Suatu hal yang tak biasanya, seusai sholat dhuhur dan makan siang, yang biasanya ada yang pulang, atau jalan-jalan, kali ini semua berkumpul, bahkan suasana yang biasanya ramai akan bercandaan saat ini begitu serius terasa.
"Ada apa sih mbak?"
Mbak Talita memintaku untuk ikut bergabung di ruang tengah, dan semua telah duduk di atas karpet memutari ruangan.
"Kamu nanti juga tahu"
Sedikit takut-takut, seakan dejavu, bukankah tercetusnya perjodohan itu suasana ketika lebaran seperti ini.
Ikut bergabung duduk melantai bersama yang lain, hingga kemudian bang Saka beserta sang istri duduk di sampingku, yang kulihat juga baru saja selesai menikmati makan siang.
"Ada apaan dek?"
"Enggak tahu kak, bagi warisan kali"
Aku berbisik kepada kak Ais, dan di balas cubitan kecil serta peringatan untuk tidak bicara seperti itu karena eyang kami masih hidup dan sehat.
Tak lama om Panji membuka suara, kali ini semuanya terdiam, kurasa memang banyak yang tak tahu ada acara apa.
Tetapi hatiku sedikit takut, jika ini mau di minta untuk mengaji dengan acara peringatan kehamilan mbak Rima atau yang lainya menyangkut putra dari om Panji.
"Kuatkan hamba Ya Allah"
Selesai om Panji berbicara, kini berganti mama Galuh yang berbicara, dengan inti permohonan maaf mereka kepada keluarga besar, terutama orang tuaku dan spesialnya adalah diriku yang akhirnya kini bisa bertemu kembali.
Kucari-cari dengan mataku, mas Danar duduk di samping sang istri, di dekat eyang pakdhe Amar, sang pemilik rumah ini.
"Di hari ini, yang sudah saya tunggu lama, di hadapan semuanya saya ingin memohon maaf kepada semua keluarga besar terutama dek Eca"
Aku mendengar jelas permohonan maaf itu, bukan mama Galuh lagi dan juga bukan sang putra melainkan mbak Rima, akhirnya aku mendongak untuk menatap seseorang yang menyebut namaku, dan semua keluargaku kini menatap diriku.
Kuanggukan kepalaku, tangan kak Ais meraih tanganku, mengkuatkan diriku, selain Eci dan bang Saka kak Ais sebagai kakak iparku sangatlah menyayangiku, bahkan dirinya ikut berperan ketika aku membuat skripsi, sebelum aku benar-benar pindah kampus, tentu saja tak gampang untuk diriku melanjutkan pendidikan saat itu.
"Maaf karena keegoisan saya, membuat keluarga ini menjadi renggang"
Kembali aku mendengar jelas suara mbak Rima, setelah kuakhiri melamunkan masa laluku yang penuh perjuangan, dengan tinggal di Kendari bersama Om Dion dan tante Hani.
"Waktu itu saya takut sama ayah"
Terjeda kembali ucapan mbak Rima akan tangisannya yang benar-benar apa adanya tak di buat-buat, dari terlihat sorot matanya, dan sesegukannya.
"Sebenarnya saya keguguran waktu itu bukan anak dari mas Danar"
Tiga tahun rahasia itu terbuka saat ini, aku ikut terkejut mendengar itu, dan kini aku mencari keberadaan kak Talita.
Aku berdosa kepada mas Danar, saat itu kak Talita yang menemuiku di Jakarta, karena aku pulang kerumah orang tuaku bersama bang Saka, di susul oleh mbak Talita setelah kuajukan gugatan cerai kepada sang adik.
Mbak Talita menceritakan jika mas Danar tak tidur dengan mbak Rima, tetapi aku menyangkal itu semua, bagaimana tidak aku merasa lebih tahu kenakalan sang adik mbak Talita daripada sang kakak, dan bahkan kuceritakan semua kebejatan mas Danar kepada sang kakak, kubuka aib suamiku sebelum kami resmi bercerai, sungguh berdosakah waktu itu aku menjadi isteri, bahkan kami bercerai sebelum kuberikan hak mas Danar sebagai suami.
"Maafin Eca Ya Allah, maafin Eca mbak Talita sudah bentak-bentak mbak waktu itu"
"Saya bukan ingin membuka luka lama, tetapi saya punya kewajiban untuk memperbaiki nama baik mas Danar, saya merasa terhukum tiga tahun jadi izinkan saya menceritakan semua yang terjadi tiga tahun lalu"
Mataku mulai merasa panas, mbak Rima menceritakan semua rahasia yang dia simpan selama ini, tanpa menceritkan aib dari sang suami jika mereka berpacaran melebihi batas, bukan kah memang begitu sebagai istri tak sepertiku yang membuka itu semua saat itu.
Menceritakan bagaimana dirinya membungkam mulutnya saat itu, karena takut akan ayahnya yang temperamen, dan saat itu dia tak berdaya, demi menyelamatkan diri sendiri dirinya menerima itu semua, selain itu kedua orang tua nya hanya tahu jika kekasih mbak Rima adalah mas Danar bukan cinta pertamanya.
Dan bahkan setelah ijab kabul itu, mbak Rima seakan di buang oleh kedua orang tuanya, tak ingin mengakui mbak Rima sebagai putri mereka.
Ternyata aku lebih beruntung karena memiliki orang tua, memiliki keluarga yang selalu merangkulku kala aku dalam masalah.
Kali ini aku menangis, aku tak sekuat yang kukira jika menyinggung akan orang tua.
Satu lagi rahasia di buka oleh mbak Rima, entah ini aku harus bahagia atau tidak, pasalnya sekarang tak lagi seperti dahulu keadaan kita semua.
"Sudah sejak dek Eca SMA rasa cinta itu ada"
Kalimat yang di akhiri mbak Rima yang sebelumnya menceritakan rahasia sang suami.
Benarkah mas Danar menyukaiku sejak lama, apakah kecupan di saat aku usia tujuh belas tahun di dalam mobil, saat Eci sudah memiliki kekasih dan aku juga ingin merasakan ciuman.
"Apakah sejak itu?"
Pertanyaan itu terus mengiang-ngiang di kepalaku, hingga tak lagi fokus pada cerita mbak Rima.
"Dan sekarang di hadapan semua, saya ingin mas Danar menalak saya"
"Astagfirullah"
Semua beristigfar, begitu pun denganku, benar-benar terkejut dan begitu banyak cerita yang aku tak tahu selama ini, bahkan ternyata kau tak mengenal baik mas Danar meskipun sejak kecil kami begitu dekat.
Para orang tua memberikan nasihat, tak harua dengan perceraian lagi untuk jalan keluar ini semua, tetapi jawaban mbak Rima kali ini benar-benar membuatku merasa bersalah kepadanya, dan rasa iri ku padanya tadi telah kucabut, karena ternyata aku lebih bahagia selama ini.
"Kami menikah hanya untuk menyelamatkan nama baik orang tua, bahkan dalam negara pernikahan kami tak tercatat, Dan cinta mas Danar hanya untuk Eca, sekarang Eca telah kembali saya ingin mengembalikan cinta itu kepada sang pemilik sesungguhnya"
Aku tak mengerti dengan mbak Rima, tetapi suara mas Danar yang ingin melakukan apa yang diminta mbak Rima, membuatku berhenti berpikir akan mbak Rima.
"Mas jangan"
Aku lebih dulu berteriak sebelum mas Danar benar-benar melakukan apa yang diminta mbak Rima. Bukankah ini jahat untuk mbak Rima, ini tak adil baginya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomanceMenikah dengan seseorang yang sejak kecil sudah mengenal diri kita, keluarga besar bahkan mengetahui hal-hal buruk yang kita simpan, bukan lah hal mudah jika pernikahan itu hasil perjodohan yang dipaksakan. Berawal pernikahan yang diharapakan untuk...