Pov Danar
"Ca, bikinin mie pakai telur"
Hujan begitu deras, aku baru saja pulang dari praktek klinik, dan menjemput Naya di kampus, setelah mengantarkan pulang kerumahnya, hujan begitu deras disaat aku masih di jalan, apalagi hari itu aku mengendarai sepeda motor bukan mobil.
Suasana sore yang mendung, semilir angin di jalan menambang rasa dingin menerpa kulit, tetapi begitu hangat kala Naya memelukku dari belakang, akan tetapi rutinitas menghangatkan badan tak bisa kami lakukan karena Naya sedang menstruasi di tambah Eca di rumah sendiri, karena lagi-lagi mama dan papa pulang ke Kediri karena kakek kembali sakit.
"Pakai cabai enggak?"
"Iya, kasih sayur, sekalian susu coklat"
"Tadi enggak dapat jatah susu memangnya"
Sambil berjalan meninggalkan ruang tengah, untuk menuju dapur Eca bisa menggodaku, yang pastinya karena aku meminta susu coklat kesukaanku.
Tak tahu saja tuh anak, kakak nya ini telah tersiksa masih saja di ingatkan dengan hal yang kini menjadi canduku.
Eca merupakan tipe penurut, setiap kali kusuruh selalu menurut entah itu tadi dia sedang menonton drama korea kesukaannya, atau sedang bermalas-malasan di atas kasur, tidak seperti saudari kembarnya, pasti akan memakiku habis-habisan.
Rio FK UNS calling...
Ponsel yang tadi di mainkan tertinggal di atas meja depan televisi, tak berdering hanya bergetar.
Belum sempat kuterima, tetapi sudah di matikan dari pihak sana, dan akhirnya rasa penasaranku akan siapa Rio ini membuatku membuka ponsel milik Eca.
Cukup gampang, kunci dengan kode tanggal lahir milikknya kemudian membaca isi pesan dari Rio ini.
Dari foto terlihat anak ini termasuk cowok penyuka alam, dengan gambaran alam yang begitu indah sebagai foto profilnya.
Jariku begitu lincah untuk menscroll keatas, dapat kusimpulkan keduanya sedang dalam masa pendekatan, dan Rio ini adalah teman sekelas dari Eci, dan keduanya telah di perkenalkan oleh Eci.
Bukannya aku lancang yang ingin mengetahui privasi orang lain, akan tetapi aku hanya ingin menjaga Eci selama dirinya di percayakan oleh keluarganya untuk di titipkan kepada keluarga ku.
Kuletakan kembali ponsel milik Eca di tempat asalnya, karena terdengar langkah kaki Eca yang berjalan menuju keruang keluarga ini.
"Kipasin biar sedikit hangat, enggak bagus makan panas"
Begitu penurutnya Eca, meskipun menggerutu akan tetapi dirinya tetap mengerjakan apa yang kuminta, bukan karena aku yang sok berkuasa tetapi ini caraku untuk mengalihkan perasaanku padanya, yang mana kadang kala ingin memeluknya, menyayanginya seperti masa kecilnya tetapi dengan perasaan lain untuk saat ini, perasaan sayang lebih dari kakak ke adik.
"Iya bos, ngincip susu nya ya"
Sambil mengipas mie instan ala Eca sesuai permintaanku, Eca sedikit menyeruput susu coklat yang juga di buat olehnya.
"Kamu punya pacar ndel?"
Saat aku mulai menikmati semangkok mie instan kuah, dan Eca kembali fokus pada ponselnya.
"Belum"
"Masak?"
"Serius, mungkin bentar lagi"
Jawabnya yang di iringi dengan terkekeh antara bahagia akan dirinya dan malu kepadaku.
"Memangnya lagi dekat sama cowok kamu?"
"Enggak"
Bohongnya, dengan mengubah posisinya bermain ponsel dengan tidur miring pada kasur lantai di depan televisi membelakangiku.
"Kok bilang bentar lagi"
Dengan terus kudesak akhirnya Eca bangkit untuk duduk menghadapku, memintaku untuk menyuapinya mie yang sedang kumakan.
"Tapi janji jangan ngadu sama bang Saka"
Mulut yang penuh dengan makanan itu, akhirnya memulai mengeluarkan curahan hati seorang Eca.
"Iyaa, emangnya mas ini kamu sama Eci"
Jari kelingking kutautkan pada jari kelingking Eca yang telah di ayunkan di depan mataku, tanda kami telah berjanji.
"Eca lagi pendekatan sama teman sekelasnya Eci, yang ngenalin Eci, kita udah pernah ketemu tiga kali, namanya Rio, anaknya baik, agamanya bagus, hobi naik gunung,,,,"
Cerita panjang Eca yang menggebu, penuh dengan aura jatuh cinta, yang mana itu membuatku sedikit tak rela dia bisa jatuh cinta dengan laki-laki lain, apalagi sampai berhubungan lebih dari sekedar teman dengan laki-laki lain selain diriku, akan tetapi bagaimanapun juga bukankah aku ini adalah sosok kakaknya, kita tak mungkin bisa lebih dari sekedar kakak adik.
"Lebay"
Kuletakan mangkok sedikit kasar kelantai, dan ku teguk susu coklat yang sudah tak lagi panas.
"Biarin lebay, namanya juga jatuh cinta"
"Kamu cinta?"
"Iya, Eca jatuh cinta sama Rio"
Sakit, begitu sakit rasanya di dada ketika kata cinta untuk orang lain itu terucap dari mulut mungin Eca.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceMenikah dengan seseorang yang sejak kecil sudah mengenal diri kita, keluarga besar bahkan mengetahui hal-hal buruk yang kita simpan, bukan lah hal mudah jika pernikahan itu hasil perjodohan yang dipaksakan. Berawal pernikahan yang diharapakan untuk...