7

897 124 13
                                    

.
.
.
.
.

"Hahhh...hahh... Anjir.. anjir, itu makhluk apaan dah, buset."

"Si Jaemin juga kemana lagi? Heran, Tu anak Larinya cepet amat!"

"Apa Chan, apa? Ini gue nih, gue yang Segede gaban gini gak Lo liat? Durhaka Lo!"

Haechan menyengir kuda, menyadari kehadiran temannya yang sedari tadi berada di sisinya.

"Maaf atuh Jaem, kan urang teh gak tau kalo Lo ada disitu."

"Nyenyenye. Btw Chan, kok Lo ninggalin Jeno sih?" Pekik Jaemin.

"Hah? Jeno? ASTAGFIRULLAH JAEMIN!! LO KOK TEGA NINGGALIN SAUDARA LO SENDIRI?"

"KAN GUE PANIK BEGE. LO JUGA SAMA AJA YA GUGUK!"

"Terus gimana? Kita balik lagi ke sana? Kalau ternyata Jeno udah gak ada gimana?" Tanya Haechan frustasi.

"Si Jeno kan tadi pingsan!! Kan gak mungkin dia gak ada. Dia aja gak bakal bisa lari." Jawab Jaemin.

Haechan menghembuskan napas kasar. Kenapa temannya yang satu ini bego kuadrat. "Maksud gue bukan gitu na!! Kan tadi ulernya gede, kalau semisalnya Jeno udah di Telen sama tu ular kan gak mungkin kita bedah tu ular buat ngeluarin Jeno!! Baru liat aja udah panik, ngibrit kesana-sini. "

"Ya Lo jangan ngomong gitu dong!! Kalau ada malaikat yang lewat terus denger ucapan Lo, entar malah dikabulin lagi."

"Ya kan gue cuman memperkirakan situasi dengan keadaan."

"Tapi gak gitu juga! Belum tentu perkiraan Lo bener kan? Entar kalau Jeno kenapa-kenapa pasti gue yang disalahin sama bunda." Ujar Jaemin sendu.

Mendadak, suasana yang tadinya ramai dipenuhi perdebatan kecil antara Jaemin dan Haechan. Kini, tiba-tiba entah mengapa terasa canggung bagi Haechan.

Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, Haechan yang tak pernah kehabisan topik mendadak buntu hanya untuk sedikit mencairkan suasana.

"Eung.... Jaem? Sorry." Ucapnya menunduk. "Kalau gitu, kita balik ke sana lagi ya?"

Jaemin mengangguk pelan. Haechan kembali merasa tak enak, suasana begitu canggung, ia tak terbiasa dengan suasana seperti ini.

Keduanya hanya diam, Jaemin dengan kecemasannya dan haechan dengan pikirannya yang kalut.

Brukk

"Aduh.. badan gue!!"

"Jaem, Lo denger?" Tanya Haechan.

Jaemin mengangguk. "Ayo periksa!"













"Aduh...badan gue!!"

"Eh? Ya ampun, sorry Jun sorry."

Sanha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. ingin tertawa, tapi kasihan.
Renjun terlihat imut saat marah, ia yang tadinya merasa bersalah, jadi bahagia karna jatuh diatas Renjun.

"Kok Lo cekikikan sih? Bantuin Napa!"

Sanha mengangguk. "Iya-iya Jun, sewot amat elah."

"Soobin sama eung..? Jaemin, kalian berdua baik-baik aja?" Tanya Sanha, membantu adiknya berdiri. Sedangkan Jaemin dibantu oleh Renjun.

"Jaem? Lo lagi luka-luka gini emang gak sakit? " Tanya Renjun khawatir.

"Enggak kok Jun, thanks. Gue sama Haechan bentar lagi kesini kok." Jawab Jaemin.

Renjun mengerutkan dahinya bingung." Maksud Lo? Lo sama Haechan? Bentar-bentar, Haechan bakal kesini? Tapi maksud 'Lo' yang mau kesini itu apa? Lo sekarang ada dihadapan gue Jaem."

"Aduh.... Kalian ngomong apa sih? Haechan siapa lagi!?" Protes Sanha merasa bodoh.

"Jaem? Jelasin sekar____"

"Nah, itu mereka!!"

Renjun mendengus, perkataan nya jadi terpotong akibat pekikikan seseorang.

"Eh? RENJUN?"

"HAECHAN!!"

"huwaaaa... Renjun Lo kemana aja si? Tega banget Lo ninggalin kita bertiga di sekolah."

Renjun terhempas beberapa langkah ke belakang. salahkan Haechan yang tiba-tiba saja menerjangnya hingga membuat dirinya kehilangan keseimbangan beberapa saat.

"Aduh, Echan berat." Keluh Renjun, menghempaskan tubuh Haechan dengan kasar.

"Jun?"

"Renjun!?" Panggil Sanha dengan kesal.

"Apa?" Balas Renjun sewot. kekesalannya pada Haechan menjadi menular pada Sanha.

"Temen Lo si Jaemin punya kembaran?"

"Iya, Jaemin punya kakak kembar, Namanya Jeno. Temen gue sama si Haechan juga." Jawab Renjun. "Kenapa emang?"

"Hah? Enggak. Jadi Lo Jeno?" Tanya Sanha pada orang yang datang bersama Haechan.

Renjun dan Haechan sama-sama menoleh ke belakang. Awalnya biasa saja, tapi saat sadar akan sesuatu, keduanya kemudian sama-sama terdiam.

"KOK JAEMIN ADA DUA?" Pekik keduanya.

Haechan dan Renjun saling menatap ngeri. Keduanya menoleh ke arah Jaemin yang datang bersama Haechan dan kembali menoleh kepada Jaemin yang datang bersama Renjun. Keduanya terus melakukan itu berulang kali, membuat Soobin dan Sanha yang tidak tahu apa-apa jengah sendiri.

"Kalian kenapa sih? Kan kak Renjun tadi bilang kak Jaemin punya kembaran kan? Kok kayak aneh gitu liatnya?" Ujar Soobin.

"Y-ya Jaemin emang punya kembaran yang namanya Jeno. Tapi muka mereka beda, gak sama." Jawab Renjun.

"Lah, terus?"

Haechan menggigit bibir bawahnya bimbang. "Sekarang gini, gue tanya, Jaemin temen kita yang asli yang mana?"

Dua Jaemin saling melirik, lalu menunjuk dirinya masing-masing.

"Loh, kok?" Pekik Soobin.

"Gini-gini, biar gue jelasin. Sekarang kita semua duduk dulu ya! Biar enak jelasinnya." Kata Jaemin yang datang dengan Haechan.

Lalu dirinya menunjuk Jaemin yang datang dengan Renjun. Tubuhnya yang tadi penuh luka dengan ajaib telah hilang seluruhnya.

"Thanks udah bantuin gue bawa Renjun kesini. Sekarang Lo boleh pergi" kata Jaemin pada Jaemin yang lain.

Jaemin yang satu lagi pun mengangguk. "Entar Lo jalan ke selatan, jangan ke Utara! Gue yakin, Lo pasti tau hawa disana kurang baik." Ucapnya dan pergi menghilang dari hadapan mereka.

"Jun? Lama-lama kayaknya gue punya penyakit jantung deh."

"Sama Chan, sweatdrop banget gue hari ini. Jantungnya senam Mulu."

"Ok, sekarang biar gue jelasin."

.
.
.
.
.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang