.
.
.
.
."HAECHAN! CEPETAN DIKIT BISA GAK SIH BANGSAT?"
"LO BERISIK BANGET SIH JENONG!!"
"MAKANYA CEPETAN!"
"YA SABAR, INI JUGA LAGI USAHA."
"TENAGA NYA KELUARIN! JANGAN MLEYOT, PAKE OTOT BISA?"
"guguk. Lo kalau mau teriak jangan keras-keras! Tar gue budek." Ucap Haechan sambil membanting tang ditangannya dan terduduk lemas di bawah pohon.
Jeno yang sedari tadi duduk diam di bawah pohon menggeser duduknya sembari memeluk Jaemin yang tampak semakin pucat. "jauhan Lo dari gue satu meter! ludah Lo muncrat kena idung gue yang mancung bingits kek Salman khan."
"Bodo amat." Kata Haechan kesal sembari meraih tang yang ia banting tadi. Lalu, menyerahkannya pada Jeno bermaksud untuk Menyuruhnya meneruskan aksi membobol gembok gerbang sekolah yang gagal dilakukannya.
Jeno dengan terpaksa meraihnya dan berdiri dengan malas. "Nanti idung gue jadi pesek kena ludah orang kayak Lo. Ribet, tar kalo Lo gak mau tanggung jawab kan bahaya."
"Iya, Terus nanti telinga gue jadi budek gara-gara Lo! tar Lo pasti susah disuruh tanggung jawab tuh pasti."
"Bodo, gak peduli gue Chan."
Haechan berdecak, memilih diam seraya menyenderkan kepalanya di dahan pohon.
"Ck, besinya kuat banget anjir. " Kesal Jeno.
"Pasti kurang tenaga sama otot itu Jen." Timpal Haechan, menyindir.
"Masa? Udah full ini."
"Coba cek otot Lo! Kali aja tu otot mleyot." Balas Haechan kembali. Sengaja Membuat Jeno kesal.
"Serah Lo anjir, lagi males marah nih gue." Kata Jeno sinis. "Tau ah gue males. Gimana dong? Kayaknya kita gak bisa keluar deh Chan."
"HEH, SEMBARANGAN! TERUS SI JAEMIN GIMANA? UDAH SEJAM LEBIH DIA KAYAK GINI..!"
"TERUS GUE HARUS GIMANA? LO LIAT SENDIRI TADI..! GEMBOK INI UDAH KEBUKA DUA KALI CHAN, DAN LO LIAT? GEMBOKNYA NYAMBUNG LAGI, LAGI DAN LAGI."
"AIR LIUR LO MUNCRAT JEN, MUNCRAT."
Jeno mendelik. "Ah, ngerusak suasana Lo Chan! padahal kita udah mau ribut tadi. Lo sih, gak jadi ribut kan? Gak seru banget, guguk lah."
"Di situasi kayak gini Lo masih sem___ NAH LOH JEN!! KULIT SI JAEMIN KENAPA KAYAK ABIS KEBAKAR GITU ANJIR."
"ECHAN ADUH, LO APAIN ADIK GUE?"
"Sumpah, gue gak ngapa-ngapain."
Haechan dan Jeno kalang kabut. Panik melanda mereka, Haechan yang tanpa sengaja melihat seember air berisi comberan, tanpa pikir panjang mengambilnya.
Ia mendorong tubuh tegak Jeno yang menghalangi jalan dan menyiramkan air di dalam ember itu pada Jaemin.
Jeno melongo, kini sekujur badan Jaemin basah kuyup.
"Jen, sumpah gue gak bermaksud__"
"Lo siram adik gue pake air hujan yang udah kotor Chan?"
Haechan mengangguk kaku. Ia menatap Jeno ngeri. Ini pertama kalinya Jeno marah padanya.
"Lo____"
"Gue cari-cari dari tadi, eh...ternyata disini."
"JAEMIN?!!"
Jeno dan Haechan terdiam kaku. Keduanya sama-sama kebingungan sekaligus takut. Haechan menoleh pada Jeno, begitupun sebaliknya.
Keduanya kembali menatap lurus ke depan, menatap horror Jaemin.
Sedangkan Jaemin yang kebingungan akan tingkah keduanya juga ikut terdiam."K-kenapa?" Tanya Jaemin.
"Lo siapa?" Tanya Haechan, memberanikan diri.
"Gue Jaemin lah, siapa lagi?"
"Oh Jaemin, Lo darimana Jaem?" Tanya Haechan kembali.
Jeno menoleh bingung. Apa yang ditanyakan Haechan? Haechan yang mengerti tatapan Jeno pun hanya mengangguk. Memberi kode untuk diam pada Jeno.
"Gue dari toilet. Tadi kita kayaknya ketiduran di taman belakang deh. pas gue bangun tiba-tiba kebelet, jadi gue pergi ke toilet."
"Harus ya, ketoilet sampe sejam lebih?" Kata Haechan dengan nada sarkas.
"Gue kekunci di sana, gak tau siapa yang ngunci. Tapi tadi pintunya tiba-tiba kebuka, jadi gue buru-buru keluar dan balik ke halaman belakang. Tapi pas nyampe di sana kalian gak ada, jadi gue kira kalian udah pulang. Eh.. malah ketemu disini."
Haechan menyipitkan matanya tak percaya. Alasan Jaemin memang cukup masuk akal, tapi dia masih curiga. "Buktiin kalo Lo emang Jaemin yang asli."
"What? Tunggu bentar! maksudnya Jaemin yang asli? Ini beneran gue woii, Jaemin."
"Tapi itu juga Jaemin." Jeno yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara bicara, mengangkat telunjuknya ke arah Jaemin yang masih pingsan dengan keadaan basah kuyup.
"Dih? Siapa tuh? Berani-beraninya copas wajah gue." Ujar Jaemin kesal. "Gue jaemin asli, itu pasti kw. Lo liat aja dari wajahnya, walaupun wajahnya sama tapi masih gantengan gue kan?"
"Itu kayaknya yang asli deh Jen. Pedenya setinggi gunung Everest gila." Bisik Haechan pelan.
Jeno menggeleng. "Gue butuh bukti yang lebih jelas." Katanya.
"Maruk amat sih lu Jen? Nih ya, hari ini kita udah janji mau couplean kolor warna Lilac yang dibeliin sama bunda kemarin." Ucap Jaemin kesal.
"Harus banget kolor ya?" Heran Haechan.
Jaemin mengangguk. "Ho'oh, soalnya gue gak inget yang lain. Atau kalau masih gak percaya gue bisa buktiin yang lain. Tadi pagi pas berangkat sekolah Haechan sama Renjun nyusruk nabrak mobil orang kan Lo? Terus abis itu kalian kabur!!!"
"Udah Jen, percaya aja. Sumpah, malu gue kalau inget itu."
"Bentar, satu lagi! Tadi pagi kita sarapan apa?"
"Kita sarapan mie lemonilo enak yang diiklanin sama nct dream itu. Yang Lo heboh gara-gara dapat potocard Mark nct dream."
"Ok, Lo emang jaemin."
Haechan mengangguk sumringah."Tapi masalahnya, Jaemin kw yang lagi pingsan itu siapa?" Tanya Haechan, membuat Jeno dan Jaemin terdiam.
"Jangan-jangan jurig lagi?"
"Jangan nakut-nakutin dong Jen!" Pekik Haechan pelan.
Jaemin mengusap bulu tengkuknya pelan. "Kok gue merinding ya? Chan! Jen! Buruan buka gerbangnya, perasaan gue gak enak."
Jeno dan Haechan menggeleng secara bersamaan."kita berdua udah nyoba hancurin gemboknya, tapi gemboknya gak ancur-ancur. Kita udah sejaman lebih kejebak disini."
"Yaudah, manjat aja." Ujar Jaemin heran. Membuat Jeno dan Haechan diam tak berkutik.
"Bego." Umpat Haechan.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensial Game (Nct Dream 00L)
Horror"dimensial game! Game yang dapat bunuh ratusan orang dalam 1 bulan"