23

442 74 10
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Setelah luka pada Jaemin, Sanha dan Soobin di obati, kini ketiganya berbagi tugas untuk membantu Ji-Sung dan Haechan.

Soobin dan Jaemin sibuk merawat Renjun yang mengalami demam tinggi. Sedangkan Sanha fokus menyiapkan air hangat dan mencari sarung tangan yang dibutuhkan.

"Sarung tangannya cuman ada sepasang." Kata Sanha dengan wajah panik.

"San? Air hangat nya ada gak?" Tanya Haechan sedikit berteriak. Ia dan Ji-Sung baru saja melakukan langkah pertama. Ya, menghentikan pendarahan. Untung saja darah yang keluar dari bahu Jeno tidak terlalu banyak, hal itu membuat mereka bisa bernafas sedikit lega.

"Ada, bentar!" Sanha bersuara. "Ini," Sanha memberikan semangkuk air hangat pada Haechan.

Haechan dengan cepat merebut sarung tangan di tangan Sanha dan membersihkan luka Jeno dengan air yang Sanha bawa. Pisau yang menancap pada bahu Jeno sudah dikeluarkan oleh Ji-Sung.

Untungnya mereka mempunyai Ji-Sung di kelompok mereka. Jika tidak, entah apa yang akan terjadi pada mereka sekarang. Karena satu-satunya orang yang berani mencabut pisau itu di antara mereka hanyalah Ji-Sung.

"Jen, kalau sakit Lo teriak aja ya? Lo juga boleh pegang tangan gue buat meminimalisir rasa sakit nya." Ucap Sanha mengusap dahi Jeno yang berkeringat menahan sakit.

Haechan menepuk bahu Ji-Sung pelan. "Ji, tuker tempat. Gue udah bersihin lukanya, Lo tinggal kasih perban. Gue sama Sanha bakal nyari Paracetamol."

"Paracetamol buat apaan?" Tanya Sanha.

"Obat pereda nyeri. Gue gak tau obat itu ada dimana, soalnya yang bagian nyimpen obat itu tuh ketua PMR gue. Jadi kayaknya bakal butuh waktu lama buat nyari." Jawab Haechan.

"Sekalian buat nurunin demam nya Renjun." Lanjutnya.

Sanha mengangguk mengerti. "Oh ya Jaem, gimana keadaan Renjun?" Tanya nya.

"Sekarang udah agak baikan, demam nya udah gak setinggi tadi." Jawab Jaemin. "Tapi buat jaga-jaga tolong sekalian buatin teh jahe ya? Tadi Renjun bilang dia agak mual."

Sanha menggeleng ragu. "Gue gak bisa bikin nya. Lo Chan?" Sanha menoleh penuh harap pada Haechan.

"Bisa, cuman soal rasa jangan nyalahin gue okay?"

"Emangnya bahannya ada?" Tanya Sanha.

"Tenang aja, ada kok di kantin." Jawab Haechan yang membuat Sanha memukul kepalanya tanpa aba-aba.

Soobin mengernyit, menghampiri mereka berdua. "Bukannya kita udah jauh dari kantin?"

"Ada jalan lain yang Deket, sekalian kita nyari Paracetamol disana." Ujar Haechan.

"Lo pikir kantin itu apotek? Bisa ada Paracetamol segala." Heran Sanha.

"Yah sekolah gue emang gitu San. Anak-anak PMR tuh suka mager ke apotek, makanya suka nitip sama ibu kantin kalau kepepet. Ya misalnya obat udah mau abis."

"Yaudah ayo jalan, Soobin sekalian mau ikut ya." Kata Soobin berjalan terlebih dahulu.

"Jangan! Nanti kalau ada makhluk-makhluk aneh kayak tadi lagi kan bahaya." Larang Haechan.

"Ya itu gunanya kak, kan mati satu sisa dua. Lagian 3 orang bakal lebih aman daripada 2 orang, bantuannya jadi lebih banyak." Kata Soobin sembari menatap Sanha untuk meminta izin.

"Kelamaan mikir San! Udah ayo berangkat." Kata Haechan membuat Soobin bersorak senang.

Sedangkan Sanha menghela kasar, dia aja belum jawab kenapa Haechan udah ayo-ayo aja coba? Udah kayak tau pikiran Sanha aja tu human.

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang