6

915 132 22
                                    

.
.
.
.
.

"BIADAB KALIAN." Teriak Sanha kesal. Ia berkacak pinggang di depan pintu kamar yang ditempati Soobin dan Renjun.

Tadinya dia keluar karna ingin bercanda. ia berharap Soobin datang membujuknya untuk tidak keluar dan meminta maaf.

Tapi nyatanya ekspetasi tak seindah realita. Dengan biadab nya Soobin sama Renjun malah langsung lari dari kasur terus ngunci itu pintu.

Kini Yang ia lakukan hanyalah menggerutu sembari mondar-mandir tak jelas.

"Gabut juga gue." Gumamnya.

"Apa gue jalan-jalan aja ya keluar?"

"Dih? Jangan, kan hujan! Entar kalau gue disamber gledek kan gak lucu."

"Terus kata Soobin juga diluar ada hantu, kalau gue dirasukin kan ngeri juga."

Tok

Tok

Tok

"ANJIR, ITU YANG NGETOK PINTU SIAPA WOY?" Teriak Sanha histeris.

"Paling tetangga minta garem, bukain sana!" Titah Renjun berteriak dari dalam kamar.

"Ya Lo aja sana! Kalo itu hantu gimana? Coba Lo pikir! Emangnya ada tetangga yang minta garem jam segini?"

"Ada ih San, Bacot banget sih Lo." Kata Renjun membuka pintu kamar dan menggeret Sanha untuk menemaninya ke depan pintu.

"Nih, biasanya jam segini tuh tetangga gue yang namanya Lucas suka random tiba-tiba Dateng ke rumah, minta macem-macem." Ucap Renjun.

"Kok tetangga Lo serem sih? Masa jam 11 lebih Dateng-dateng ke rumah orang."

Renjun tertawa kecil, mengendikkan bahunya tak tahu. Ia membuka pintu rumahnya, dan mengernyit heran saat tak menemukan siapapun di luar.

"TUH KAN!! APA GUE BILANG? INI PASTI KELAKUAN HANTU!" Teriak Sanha histeris.

"Bacot. Gak ada yang namanya hantu San." Ucap Renjun jengah, kemudian menunjuk seseorang yang terduduk lemas di balik pilar-pilar rumahnya yang terbilang cukup tinggi. "Noh, ada orang noh. Samperin sana!"

Sanha menggeleng dengan cepat, ia mendorong-dorong bahu kecil Renjun, menyuruhnya supaya berjalan lebih dulu.

"Badan doang gede, nyali mah kayak balon, kosong."

Sanha memberenggut kesal, tak terima mendengar apa yang telah dikatakan Renjun. Ia menghentak-hentakkan kakinya kesal, mengikuti Renjun didepannya yang menghampiri seseorang yang tak ia ketahui.

"Permisi? Mas? Mas kenap_____LOH JAEMIN?"

"Kenapa? Kenapa?" Tanya Sanha panik, mendengar teriakkan Renjun yang melengking dan keras.

"Itu Jaemin San!" Tunjuk Renjun.

"Lo kenal?"

Renjun mengangguk. "Temen gue."

"Aduh Jaemin! Lo kenapa bisa jadi gini sih? Jeno kemana?" Panik Renjun melihat keadaan Jaemin yang terbilang cukup mengenaskan.

"Renjun sama kak Sanha kenapa berisik banget sih?" Protes Soobin, lengkap dengan piyama yang melekat lucu ditubuhnya.

"Nanti deh bin nanyanya. Ini bantuin gue dulu, bawa temen gue kedalam."

"Hah? Temen yang mana?" Tanyanya menghampiri keduanya.

"LOH? ITUKAN ORANG YANG TADI."















"Chan, sadar dong! Jangan bengong Mulu? Itu mata gak perih apa? Kok Lo kuat sih gak kedip-kedip dari tadi."

"Lo juga Jen? Lo gak sakit apa? Darah Lo keluarnya banyak banget! Masa kalian tega sih sama gue? Gue harus nyari bantuan kemana?"

Jaemin menelungkup kan kepalanya disela-sela lipatan lengannya. Ia menghela napas berkali-kali, mengoceh sana-sini yang tentunya tak dapat didengar oleh teman dan kakaknya.

"JENO!!! HAECHAN!!!"

"Kenapa sih Jaem teriak-teriak Mulu? Gue lagi tidur jadi keganggu kan."

Jaemin membulatkan matanya terkejut. "Loh? Lo kapan sadarnya?"

Haechan mengernyit. "Sadar apaan sih? Orang gue abis bangun tidur!"

"Tidur apaan? Mana ada tidur tapi matanya melotot!!" Ujar Jaemin sembari menggeser posisi duduknya karna takut dan berusaha menjauh dari Haechan.

"Lah? Gue barusan emang abis tidur anjir? Gue tadi juga mimpi kok!" Ucap Haechan mendekati Jaemin. Yang mana membuat yang lebih muda semakin menjauhi dirinya.

"Lo gak tidur ya Echan!"

"Yaudah iya iya gue gak tidur, puas?"

Jaemin menggeleng, ia menunduk, mulai melepaskan tali sepatunya satu-persatu, berjaga-jaga jika Haechan kembali mendekat.

Ia tidak tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang. Jadi ia harus waspada. Apalagi setelah melihat darah yang tadinya ada pada Haechan kini telah hilang seluruhnya. Itu membuat kecurigaan Jaemin semakin meningkat.

"Ih apasih? Lo mau lempar gue pake sepatu?"

"Jangan mendekat! Atau kamu saya lempar." Teriak Jaemin mengacungkan sepatunya tinggi-tinggi. Dengan postur berlagak seperti polisi.

"Gak jelas anjir." Pekik Haechan.

"Chan?"

"Apa?"

"Echan?"

"APASIH NANA?"

"Lo percaya gak kalau gue bilang, dibelakang Lo ada ular Segede dosa Jeno?"

"Dosa Jeno banyak anjir, bisa menuhin seisi alam semesta."

"Oh, gak percaya ya? Yaudah perjuangan kita sampai disini aja ya Chan? Gue mau lari. See you Echan, semoga kita bisa bertemu lagi di suatu hari nanti." Ujar Jaemin sebelum lari meninggalkan Haechan yang diam tak mengerti apa-apa.

"Jaemin ngomong apa ya?" Gumamnya.

"LARI GOBLOK, DI BELAKANG LO ADA ULAR GEDE." Teriak Jaemin dari kejauhan.

Haechan mengernyit bingung, ia menoleh kebelakang sebelum akhirnya ikut berlari tunggang langgang mengikuti langkah Jaemin yang entah ada dimana.

"JAEMIN GUGUK, KENAPA LO GAK BILANG ADA ULAR SEGEDE DOSA JENO SIH MONYET."

.
.
.
.
.

Nah loh, jaemin yang asli ada sama siapa?

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang