BAB 38 ELSHANUM

84 31 3
                                    

Jakarta, 18 Januari 2021

Setelah satu Minggu gue magang di perusahaan sendiri, yang tanpa satu hari pun si nenek lampir Lala terus menerus mengerjai gue. Akhirnya gue bisa lepas dari semua itu, karena hari ini ayah bakal ngenalin gue sebagai putrinya bukan anak magang lagi.

Hari ini gue bakal ambil alih perusahaan,

" El berangkat bareng Ayah Yah" ujar Ayah saat menyelesaikan sarapannya.

" Loh kenapa? El mau berangkat sendiri aja" tolak gue sambil mengunyah roti selai cokelat.

" Gak boleh, " ujar Ayah meninggalkan ruang makan.

" Ayah tunggu didepan Yaaa" teriaknya.

Gue cuman bisa menghela napas pasrah, Ayah tipekal orang yang paling tidak suka dibantah.

" El berangkat Bun" ujar gue menyalimi Tangan bunda.

" Semangat kerjanya" ujar bunda sambil mencubit pipi gue yang udah semakin subur,

"Bun pipi El tambah gede entar" kata gue kesal.

" Yuhuuu, Pak Darmin" sapa gue pada supir pribadi Ayah, beliau udah kerja dengan Ayah bahkan sebelum gue lahir. Oiya beliau baru kembali bekerja Setelah ayah memberikan liburan selama sebulan.

" Pagi juga Non El" sapanya sopan

" Non El" teriak seseorang

Gue berbalik dan mengangkat satu alis seakan mengatakan ada apa?

" Ini loh Jasnya kelupaan " ujar mbok Sum

Gue tersenyum manis, " makasih Ya mbok Sum yang paling cantik tapi cantikkan Bundanya El kemana-mana".

Beliau adalah istri Pak Darmin, sekaligus orang yang  bantuin bunda untuk mengurus pekerjaan rumah.

" Cieee mbok Sum makin bahagia aja nih habis liburan" goda gue, dan hanya dibalas kekehan oleh beliau.

" Ayo non El kita berangkat, " Ujar Pak Darmin.

" Daddada mbok Sum, mhcuah " ujar gue pada mbok Sum, dan tidak lupa memberikan kiss Bye.

Setelah sampai di kantor gue menatap heran para karyawan yang berjejer rapi menghadap pintu utama,

" Ayah tuh karyawan ngapain jejer rapi kayak gitu? Mana lurus bener kayak mau latihan paskib" celetuk gue dengan kekehan

" Andai aja Ayah bisa masukin kamu keperut bunda lagi, udah ayah masukin kamu dari dulu" kata Ayah sambil melayangkan satu sentilan dikening gue yang mulus kayak jalan Tol.

" Dih, ngering banget" ujar gue membayangkan.

" Pak Darmin tau nggak kenapa meraka berjajar Rapi gitu?" Tanya gue

" Itu adalah tradisi ketika ingin menyambut bos yang baru, Non" jelas Pak Darmin.

Gue hanya mengangguk mengerti " kayak nya pak Darmin lebih pintar dibandingkan Ayah deh" kata gue sambil melirik ke arah Ayah

" Ayah pecat kamu Jadi Anak" kata Ayah kesal.

" Eee Jangan dong, Ayah nggak ada tandingannya kok" ujar gue membujuk Ayah, bisa berabe kalau gue dipecat jadi anak.

" Iyadeh, hayuk kita turun " katanya lalu keluar dari mobil

" Hayuk" ujar gue menyusul Ayah.

Gue berjalan dibelakang Ayah. Banyak di antara Mereka yang menatap gue dengan kaget, heran, dan masih banyak tatapan yang nggak bisa gue artikan satu-satu. Untung tidak ada yang jungkir balik saking kagetnya.

ELSHANUM AZ-ZAHRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang