.
.
.
.Dukk
Awhh
Soobin terkekeh pelan melihat pemandangan disampingnya. Ia beranjak, mengusap-usap dahi Renjun yang memerah dengan pelan. Sedangkan di depan, Sanha hanya diam. tak terusik sama sekali dengan gerutuan Renjun yang kesal akibat kepalanya terbentur kaca mobil saat tertidur tadi.
"Masih macet?" Tanya Renjun seraya menyingkirkan tangan Soobin dari dahinya.
"Udah dua jam semenjak Lo tidur tadi." Jawab Sanha. ia juga rasanya pegal jika duduk seperti ini terus-menerus.
"kelamaan, keburu gue mati kalau gitu."
"Heh, mulutnya!! Gue jejelin tai Anjing, mampus lo."
Renjun berdecak, niatnya kan cuman bercanda. "Bin, pinjem paha Lo ya? Pengen tidur lagi."
Soobin menoleh dan mengangguk, tak menolak. "Nanti aku bangunin kalau udah sampai di Jakarta."
"Makasih."
Soobin mengangguk, lalu kembali fokus lagi pada buku yang sedari tadi ia baca.
"Soobin!" Panggil Sanha. "Tolong beliin minuman gih, di depan."
"Terus kak Renjun gimana?" Tunjuk Soobin pada Renjun yang berbaring dengan nyaman di pahanya.
Sanha menyembulkan kepalanya dari kursi depan tempat menyetir. Ia mendelik sebal, saat melihat Renjun yang terlihat nyaman tidur di paha adiknya.
"Biarin aja, Lo langsung keluar aja entar. Biarin si Renjun kejeduk jok sampe ngegelinding ke bawah."
Renjun yang masih setengah sadar, buru-buru membuka matanya. Ia menatap sinis Sanha, lalu mendudukkan dirinya mencari posisi yang nyaman.
"Gue juga minumannya satu ya Bin. Yang dingin."
"Uangnya?"
"Loh? Kok minta ke gue? Ada Sanha ini. Minta sama dia jug buru."
Soobin mengangguk paham, ia menatap Sanha dengan tatapan polosnya sembari megulurkan tangan, meminta uang.
"Nih, beli minuman yang harganya 5 rebu dua. Kalau si Renjun beliin minuman yang seribu aja." Ujar Sanha, memberi uang 11 ribu pada Soobin.
"Kok cuman seribu?" Delik Renjun tak terima.
Sanha menoleh, lalu memelotot garang pada Renjun. "Diem Lo! itu uang gue, ya serah gue. Dan inget, itu bukan ngasih, tapi gue minjemin. Entar kalau udah sampe Jakarta gak mau tau Lo pokoknya harus bayar."
"Perhitungan banget sih? Seribu doang juga."
"Heh! Seribu-seribu gitu juga masih bisa dapet cilok satu."
Soobin yang memperhatikan perdebatan antara Renjun dan kakaknya hanya memijat pelipisnya pusing. Lalu tanpa izin, dia langsung turun dari mobil, tak memperdulikan teriakan Renjun yang keras memintanya untuk sekalian membeli snacks.
Soobin berjalan melewati mobil-mobil yang berjajar, ia berlari kecil menghampiri salah satu stand pedagang yang berjualan di sana.
"Permisi Bu,"
"Ah iya Den? Mau beli apa?" Tanya ibu penjual disana ramah. Membuat Soobin tersenyum manis.
"Saya mau beli mie ayam Bu, harganya berapa ya?"
Loh, kok mie ayam sih Bin?
"Harganya 10.000 Den, tapi karna hari ini lumayan banyak pelanggan yang Dateng, jadi spesial buat Aden, ibu kasih 5.000 deh gimana?"
Soobin tersenyum senang sembari mengangguk antusias. "Wah, kebetulan Bu saya lagi laper." Kata Soobin mengusap-usap perutnya. "Mie ayamnya deh Bu satu, sama pop ice yang lima ribu satu."
"Baik, tunggu sebentar ya." Kata ibu penjual itu beranjak pergi.
"Eh Bu!" Panggil Soobin. "Disini air putih harganya berapaan Bu?"
"Air putih buat apa?" Tanya ibu itu kebingungan.
"Komodo peliharaan saya kayaknya haus deh Bu. Makanya saya inisiatif buat beli air putih." Jawab Soobin durhaka.
"Ah Gak usah beli, ibu kasih aja."
"Mashaallah, ibu baik banget ya ampun, Kalau gitu air putihnya 5 ya Bu?" Pinta Soobin, membuat ibu penjual itu mengangguk.
3 menit Soobin menunggu, dan akhirnya pesanan yang di tunggu-tunggu datang.
"Terima kasih Bu, ini uangnya 11.000, tadi saya makan gorengan satu soalnya."
Soobin beranjak pergi dari sana. Ia melangkah riang menuju mobil kakaknya. Namun langkah nya terhenti, saat netranya menangkap sesuatu yang tak biasa.
"Jun!"
"Ada what?"
"Susulin Soobin gih, masa beli minuman doang sampe 15 menit? Warung nya juga Deket padahal."
Renjun mendengus. "Males ah san, Lo aja sana."
"Gue lagi nyetir. Kalau mobil di depan maju, harus ada yang majuin mobil ini juga. Emang Lo bisa nyetir?" Tanya Sanha datar.
"Gak sih, yaudah gue susulin Soobin aja."
"SOOBIINNNN" teriak Renjun.
Orang-orang yang merasa terganggu perlahan mulai menyembulkan kepalanya dari dalam mobil. Menegurnya yang berteriak seenaknya ditengah jalan.
"Sewot amat sih kalian? Heran."
"Lo ngapain sih bengong di tengah jalan? Buru, si Sanha udah bulukan tuh nungguin Lo dari tadi."
"Bin? Allahuakbar, Lo kenapa sih?"
"Dek? Kalau mau simulasi gila jangan di tengah jalan! Malu diliatin banyak orang." Kata bapak-bapak baju partai yang lagi makan di warung.
"Apaansih? Sembarangan aja gue dikatain gila. Ini loh pak saya lagi ngobrol sama temen saya."
"Kamu indigo? Kalau mau ngobrol sama temen kamu yang dari dunia lain seenggaknya cari tempat sepi dong."
"Apaansih anjing, gak jelas banget?" Kesal Renjun pelan. Emang suka gak tau sopan santun dia tuh kalau lagi emosi.
"Ayo Bin kita pergi." Ajaknya.
"Bin?"
"Soobin? Jawab bego!"
"ASTAGHFIRULLAH SANHA, KULIT SOOBIN KENAPA JADI MELEPUH."
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensial Game (Nct Dream 00L)
Horror"dimensial game! Game yang dapat bunuh ratusan orang dalam 1 bulan"