BAB 37

9.5K 729 30
                                    

Happy reading...
Awas typo bertebaran...
Jangan lupa vote dan komen...
.....................................................................

Hari selanjutnya di sekolah banyak yang menggosipkan Lano.

Pasalnya baru kemarin dia putus dengan Lexa,kini dia terlihat sedang bermesraan dengan Retta.

Para siswi menghujat Retta,dan mengatakan bahwa dirinya jalang perusak hubungan Lexa dan Lano.

Sedangkan para siswa mengatai Lano bodoh, bisa-bisa membuang berlian demi sampah seperti Retta.

Lano?dia hanya cuek dan terlihat tidak perduli, baginya yang terpenting adalah hubungannya dengan Retta.

Sementara itu di lain sisi terlihat seorang gadis yang sedang berada di ruangan yang terdapat banyak komputer.

Siapa lagi kalo bukan Lexa,dirinya sedang mencari bukti tentang hubungan Lano dan Retta.

Setelah berkutat dengan komputer selama lima menit,sebuah senyum merekah di bibirnya saat dia berhasil mengumpulkan beberapa bukti.

"Yes dapet juga"Guman Lexa lalu mengambil handphonenya.

Tak lama kemudian terdengar suara telpon tersambung.

"Halo kak"sapa Lexa

"Halo princess,kenapa?"sapa dan tanya orang yang dirinya hubungi

"Anu kak,tolong nanti malam buat acara prom night di LIHS,Lexa mau bongkar identitas Lexa sebagai pemilik perusahaan L'E Company"kata Lexa.

"Kamu yakin mau bongkar identitas sekarang?"

"Iya kak,Lexa yakin"kata Lexa menyakinkan

"Hah,oke"pasrahnya

"Oke kak bye"

"Bye"

Setelah mematikan teleponnya,Lexa menyeringai lebar.

"Hehehe,tunggu pembalasannya"kata Lexa lalu tertawa seperti psikopat.

Dirinya sudah tak sabar untuk memotong jari-jari milik Lano dan Retta.

Lalu setelah itu dia ingin menguliti mereka,ah sebelum itu dirinya ingin membuat karya dulu di paha Retta.

Jangan lupakan untuk mengambil organ dalam mereka lalu memotongnya dan di berikan kepada Lion.

Oh ya Kiki juga suka bola mata,mungkin dirinya akan senang jika mendapat empat buah bola mata.

Membayangkannya saja sudah membuat Lexa tertawa senang,apa lagi jika melakukannya.

Sementara itu di lain tempat ada seorang pria yang sedang duduk di kursi kebanggaannya sambil menatap layar handphonenya.

Senyumnya melebar kala melihat seorang gadis yang sedang merencanakan pembalasan dendam.

"Tak kusangka kau masih sadis seperti dulu"katanya.

"Ah,berarti tinggal beberapa jam lagi lalu kita akan bertemu"

"Kau membuat kejutan untuk semua orang,tapi aku akan membuatmu terkejut Queen"katanya lalu beranjak pergi.

Kembali lagi ke Lexa,kini dirinya sedang bersiap untuk nanti malam.

Bukan bersiap seperti murid yang lain,dirinya kini sedang menyiksa seseorang yang berani berkhianat kepadanya.

Katanya lebih baik pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan ke inti.

Tek
Tek
Tek

Dirinya kini sedang memotong seluruh jari wanita tersebut.

"Ah, sepertinya aku akan menggambar dulu"kata Lexa lalu mengambil belati yang ada di saku celananya.

Sret

Dirinya mulai menggambar di pipi wanita tersebut.

Si wanita hanya pasrah,inilah akibat jika berani berkhianat dengan seorang Queen.

Sret
Sret

"Yey selesai"girang Lexa lalu menatap hasil karyanya.

Sebuah bunga mawar dia gambar di pipi wanita tersebut.

Lexa lantas merubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali kau menjilat ujung bibirnya yang terkena cipratan darah.

"Bagaimana jika aku menggambar di sini?" Tanya Lexa sambil mengelus paha si wanita.

"Ku..kumohon jangan lagi ak..akh"perkataan si wanita terhenti saat Lexa dengan santainya menggores belati ke pahanya.

"Tunggu sebentar lagi"kata Lexa

Sret
Sret
Sret

Tak lama kemudian terlihatlah gambar bunga Lily di paha si wanita.

"Sekarang di sini"kata Lexa lalu menguliti tangannya.

Matanya terpejam saat rintihan terus menerus dia dengar.

Baginya rintihan kesakitan dari seseorang yang dia siksa adalah alunan melodi yang paling merdu.

"Cu..cukup,lebih baik kau langsung bunuh aku saja"teriaknya yang frustasi.

Siksaan dari seorang Alexa memang tidak ada ampun,lebih baik langsung mati saja dari mata terus merasakan siksaan darinya.

"Are?tapi aku lebih suka menyiksa dari pada membunuh"balas Lexa lalu tertawa.

Ayolah, menyiksa korban sampai mereka memohon untuk langsung di bunuh adalah hal yang menyenangkan dari pada langsung membunuh mereka.

Lexa menaruh kembali belati miliknya lalu beralih ke sebuah paku yang sudah berkarat.

Jleb

Jleb

Tanpa belas kasihan dirinya menusuk kedua bola mata milik wanita yang saat ini nyaris tak bernyawa.

"Argh"teriakannya tertahan saat Lexa menyobek mulutnya dengan santai.

Mata Lexa menatap datar wanita yang berada di bawahnya,keadaannya saat ini sungguh jauh dari kata baik.

Mata yang sudah buta dengan bekas tusukan,mulut yang sobek hingga bawah telinganya kulit yang sudah hilang dari tubuhnya dan jangan lupakan data yang masih terus mengalir.

Bagi orang lain yang melihatnya mungkin sudah merasa mual dan ingin muntah,tetapi tidak untuk Lexa.

Dirinya malah tertawa melihatnya,tangannya kini beralih pada sebuah pedang yang biasa dirinya gunakan untuk mengakhiri korbannya.

"goodbye, may heaven accept you"ucap Lexa lalu menebas leher wanita tersebut hingga terpisah dari tubuhnya.

Darah memucat kemana-mana hingga mengenai wajah ayu miliknya,namun alih-alih jijik dirinya malah dengan santai menjilati mulutnya yang terkena cipratan darah tersebut lalu tersenyum.

"Manis"gumannya lalu meninggalkan tempat pengisian tersebut,meninggalkan darah yang masih menggenang dan mayat yang sudah tak berbentuk manusia tersebut.

Queen of Mafia{Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang