9

768 106 6
                                    

.
.
.
.
.

"Abis ini kita belok kemana Jaem?"

"Kok nanya gue? Ya mana gue tau."

"Kan Lo sama Haechan yang tau jalan!!" Pekik Renjun kesal.

Jaemin mendelik. "Kata siapa gue tau jalan hah? Sembarangan Lo pendek."

"Berantem Mulu Lo pada! Kita jalan ke kanan tau." Ucap Haechan memimpin di depan.

"Punya hak apa anda? berani-beraninya sok tau di depan kami." Ucap Renjun berkacak pinggang.

"Jalannya kan cuman ada satu pe'a! Lo mau jalan ke arah kiri terus nyungseb di semak-semak?" Kata Haechan gondok. "Gue Punya kawan kok bodoh banget, heran. Bisa-bisanya nanya mau belok kemana disaat cuman ada satu jalan." Lanjutnya frustasi.

"Serah gue lah." Balas Renjun sewot.

Renjun dan Haechan saling meluncurkan tatapan tajam, membuat Jaemin yang berada di tengah-tengah keduanya menghela napas panjang.

Sedangkan Soobin dan Sanha hanya diam sambil bergandengan tangan dibelakang. Maklum, takut kepisah katanya.

"Eh... Liat tuh! Ada pesawat kertas!!" Seru Jaemin, sukses membuat Renjun dan Haechan mengalihkan pandangan mereka masing-masing.

"Ambil Jun!" Titah Haechan yang langsung diangguki oleh temannya.

Renjun dengan gemetar perlahan-lahan mulai mengambil pesawat kertas itu. Haechan yang gemas pun memukul punggung pemuda itu dan mengambil alih pesawat kertas di tangan temannya.

Setelah Haechan memegang pesawat itu, tiba-tiba cahaya putih berpendar mengelilingi pesawat. Perlahan-lahan cahaya itu mulai meredup dan pesawat kertas yang berada di tangan Haechan berubah menjadi kertas tebal berbentuk persegi.

"Ajaib." Gumam Soobin takjub.

"Ada tulisannya ya Chan?" Tanya Sanha memastikan. ia sepertinya sedikit melihat huruf-huruf yang ditulis dengan tinta berwarna emas tadi.

Haechan mengangguk. "Ho'oh"

"Baca bego! Gue penasaran." Kesal Renjun.

Haechan mendengus dan memberikan kertas itu pada Renjun dengan kasar. "Gue gak ngerti lah anjir, wong tulisannya di tulis pake bahasa Inggris."

"Anjir, bahasa Inggris gue remed. Ni yang nulis siapa sih? Dia gak bisa bahasa indo apa gimana?" Ucap Renjun dan memberikan kertas itu pada Sanha.

"Kok dikasih ke gue? Gue orang Bandung woi, bisa nya cuman bahasa Sunda." Keluh Sanha meringis. Ia melihat kata-kata itu sekilas dan langsung memberikannya pada Jaemin. Melihat kata-kata nya saja Sanha sudah pusing.

Jaemin bergidik dan langsung memberikannya pada Soobin. "Sorry-sorry aja nih ya, tapi gue bukan orang bule, mana ngerti bahasa ginian."

"Soobin cuman tau bahasa dasar." Kata soobin membolak-balikan kertas itu.

"Baca aja dah Bin sesuai pengetahuan Lo." Ujar Renjun.

∘˚˳° if you are reading this, then the game will start ∘˚˳°


"Kamu? Baca? Permainan? Dimulai?" Gumam Soobin terdengar ragu.

"Lo ngomong apa? Sorry gak kedengaran." Ucap Jaemin bingung.

"Kamu, Baca, permainan sama mulai. Soobin cuman ngerti itu. Selebihnya Soobin gak tau, soobin gak pernah belajar bahasa Inggris." Jawab Soobin mengulang.

"Apa mungkin permainan yang kakek gue ceritain bakal segera dimulai?" Tanya Haechan pada dirinya sendiri.

Jaemin membulatkan matanya, perkataan haechan membuatnya gelisah. "Yah.... Jangan dimulai dulu dong!, Jeno belum ketemu."

"Kak! KAKAK!!!"

Haechan, Jaemin, Renjun dan Sanha kompak menoleh secara bersamaan akibat teriakan Soobin.

"kenapa?"

Soobin dengan tergesa menunjukkan kertas yang sedari tadi dipegangnya. Dia memposisikan kertas itu di tengah-tengah agar yang lain bisa melihatnya. "Tulisan di kertasnya berubah." Tunjuknya heboh.

"Kita gak ngerti Soobin!!! Lo translate dulu lah." Pekik Renjun.

"Ular tangga! Kita bakal main ular tangga di babak pertama."

Soobin berteriak heboh, bersamaan dengan itu, tiba-tiba pohon besar disamping mereka berubah menjadi meja seukuran meja tenis.

Diatasnya terdapat dua dadu dan tiga boneka tikus berwarna putih, coklat dan hitam. Pemandangan disekitar mereka juga ikut berubah, yang tadinya hutan kini hanya terlihat ruangan putih kosong tanpa apapun selain mereka disana.

"Papan ular tangga?"

"Gue rasa kita harus mainin dan menangin game ini gak sih?" Tanya Sanha.

Jaemin mengangguk. "Ruangan ini gak ada pintu sama sekali. Mungkin kalau kita menangin permainannya kita bisa keluar dari sini."

"Tapi kenapa cuman ada 3 boneka tikus buat main? Kita kan ada 5 orang." Ucap Soobin heran.

Mereka menggeleng tanda tak tahu. Membuat Soobin menghela napas panjang dan menatap papan ular tangga itu kosong. Namun sesuatu di belakang Renjun, Sanha dan Haechan tiba-tiba mengalihkan perhatiannya.

Ada segumpal cahaya kuning dibelakang mereka, cahaya itu perlahan membesar dan memunculkan 3 pria asing.

Soobin terkejut melihatnya. Jaemin yang berada disebelahnya nya pun tak kalah terkejut. Ekspresi keduanya kompak membuat Renjun, Sanha dan Haechan penasaran sehingga membuat ketiganya menoleh ke belakang.

Belum usai keterkejutan yang dialami kelimanya, satu lagi cahaya kuning muncul kembali disebelah 3 pemuda asing itu. Tak jauh berbeda, cahaya itu membesar dan kali ini menampilkan 3 pria dan 2 wanita.

.
.
.
.
.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang