13

610 89 14
                                    

.
.
.
.

Haechan tengah berjalan lurus di lorong sekolahnya yang terletak dilantai 2.
Beberapa kali teman-temannya yang hendak menuju kantin menyapanya dengan senyuman manis yang terlihat tulus namun memiliki berbagai arti.

Ia melihat sekelilingnya yang tampak normal seperti hari-hari biasanya. Namun ada sesuatu yang membuat Haechan mengernyit heran. Ia melangkah secara perlahan memasuki kelasnya yang membuat ia penasaran.

"Kamu terlambat lagi Haechan?" Tegur pak Baekhyun dengan penggaris panjang ditangannya.

Haechan meringis tidak enak, apalagi teman-temannya termasuk Jeno, Jaemin dan Renjun kompak menatapnya tajam dengan mata yang menghunuskan tatapan sinis seakan-akan Haechan telah menggangu kegiatan mereka.

"I-iya pak, maaf."

"Keluar kamu dari kelas saya!!" Teriak pak Baekhyun tegas.

Haechan semakin heran dibuatnya. Masalahnya, pak Baekhyun itu salah satu guru yang terkenal paling lawak yang gak pernah marah dan selalu humble sama murid-muridnya.

Namun dengan perasaan campur aduk Ia dengan ragu kembali melangkah keluar dari dalam kelasnya. Ia kembali berjalan tanpa tujuan dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Kenapa kelasnya sedang melaksanakan pelajaran disaat kelas lain sudah membubarkan diri ke kantin beberapa saat yang lalu. Tumben sekali pak Baekhyun memberikan pelajaran tambahan.

Lagipula sedang apa Jeno dan Jaemin berada dikelasnya dan Renjun? Bukankah kelas mereka berdua ada di lantai tiga?

Anehnya lagi, saat ia melihat keluar jendela melalui kaca kelasnya, ia bisa melihat dengan jelas langit malam yang dipenuhi bintang-bintang bertaburan di luar sana. Sedangkan saat ia melihat keluar, Haechan hanya bisa melihat langit terang yang berbanding terbalik dengan keadaan langit di kelasnya.

"Gak pa-pa Chan, ini cuman mimpi. Mimpi emang selalu aneh." Gumam Haechan pelan.

Dia sadar kalau ini semua hanyalah mimpi, karna dia ingat saat ini dia sedang tertidur di sebuah hutan antah berantah bersama teman-temannya yang lain.

"Chan!"

"Haechan!"

"Si anjir, Lo di panggilin malah gak nyaut-nyaut. Tuh telinga cuman pajangan doang apa gimana?"

"ANJIR HAECHAN!"

"Durjana ya Lo sama gue."

Plak

"SETAN MANA YANG BERANI TAMPAR KEMBARAN RAFFI AHMAD HAH?" Teriak Haechan menggelegar.

"KURANG AJAR!! BERANI-BERANINYA LO BILANG SETAN KE ANAKNYA BAPAK RONALDO YANG TERHORMAT." balas si pelaku tak kalah keras.

"Pengang kuping gue Jen!!" Amuk Haechan pada si pelaku penamparan yang tak lain dan tak bukan adalah Jeno.

"Oh, masih berpungsi tu kuping? Kirain Enggak." Ujar Jeno gedek.

"Napa sih Lo? Sensi amat kek anak perawan." Tanya Haechan kesal sendiri mendengar nada bicara Jeno.

Jeno mendelik. "Lo daritadi gue panggil-panggil gak noleh-noleh ya bab,.....ang bakso, mari-mari sini~ saya mau beli~ " ucap Jeno tertahan karna sang guru BK kesayangan yakni bapak Agus lewat di depan mereka.

"Kenapa kalian masih disini? Anak-anak yang lain sudah berkumpul di aula sekolah. Sebaiknya kalian juga segera pergi kesana karna raja akan segera tiba." Ucap guru BK itu sebelum melanjutkan perjalanan nya.

"Raja apaan Jen? Pak Siwon mau kesini lagi kah?" Tanya Haechan bingung.

Jeno menepuk jidatnya lelah. "Bukan aduh!"

Dimensial Game (Nct Dream 00L)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang