Semalam suntuk aku tak bisa memejamkan mata, mulai dari bang Akbar yang menyebutkan nama Mbak Rima hingga janjinya yang akan menceritakan semuanya, dan di tambah dengan pesan singkat dari mas Danar yang mengucapkan selamat padaku, dan entah kenapa itu kenapa membuatku terganggu.
Mengingat sosok mas Danar yang dahulu seakan pengganti bang Saka kala aku tinggal di Yogjakarta, tinggal dalam satu atap bersama, selalu royal memberiku uang jajan, mengantarku kesana kemari ketika aku main bersama temanku, bahkan ketika dirinya berkencan sering mengajakku, bahkan kami sering tidur dalam kasur yang sama, selayaknya kami saudara kandung, dan hubungan itu renggang kala kami di jodohkan dan akhirnya berpisah.
Sehabis sholat subuh rasa kantuk tak bisa kutahan, akibat semalam tak bisa tidur, hingga di pukul sepuluh pagi tepukan Eci di pipiku dan ocehan bayi kecil yang di tidurkan di sampingku membuatku membuka mata.
"Hidup lu mbak? Sejak pagi di bangunin kagak respon sama sekali"
"Jam berapa dek?"
"Sepuluh"
"Hah"
Terkagetnya aku kala mendengar Eci menyebutkan pukul sepuluh, padahal aku memiliki janji dengan Bang Akbar pukul sepuluh.
"Tuh, si Akbar sudah datang"
Ketusnya Eci ketika menyebutkan nama bang Akbar, kemudian bangkit menggendong sang putri, berjalan keluar dari dalam kamarku.
Menyelesaikan ritual bersih-bersih badan, hingga berdandan dan hampir satu jam kuhabiskan, semua kulakukan dengan terburu-buru karena Bang Akbar sudah menungguku di ruang tamu.
"Maaf ya Bang nungguin Eca lama"
Begitu sabar dengan tersenyum ramah ketika aku masuk keruang tamu dan memohon maaf atas keterlambatanku.
"Enggak_"
"Mbak Eca itu pemalas loh, lu pikir-pikir lagi deh kalau mau nikahin dia"
Eci dengan kejutekannya menyela ucapan Bang Akbar, lebih tepatnya dengan sengaja menjelekanku di depan Bang Akbar agar tak jadi menikahiku.
Kembali tersenyum bang Akbar dalam menanggapi ucapan Eci, kemudian kami berdua pamit pada semua orang di rumah, yang mana masih ada beberapa saudara yang masih tinggal dirumah sejak acara semalam.
Mobil bang Akbar meninggalkan pekarangan rumah, hari minggu siang ini jalanan sudah mulai ramai akan aktifitas penduduk ibu kota.
"Mau makan dulu?"
"Boleh Bang"
Singgah untuk makan siang bagi bang Akbar tetapi ini adalah sarapan bagiku, karena tadi melewatkan sarapan bersama keluarga dimana aku tertidur dan bangun hari sudah siang hari.
Bang Akbar sosok yang pandai mencairkan suasana, membuat suasana ramai akan cerita-cerita lucunya, selain itu wawasannya begitu luas, dan satu lagi dia tak banyak mengumbar gombalan seperti laki-laki yang hobi berkata manis kepada pasangannya.
"Habis ini kemana Bang?"
"Taman Anggrek mau?"
Kuanggukan kepalaku, memang sepertinya kita harus melipir ketaman daripada mengobrol di kafe.
Segera menyelesaikan makan kami, dan Bang Akbar membeli beberapa makanan ringan untuk menemani kami di perjalanan, dan satu lagi yang kutahu dari Bang Akbar siang ini, dirinya hobi ngemil.
Ragunan adalah tujuan kami, lebih tepatnya taman anggrek yang akan menjadi tempat kami bercerita.
"Ngantuk kamu dek?"
"Enggak kok Bang, baru juga bangun tidur"
Aku terkekeh di saat menjawab pertanyaan bang Akbar, lebih tepatnya menutupi rasa malu ku karena masih tertidur disaat dirinya sudah datang menjemputku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)
RomantikMenikah dengan seseorang yang sejak kecil sudah mengenal diri kita, keluarga besar bahkan mengetahui hal-hal buruk yang kita simpan, bukan lah hal mudah jika pernikahan itu hasil perjodohan yang dipaksakan. Berawal pernikahan yang diharapakan untuk...