Jika ada yang pergi maka akan ada yang datang, begitu pun dengan hidupku saat ini, jika makan sore dua minggu lalu dengan bang Akbar merupakan pamitnya tentara mantan tunangan sehariku itu untuk pergi bertugas kembali, maka kedatangan seseorang dengan tiba-tiba di saat aku pulang dari rumah sakit seakan seperti awal kehidupan baru.
Kedatangan mendadaknya membuatku terkejut, begitu juga dengan ayah dan bunda, bunda lebih dahulu tiba di rumah sedangkan aku yang mampir terlebih dahulu kerumah bang Saka membuat hampir adzan magrib ketika masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam"
Salamku terjawab dari dalam rumah, terdengar dari suara bunda dan suara laki-laki tetapi bukan ayah, karena ayah juga baru terlihat memarkirkan mobilnya di garasi.
"Mas"
Kututupi keterkejutanku, menyalaminya setelah mencium tangan bunda, belum sempat aku bertanya akan kedatanganya, ayah lebih dulu mengucapkan salam ketika memasuki rumah.
"Loh, ada Danar?"
"Apa kabar Om?"
Mencium tangan ayah dan berbasa basi menanyakan kabar dari mantan mertuanya, mas Danar kembali duduk pada sofa bersama bunda.
"Eca mandi dulu"
Masih sedikit canggung berhadapan dengan mas Danar, meskipun hati sudah berdamai akan masa lalu berkat bang Akbar yang mengungkap semua kesalah pahaman.
Kunaiki tangga menuju lantai dua, dimana kamarku berada, menyelesaikan rutinitas di dalam kamar mandi, dan kembali turun kelantai satu dimana mushola kecil di rumah berada, berjamaah bersama ayah dan bunda seperti hari biasanya.
"Kamu imam ya"
Tepukan lembut di pundak mas Danar oleh ayah, dan sebelum mas Danar menjawab setuju atau tidak, Ayah lebih dulu mengumandangkan iqomat dan akhirnya mas Danar maju kedepan untuk menjadi imam kami di sholat magrib ini.
Boleh nggak sih berhayal waktu di putar mundur, momen seperti ini membuat hanyut kedalam perasaan, merindukan saat-saat berjamaah dengan keluarga mas Danar, dengan adanya Om Panji dan juga mama Galuh.
Selesai berjamaah ayah yang berada di ruang makan, sedang meminum air bersuara.
"Mbak, ini ayah sama bunda mau ke acara nikahan anak teman ayah, kamu mau ikut atau di rumah?"
"Dirumah saja Yah"
"Danar sekalian ikut aja, enggak ada acara kan?"
Sebenarnya selain malas harus berdandan yang membutuhkan waktu, dan pastinya ayah dan bunda akan mengomel jika kelamaan menunggu, di rumah juga ada mas Danar tak mungkin kutinggalkan sendiri.
"Makasih Om, tapi Eca kalau mau ikut enggak apa-apa, aku bisa dirumah saja kalau boleh, atau aku bisa jalan-jalan sendiri"
Mas Danar yang melipat sarung di mushola kecil depan ruang makan menanggapi ajakan ayah.
Membuatku penasaran apa tujuan mas Danar datang kesini, karena kami belum mengobrol selain menyapa dia awal aku masuk rumah, dan sekarang dirinya mengatakan akan di rumah saja, atau jalan sendiri, apakah berarti dirinya akan menginap disini.
Bukan masalah jika mas Danar menginap dirumah seperti dahulu pun juga sering dia lakukan saat libur sekolah dan berlibur kesini bersama mbak Talita tetapi saat ini, statusnya berbeda membuatku sedikit canggung.
"Mbak enggak apa-apa ya Bunda tinggal, sebentar kok"
Semoga saja kata sebentar dari bunda itu benar adanya, pantang sekali datang keacara kolega ayah dimana disana bertemu banyak teman-teman ayah, dan itu pastinya tak akan sebentar saja, itu juga salah satu alasanku malas untuk ikut acara ayah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dentist (Tersedia Lengkap Di Ebook)
Storie d'amoreMenikah dengan seseorang yang sejak kecil sudah mengenal diri kita, keluarga besar bahkan mengetahui hal-hal buruk yang kita simpan, bukan lah hal mudah jika pernikahan itu hasil perjodohan yang dipaksakan. Berawal pernikahan yang diharapakan untuk...