18

503 81 9
                                    

.
.
.
.
.

Terkejut? Tentu saja. Butuh beberapa saat untuk Haechan mengembalikan kesadarannya hingga ia benar-benar bisa menguasai kewarasannya kembali.

Ia dengan perlahan mulai melangkah dan membuka pintu itu lebar-lebar untuk memastikan penglihatannya yang menurutnya benar-benar sangat gila.

Baru saja ia melangkah melewati pintu, bau anyir sekaligus bau busuk menyapa Indra penciuman nya yang sialnya sangat sensitif.

Sebelum benar-benar masuk, Ia menyempatkan diri untuk menoleh kebelakang guna memeriksa keadaan Sanha yang tidak bisa dibilang baik-baik saja.

"Biar gue aja yang masuk. Jun, Lo jagain Sanha disini." Ujar Haechan yang diangguki oleh Renjun.

"Kalau butuh apa-apa panggil gue aja." Balas Renjun.

Baru saja ia masuk beberapa langkah, Haechan langsung kelabakan menutup hidungnya yang terasa menyiksa karna harus mencium bau busuk yang menyengat.

Isi perutnya bergejolak minta dikeluarkan. Padahal ia belum makan apa-apa semenjak datang ke sini. Tapi rasanya ia ingin memuntahkan segalanya karna saat ini ia benar-benar sangat mual.

Dengan sedikit paksaan, ia kembali berjalan walaupun sedikit tertatih karna menahan bau yang menyengat.

Disekelilingnya ini, ada puluhan atau bahkan mungkin ratusan mayat yang ditumpukkan dengan kejam di berbagai sisi.

Jauh di depan sana, ia bisa melihat beberapa orang yang terlihat masih hidup dipasung dengan sangat mengerikan. Dan salah satu dari mereka adalah Jeno.

Haechan lega. Karna setidaknya, Jeno masih hidup walaupun di pasung secara menyedihkan seperti itu. Ia tidak bisa membayangkan jika Jeno harus menjadi salah satu mayat yang ditumpukkan secara kejam yang membuat ia, Renjun dan Sanha syok melihatnya.

"Jen?" Haechan menghampiri Jeno yang tak sadarkan diri dengan kaki gemetar.

"Gue lama ya?" Tanya nya lirih.

Ia dengan perlahan mulai membuka satu persatu tali yang mengikat temannya itu. Sedikit susah, tali nya diikat dengan sangat baik dan kuat.

Setelah semua ikatannya terlepas, Haechan dengan sigap menahan tubuh Jeno yang ambruk ke depan.

Walaupun sempat oleng beberapa kali, ia dengan sekuat tenaga tetap membawa temannya itu dan menggendong tubuhnya lalu berlari keluar dari sana.

Perasaan Haechan tidak enak, suasananya terlalu tenang dan rasanya sangat mudah. Ia yakin, cepat atau lambat, masalah yang besar akan segera terjadi.

"Jun, lo gendong Sanha ke lift, cepetan!!" Titah Haechan dengan tergesa.

"Lo gila?! Badan nya Sanha lebih gede dari gue anjir!" Pekik Renjun.

"Gusur aja lah gusur! Tenaga Lo kan gede." Ucap Haechan mendahului Renjun dan berlari ke dalam lift terlebih dahulu.

Ia mendudukkan Jeno dan menyenderkan nya pada dinding lift. Ia berniat kembali menghampiri Renjun untuk membantu temannya itu membawa tubuh Sanha yang lemas.

Namun, niat baik itu ia urungkan saat sudah melihat Renjun dan Sanha yang ternyata sudah berada di depan lift.

Renjun memang gila. Ia benar-benar menggusur tubuh Sanha sesuai dengan ucapan asal Haechan. Itu kalau seandainya Sanha keadaannya gak lagi lemes, abis dah tuh Renjun dibacotin sama dia.

"San? Lo gak bisa berdiri?" Tanya Haechan khawatir melihat Sanha yang kesusahan untuk berdiri.

"Gue lemes Chan, gue gak bisa liat mayat sebanyak itu. Mana badannya banyak yang kepisah sama palanya, lagi. Sinting emang." Kata Sanha yang ternyata masih bisa ngomong panjang lebar.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang