12

627 90 13
                                    

.
.
.
.
.

"Chan! Lo gak mau cerita sama kita? Lo mau terus-terusan diem kayak gitu hah?" Tanya Renjun kesal.

Sanha menghela napas panjang. "Udah Jun, mungkin disana terjadi sesuatu sama Haechan."

"Justru karna itu San! Dia harus cerita sama kita! Kalo dia diem aja kayak gini kita gak bakal ngerti permasalahannya dimana!"

"Jun, Haechan butuh waktu." Ujar Jaemin pelan.

Disaat Sanha dan Jaemin berusaha menenangkan Renjun, Soobin justru merenung di bawah pohon Dengan kepalanya yang bersandar di pundak Haechan.

Ia sekarang bingung, sebelum permainan dimulai, ia masih bisa melihat keadaan Haechan dalam satu tahun kedepan. Ya, Haechan gugur.

Tapi sekembalinya Haechan dari permainan, Soobin sama sekali tak melihat tanda-tanda kematian dalam diri Haechan. Itu artinya, Haechan masih selamat pada satu tahun yang akan datang.

"Kak!" Panggil Soobin.

Haechan berdehem, menjawab Soobin seadanya.

"Kakak dapat sesuatu di permainan itu?"

"Kenapa nanya gitu?" Heran Haechan.

Soobin menggeleng. "Penasaran aja. Kalo kakak gak mau jawab juga gak masalah."

Haechan mengangguk. "gak sekarang Bin. Kapan-kapan aja." Haechan tersenyum saat melihat Soobin mengangguk mengerti akan perkataan-nya. "Panggil yang lainnya sana!"

Soobin mengangguk mengiyakan perkataan Haechan. Tak butuh waktu lama untuk Soobin mengumpulkan yang lain.

Kini mereka berlima duduk melingkar dengan pandangan yang mengarah pada Haechan. Haechan yang ditatap begitu tentu saja merasa aneh, membuatnya mau tak mau memasang wajah imut sehingga keempat temannya dengan cepat mengalihkan pandangan darinya.

"Guguk. serius kek Lo! Capek nih nungguin Lo cerita dari tadi." Seru Renjun tak sabaran.

"Ya sorry, kalian sih natep gue gitu amat, kan gue jadi salting." Balas Haechan.

"Iya-iya udah syuttt..... Kalian udah ya ribut nya! Pusing nih gue denger kalian ngegonggong Mulu." Lerai Sanha dengan senyum tipisnya.

Jaemin terkekeh. "Gak ngegonggong juga bahasanya San."

"Gue lagi gak mau cerita." Ucap Haechan tiba-tiba.

Hal itu tentu saja membuat yang lainnya kecewa. Apalagi Renjun yang sudah siap dengan ranting yang ia pungut untuk ia gunakan sebagai senjata memukuli Haechan.

"Terus Lo nyuruh Soobin buat manggil kita buat apa anjir? Gak guna banget perasaan."

"Waktu kembali dari ruangan itu, Gue gak langsung kesini." Jelas Haechan.

"Lo kalo mau cerita jangan setengah-setengah ya Echan! Lo mau bikin gue kesel? Mau ribut? Hayyyuuu atuh."

"YA LO NYA JANGAN LANGSUNG NGOMONG DONG! KAN GUE JUGA CERITANYA HARUS SAMBIL NGEHELA NAPAS." Teriak Haechan dengan tangan yang menjambak Surai Renjun.

Renjun yang kesakitan memberontak dengan brutal, ia memukul paha Haechan dengan keras membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Biar apa cerita sambil ngehela napas hah? Mau sok-sokan jadi keren Lo?"

"Ya iya lah. Biar kayak di film-film." Jawab Haechan membuat Renjun mendelik malas.

"Udah! Kalian kok malah berantem sih? Kak Haechan juga ngomong nya lanjutin! Soobin penasaran." Ujar Soobin menyela ditengah-tengah perdebatan keduanya.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang