Neta duduk meringkuk di balkon kamarnya sambil menatap gedung-gedung yang menjulang berjejeran didepannya. Hawa dingin menusuk kulit rapuhnya membuat gadis itu kembali merapatkan jaket yang ia kenakan.
Angin yang sepoi-sepoi berhasil membuatnya sedikit tenang, rambut panjangnya yang beterbangan mengenai wajah cantiknya yang terlihat sembab.
Keadaannya begitu kacau. Tak ada waktu lagi untuk mengurusi dirinya sendiri.
Neta menunduk menatap ponselnya yang berdering menampilkan nama Elga yang tertera dilayar. Gadis itu tersenyum miris sebelum melempar ponselnya kebawah, membuang begitu saja ponselnya seperti sampah.
Namun beberapa detik kemudian, bunyi gesekan pintu kamarnya terdengar jelas ditelinganya namun Neta memilih mengabaikannya. Gadis itu tetap dengan posisinya.
"Ta".
Deg!
Neta bisa merasakan jantungnya yang berdetak cukup cepat, begitu terkejut mendengar suara seorang pria dibelakangnya.
"Kamu kenapa Ta?, kenapa chat aku nggak dibalas?".Tanya Elga bergerak maju, saat melihat Neta yang enggan menatapnya. Ada apa dengan gadis itu?
"Ta".Sekali lagi Elga memanggil gadis itu, namun tak ada reston satu pun yang dibalas. Elga yang merasa heran pun berjongkok didepan kursi yang di duduki Neta.
"Ne-".
"Pergi".Lirih Neta yang masih enggan menatap cowok itu.
"Kamu kenapa Ta?".Tanya Elga kesekian kalinya.
"Aku bilang pergi!".
Elga menggeleng tanda tak setuju. Belum mengerti salahnya dimana sehingga membuat gadis itu enggan menatapnya seperti ini.
Elga meraih tangan gadis itu menggenggamnya "Bilang sama aku, kamu kenapa?".
Neta menoleh menatap cowok itu sambil tersenyum kecut.
"Penghianat!".
Elga tertegun mendengar kalimat yang meluncur begitu saja dari mulut kekasihnya.
"Kamu abis ketemuan sama Yuna?".Tebak Neta membuat Elga tersentak sesaat.
Elga menggeleng cepat, menepis omongan gadis itu.
"Enggak Ta, gak kayak gitu".
Neta terkekeh miris. "Gak gimana? kamu bahkan bohong sama aku tadi pagi, kamu fikir aku gak tau?".
"Kamu bilang kalau kamu ada dirumah, tapi ternyata kamu ada dirumah sakit..".Ucap Neta menggantung.
"Berpelukan bersama Yuna".Lanjutnya dengan nada yang lirih. Bahkan Elga bisa menebak bahwa gadis itu kecewa terhadapnya.
Ia memang kerumah sakit, itu pun karena paksaan ibunya yang menyuruhnya untuk membawa Yuna yang katanya sakit perut.
Terpaksa ia membohongi Neta karena tidak ingin mengecewakan gadis itu. Ia tidak ingin Neta kecewa terhadapnya, ia tidak ingin Neta berfikir macam-macam.
Namun yang dikatakan gadis itu tidaklah benar, ia sama sekali tidak berpelukan bersama Yuna.
"Kamu salah paham sayang".Ujar Elga berusaha menggapai tangan gadis itu, namun dengan cepat Neta menepisnya.
"Kalau aku salah paham nggak seharusnya kamu bohongin aku!, harusnya kamu jujur aja dari tadi".Ucap Neta kecewa.
"Kamu tau? Aku dijadiin bahan omongan oleh anak-anak disekolah, mereka mencaci aku dengan segala kata-kata kasar".
"Aku berharap kamu datang dan terus disamping aku, tapi ternyata kamu nggak datang, kamu lebih memilih bersama dengan Yuna".Ucapnya lirih, tanpa terasa sebulir air mata mulai berjatuhan dipelupuk matanya. Matanya memburam menatap cowok itu kecewa.
Kecewa dengan sikap Elga yang membohonginya demi untuk gadis lain.
Kecewa dengan Elga yang lebih mementingkan gadis lain dibandingkan dirinya.
Kecewa dengan Elga yang hanya berbicara omong kosong.
Elga menggeleng pelan. "Aku terpaksa Ta".
Neta kembali terkekeh, sangatlah jelas jika itu bukan kekehan lucu, melainkan kekehan pedih.
"Omongan kamu nggak masuk akal!".
Elga kembali menggeleng.
"Kamu jangan salah paham dulu, biarin aku jelasin semuanya".
Neta hanya menatap cowok itu sekilas dan kembali memalingkan wajah, tak ingin menatap kekasihnya itu terlalu lama, semakin ia tatap semakin membuat perasaannya semakin bertambah sakit.
"Hadap aku Ta, liat aku".Pinta cowok itu sambil terus menggenggam tangan kekasihnya.
"Aku capek El, capek".
Tanpa aba-aba Elga langsung menerjang tubuh gadis itu kedalam pelukannya, memeluk gadisnya erat sambil terus menggumamkan kalimat maaf.
"Kamu tau El aku paling benci dibohongi".Ucap Neta disela-sela pelukannya.
"Maafin aku Ta, maafin aku. Aku salah.. maaf".Kepala Elga membenamkannya disela-sela tengkuk gadis itu.
***
Neta berjalan seorang diri dengan gaya menunduk, tak ingin memperlihatkan wajahnya yang terlihat kacau. Seperti kemarin, yang ia dapatkan hanyalah cacian dan hinaan, bahkan hari ini semakin parah.
Langkah kakinya berhenti saat melihat segerombolan siswi yang tengah menatapnya sinis, sambil berbisik satu sama lain.
"Dateng juga lo? gua fikir lagi morotin duit orang".
"Gua fikir lo nggak bakal dateng kesekolah".
"Masih punya nyali dia".
"Mau caper mungkin".
Neta meremas pegangan tangannya pada tas selempangnya, tanpa menatap mereka gadis itu segera berlalu meninggalkan segerombolan siswi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELNETA
Teen Fiction"Apa yang akan mamah lakuin kalau aku rusakin berkas mamah?". "Tentu saja mamah akan marah". "Tapi mamah selalu rusakin kertas ujian aku". - "Mana yang sakit Ta, bilang sama aku". "Semuanya sakit". - "Andai kamu tau El, gimana sakitnya aku ketika li...