BAB 10 ELSHANUM

188 46 1
                                    

Jakarta, 10 Februari 2014

Sekolah gue dari UI atau Universitas Indonesia nggak terlalu jauh, tapi taukan Jakarta macetnya kayak gimana. Terlebih lagi di jam-jam sibuk seperti ini.

Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar yang ada di Indonesia, apa lagi jika kota tersebut tak memiliki transportasi publik atau umum serta sistem lalu lintas yang memadai. Bukan hanya itu, kemacetan terjadi juga dapat disebabkan oleh jumlah masyarakat atau penduduk dalam suatu yang begitu padat, misalnya seperti Ibu Kota .Biasanya kemacetan terjadi di daerah-daerah yang dekat dari fasilitas umum seperti sekolah, pasar, terminal bus, stasiun kereta api, persimpangan kereta api hingga lampu merah. Seperti sekarang ini gue, Aisyah, Rama, dan juga Kayla yang terjebak macet. Gue menghela napas kasar, entah berapa kali lampu lalu lintas itu berubah warna menjadi hijau tapi tetap saja motor yang gue kendarai masih berjalan seperti siput, hal yang paling gue benci dari kota ini adalah kemacetannya yang tak pernah usai, ditambah dengan cuaca yang sangat panas. Disaat- saat seperti inilah gue selalu berfikir untuk pergi jauh dari kota ini, entah itu untuk menuntut ilmu atau kabur dari kemacetan seperti ini.

"El" panggil Aisyah

" hem.." balas gue masih fokus menatap lampu lalu lintas yang berubah warna setiap lima menit

" aku mau Tanya, boleh?" Tanya Aisyah

Gue yang mendengar itu menghela napas kasar, sebenarnya gue sangat malas untuk menjawab pertanyaan saat ini, tapi mengingat dia baru beberapa minggu di kota ini membuat gue dengan sangat terpaksa meladeni segala pertanyaan yang akan ia lontarkan " penting banget?"

" nggak juga sih...tapi aku sedikit penasaran aja" jawabnya sedikit memajukan badannya kedepan, mungkin dia takut gue nggak dengar apa yang dia ucapkan karena suara kendaraan yang memenuhi jalanan

" yaudah mau Tanya apa ?" ucap gue sedikit malas,

" El, kalian sahabat dari kapan?" Tanyanya sambil sesekali menatap Kayla dan Rama yang berada didepan gue

Gue yang mendengar pertanyaan yang Aisyah lontarkan, membuat gue menggelengkan kepala malas, benar- benar pertanyaan yang tidak penting sama sekali, tapi mengingat dia baru saja menjadi teman dekat gue, mungkin saja dia penasaran apa yang membuat gue bisa berteman dengan ketiga orang tingkah dan sifatnya berbeda satu sama lain, yang keanehannya diatas rata-rata. "Hem, dari TK" jawab gue. Yah gue, Alif, Kayla, dan Rama itu sahabat dari TK. Gimana kita nggak sahabatan rumah kita tetanggan semua. Posisi rumah gue dan Alif bersebelahan, didepan rumah kami ada rumah Rama dan Kayla yang bersebelahan. Jadi itulah yang buat kami berteman sejak kecil.

" Dulu kami cuman berempat" kata gue

" Sekarang udah berlima" lanjut gue sambil menjalankan motor karena lampu lalu lintas sudah berganti warna, hal yang paling gue tunggu dari tadi

" Ha? Satunya siapa ?" Tanya Aisyah sedikit berteriak karena suara kendaraan.

" Satunya itu lo, Aisyah" balas gue ikut berteriak, gue bisa lihat dari kaca spion motor kalau Aisyah sedang mengerutkan keningnya setelah mendengar ucapaan gue

" Lagian yah, rumah lo kan dibelakang rumah gue. Itu adalah alasan yang sangat-sangat valid untuk membuat lo jadi bagian dari persahabatan gue dan mereka." jelas gue. Setelah mengucapkan itu, gue bisa dengar Aisyah tertawa, mungkin dia berfikir kenapa alasan seaneh itu bisa menjadikan gue dan dia sahabat.

" Nah udah sampai" ucap gue saat kami sudah berada di depan penjual bakso favorit gue dan ketiga sahabat gue

"Ayo, udah laper nih gue" kata Rama dan langsung mencari meja yang kosong.

Setelah menemukan meja yang kosong Rama melangkahkan kakinya menuju meja tersebut. Dan kemudian di ikuti oleh gue, Aisyah, dan juga Kayla.

" Mau pesan apa nih ges?" Tanya Kayla sambil memegang kertas menu.

ELSHANUM AZ-ZAHRA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang