta akan baik-baik saja.

Tapi disisi lain, ia juga ingin melihat ayah dan ibunya bangga padanya.

Sebenarnya Neta itu pintar, ia bisa melihat nilai Neta waktu smp dulu. Neta bahkan selalu mendapatkan nilai seratus, dan pernah mengalahkannya.

Sekarang ia tau mengapa nilai Neta bisa berubah drastis, itu karena ibunya yang selalu mengekang dan menuntut Neta agar bisa terlihat sempurna.

"Kenapa lo liatin gua".Ucap Neta merasa diperhatikan oleh Nara.

Nara tak menjawab, melainkan menarik tubuh Neta dan memeluknya erat.

"Maafin gua Ta, maafin gua".Gumam Nara didalam pelukan Neta.

Sedangkan Neta mengerutkan bingung tak mengerti.

"Lo kenapa sih?".

"Gara-gara gua tante Yona jadi keras sama lo".Ujar Nara.

Neta menghela nafas pelan, dan melepas pelukan sepupunya.

"Ra, lo nggak perlu nyalahin diri lo. itu sama sekali bukan salah lo".Ujar Neta tulus, menatap sepupunya dengan kasih sayang. Ia menyayangi Nara, sepupunya.

Nara tersenyum kecut. "Jangan benci gua Ta".Pinta Nara pelan. Ia sangat takut dibenci oleh Neta, ia takut sepupunya akan membencinya sewaktu-waktu.

Neta tersenyum kecil. "Nggak akan".

***

Saat ini Neta berdiri didepan pintu utama, mengantar sepupunya yang hendak pulang. Neta menghela nafas berat menatap Nara, setelah ini ia akan kesepian, tak ada lagi Nara yang membuatnya tertawa, tak ada lagi Nara yang membuatnya merasa terhibur.

"Ati-ati".Ujar Neta pada sepupunya.

"Iya. Lain kali kalau lo bosen, lo bisa pergi kerumah".Ucap Monara.

"Gua sibuk".

"Sok sibuk lo".

"Ya emang bener sibuk".

"Sibuk apa?".

"Belajar".

"Hm, semangat Ta".

"Pasti".

"Gua pamit dulu".Pamit Monara pada Laneta.

Laneta mengangguk. "Iya".

"Jaga diri lo baik-baik".

"Ck lo kira gua anak kecil?".

"Jangan minum racun, jangan makan tai, dan jangan makan sabun".Pinta Monara dan langsung membuat Neta tertawa. Neta mudah tertawa dengan segala tingkah receh sepupunya.

Nara adalah tipikal orang yang suka membuatnya tertawa.

Dan Neta yang sangat mudah tertawa, meskipun dengan lelucuan receh.

Persepupuan yang kombinasi, dua sepupu yang saling melengkapi dan mengisi kekosongan satu sama lain. Namun selalu dibeda-bedakan oleh sang nenek.

Nara yang selalu didambakan oleh sang nenek.

Lalu Neta yang selalu dibandingkan oleh nenek.

Nara dipuji oleh keluarganya, sedangkan ia selalu dipojokkan. Meskipun begitu tak pernah ada niat Neta membenci Nara.

Ia sangat menyayangi sepupunya itu.

Sangat.

ELNETATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang