30 (END)

839 85 24
                                    

.
.
.
.
.
.

3 bulan kemudian










"21, 22, 23, 2...."

"Gabut amat buset." Canda seseorang sembari duduk di samping Renjun.

"Kantin kuy! Lebih berfaedah daripada ngitungin semut yang lewat." Lanjutnya.

"Jangan sok kenal," balas Renjun menelungkup kan wajahnya.

"Makan dulu, abis itu kita bolos, jengukin Jeno ke RS." Bujuk orang itu menaik-turunkan alisnya.

Renjun menggeleng. "Nanti sore aja, sekarang gue mau ke halaman belakang."

"Nunggu Haechan lagi? Udah 3 bulan Jun." Ujarnya menghela napas.

"Jin, selama mayatnya belum di temukan, Haechan masih hidup." Tegas Renjun bergegas untuk pergi.

Hyunjin menghela napasnya panjang, menghilang nya sosok Haechan yang tiba-tiba sangat lah berpengaruh, Apalagi terhadap ketiga sahabatnya.

Sudah 3 bulan lebih Hyunjin menyamar menjadi seorang murid di sekolah ini, hanya untuk sekedar menghibur mereka. namun nihil, selama ini perjuangannya belum berhasil.

Mereka bertiga benar-benar kehilangan semangat. Para pemain yang tadinya berjumlah ratusan telah tiada, hanya 37 orang yang mampu bertahan hingga akhir.

Keadaan Jeno semenjak ledakan itu sangat lah parah, ia tidak pernah sadar kembali. Dengan kata lain, Jeno koma. dengan bekas luka yang masih setia menghiasi tubuhnya.

Jaemin bahkan sudah jarang sekolah, ia lebih memilih untuk menemani Jeno di rumah sakit. Renjun? Anak itu satu-satunya yang tidak pernah bolos sekolah, bahkan di hari libur pun Renjun tak pernah absen memanjat pagar untuk masuk ke area sekolah.

Alasannya? Jika ditanya, maka Renjun akan menjawab 'menunggu Haechan di halaman belakang' dan Hyunjin tak tega untuk membiarkan anak itu menunggu sendirian. Ia pasti akan selalu menemani anak itu setiap hari.

"Gue temenin Jun!" Teriak Hyunjin berlari.






•••

"Duduk." Ucap Renjun setelah merebahkan dirinya pada rerumputan di halaman belakang.

"Tumben ngomong duluan sama gue?" Cibir Hyunjin meledek.

"Berisik." Balas Renjun sewot. "Soobin sama Sanha gimana?" Tanya Renjun tiba-tiba.

Hyunjin mengernyit terkejut, namun ia senang, akhirnya ada sedikit perubahan dari Renjun. "Baik-baik aja, katanya Minggu depan mereka mau ke Jakarta, jengukin Jeno."

"Terus Bomin? Chenle sama Ji-Sung?" Tanya Renjun lagi.

"Kalau Bomin gak tau, dia gak pernah keluar rumah semenjak kembali dari sana. terus Chenle sama Ji-Sung masih di dimensi itu, nguburin mayat-mayat para pemain yang gugur."

"Mereka gak nemuin Haechan?"

Hyunjin tersenyum getir, ia menggeleng. "Sayangnya enggak," jawab Hyunjin pelan. "Jun," panggilnya. "Lo ikhlasin Haechan ya?" Bujuk Hyunjin.

Renjun menatap Hyunjin sekilas, ia tertawa sarkas. "Gak semudah itu Jin! Gue sama dia udah kenal sejak kecil! Gak semudah itu buat gue relain kepergian dia!"

"Gue tau! Tapi setidaknya lo jangan maksain diri! Kalau gue suruh makan tuh makan! Bebal banget sih Lo?!" Ujar Hyunjin memukul tengkuk Renjun sembari menatap matanya tajam.

Renjun mendengus, menutup kedua telinganya rapat-rapat. "Berisik ah, pergi aja sana!"

"Kalau gue pergi nanti Lo sendirian Jun." Ujar Hyunjin dengan Poppy eyes nya.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang