.
.
.
.
.Diluar hujan, Soobin yang awalnya tertidur pulas kini mulai terbangun. Ia memejamkan matanya, saat lagi-lagi kilat menyambar diiringi suara Guntur yang memekakkan telinga.
Ia beranjak dari tempat tidurnya, menyibak sedikit gorden untuk memastikan sesuatu yang sedari tadi dilihatnya.
"Dia masih disini?" Tanyanya pada diri sendiri.
"Soobin? Kenapa?"
Soobin menoleh, menatap manik Renjun yang baru saja bertanya. "Enggak kok, Lagi bosen aja."
"Luka Lo masih belum diobatin kan? Udah, mending Lo tiduran lagi Sono! Nih gue bawain salep buat luka Lo."
"Kak Sanha kemana?" Tanya Soobin seraya menghampiri Renjun.
Renjun menggeleng tak tahu. "Tadi sih dia bilang mau beli kemenyan bentar. Emang Sialan tu anak, Dia kira rumah gue tempat makhluk ghaib singgah gitu?"
"Btw Bin, Kok kulit Lo bisa tiba-tiba melepuh sih?" Tanya Renjun heran.
Soobin menggeleng. "Tadi waktu di tengah jalan aku gak sengaja ngeliat mobil kebakar, dan di dalemnya masih ada orang. Orang itu kayak teriak minta tolong sama Soobin. "
"Heh? Aneh-aneh aja Lo! Perasaan gak ada mobil kebakar deh tadi? Kalau emang ada orang-orang disekitar juga pasti pada heboh." Ujar Renjun. "Terus-terus?"
"Terus ya gitu, Soobin gak tau kenapa waktu itu kaki Soobin gerak sendiri. Dan tanpa sadar Soobin tiba-tiba udah ada di dalem mobil yang kebakar itu, disamping orang tadi. "
Renjun menggeleng tak habis pikir.
Aneh, tapi Jawaban bapak-bapak baju partai tadi juga gak masuk akal sih. Masa dia gak ngeliat Soobin? Jelas-jelas dia ada disamping gue waktu itu - batin renjun.
"Jadi? Segitu doang ceritanya?" Tanya Sanha yang muncul tiba-tiba di belakang Renjun.
"Bangsat, ngagetin Lo!" Umpat Renjun.
Soobin terkekeh geli. Ia menggeleng menanggapi ucapan Sanha. "Enggak, abis itu Soobin narik tangan orang itu. tapi gak tau kenapa pas megang tangan dia, badan Soobin jadi panas gitu? Pas kita berdua udah keluar, Soobin gak ngeliat jalan ataupun mobil. Disana, Soobin cuman liat ada sekolah di tengah hutan."
"Sekolah?"
"Iya, orang itu ngucapin terima kasih sama Soobin. Dan setelahnya semuanya jadi gelap, sampai Soobin denger suara Renjun teriak panggil-panggil Soobin. Soobin sadar setelah itu, terus pas kita mau ke rumah Renjun, Soobin ngeliat orang tadi ngikutin kita sampai sini."
"Terus orang yang Lo ceritain barusan ada disini dong?" Tanya Renjun panik.
"Iya, dia ada di depan gerbang rumah ini daritadi sore. Padahal hujan, tapi dia gak neduh dan tetep duduk disana."
Sanha mendekat, ia mendudukkan dirinya disamping Renjun. "Gue tadi dari luar, kok gak liat?"
"Soobin gak tau."
"Kok serem?"
Renjun mendelik mendengar ucapan Sanha. Ia memukul tengkuk sang teman, membuat Sanha mengaduh kesakitan dengan mata yang setia menatapnya tajam.
"Dan Lo bikin keadaan makin serem gara-gara beli kemenyan." Kata Renjun sinis. "Sekarang gue tanya, Ngapain Lo beli tu barang hah?"
"Ya gak tau lah! Tiba-tiba gue pengen beli kemenyan, jadi yaudah gue beli." Katanya. "Insting adek-kakak ini mah, Soobin ngalamin hal serem. Denger cerita dia barusan, gue bisa simpulin kalau ini berhubungan sama hantu. Dan gue punya kemenyan. jadi aman." Balas Sanha menaik-turunkan alisnya.
Renjun mendengus sebal. "Terus orang yang Soobin bilang ada di depan gimana?"
"Ya biarin, kalau kita samperin terus ternyata dia hantu gimana? Lo mau jadi tumbal?" Tanya Sanha sewot.
"Ya enggak!! Lo jangan nakut-nakutin gue dong! Gue tidur sendiri." Balas Renjun tak kalah sewot. Sedangkan tangannya sibuk memiting leher Sanha, membuat napas pemuda tinggi itu tersenggal-senggal.
"Renjun tidur disini aja! Sama Soobin." ujar Soobin tiba-tiba hingga membuat aktivitas keduanya terhenti.
"Terus gue tidur dimana?" Tanya Sanha memukul paha Soobin pelan. Kasian anaknya lagi luka.
"Kakak kan badannya bongsor, tinggi juga. Gak muat! Soobin gak mau tidur dempet-dempetan." Kata Soobin gak tau diri plus durhaka.
Sanha membulatkan matanya terkejut. Bibir nya mengerucut, ciri khas Sanha kala sedang kesal. Dan kekesalannya bertambah dua kali lipat saat melihat Renjun tertawa terbahak-bahak disamping nya.
"Diem Lo pendek!"
"Bodo, yang penting tidur sama Soobin. Hiya hiya"
"BODO LAH ANJIR, GUE TIDUR DI RUANG TAMU AJA." Pekik Sanha kesal, membanting pintu kamar dengan keras.
Sedangkan Soobin dan Renjun hanya tertawa sembari ber-tos ria.
"Kok kita ada di hutan sih?"
"Chan! Gimana dong?"
Haechan membanting tasnya dengan kasar. Ia menghela napas lelah, keringat sudah bercucuran di dahinya. Ditambah, perutnya yang keroncongan minta diisi membuat kekesalannya semakin bertambah.
"Lo maunya gimana?" Tanyanya balik.
"Gue mau pulang." Jawab Jaemin tertunduk lesu.
"Jen? Lo bawa hp gak?"
"Gak ada, tadi pagi disita sama Pak Suho." Jawab Jeno.
Haechan menghela napas lelah mendengar tanggapan dari Jeno. "Kalo___BANGSAT, ITU APAAN?"
Jeno dan Jaemin sontak berdiri, berlari kecil menghampiri Haechan yang duduk bersebrangan dari mereka. Keduanya sama-sama panik, melihat darah keluar dari tengkuk dan pelipis Haechan Secara tiba-tiba.
"Chan?" Panggil Jeno.
Haechan diam tak berkutik, membuat Jeno dan Jaemin semakin panik dibuatnya.
"Haechan!! Sadar bego." Seru Jaemin keras, mengguncang-guncangkan bahu Haechan secara brutal.
"Jen! Terus Ini gimana___JENO?"
Jaemin membulatkan matanya terkejut, kini ia semakin panik saat melihat sayatan panjang di leher Jeno juga darah yang terus mengalir dari mata kirinya. Hal itu membuatnya tak tega melihat saudaranya mengerang kesakitan dengan tangan yang terus menutupi sebelah mata.
"Jen?" Panggil Jaemin lirih.
"Jangan pernah liat ke atas." Ujar Jeno lirih, sebelum akhirnya terbaring tak sadarkan diri.
Jaemin memejamkan mata, menutup mulutnya rapat-rapat. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, gelap. Jeno tak sadarkan diri, ditambah Haechan yang diam tak bergerak Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
"Gue....... Harus cari bantuan." Gumamnya.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensial Game (Nct Dream 00L)
Horror"dimensial game! Game yang dapat bunuh ratusan orang dalam 1 bulan"