29-TAMAT

40.3K 1.7K 53
                                    

Demi membuat mood sang istri kembali seperti sediakala Levin bersusah payah mencari resep di internet. Dia akan membuatkan kue untuk istrinya yang sedang berbadan dua.

Sementara, Nami yang baru saja bangun mengucek matanya dan keluar kamar saat mulai mendengar suara gaduh dia mencoba mempercepat langkahnya.

Perutnya ia pegang sambil mengelusnya lembut. Dia menatap heran punggung suaminya yang belum menyadari kehadirannya.

“Sayang,” panggil Nami membuat Levin menoleh.

Nami terbahak-bahak saat baju kaos pria itu sudah ternodai dengan tepung. Tangannya pun penuh tepung. Lucu sekali wajahnya yang kini menatap Nami dengan pandangan terkejut.

Niat hati ingin memberikan surprise malah dia yang terkejut dengan hadirnya Nami di belakangnya.

“Sedang apa?” tanya Nami dengan sisa tawanya. Dia mendekat dan melihat loyang adonan suaminya.

Tawa tertahan membuat tubuhnya bergetar. “Mau buat kue, ya?” tanyanya.

“Iya, tetapi gagal. Padahal aku liat resepnya mudah. Bahkan berkali-kali gonta-ganti resep mencari yang paling mudah, ternyata malah saat membuatnya sulit,” keluh Levin.

Tangan Nami mulai menepuk-nepuk tepung di baju suaminya. Dia melebarkan senyum mendengar penuturan suaminya.

“Untuk apa membuat kue sendiri? Kan, kalau mau makan, bisa minta tolong. Nanti aku buatkan untukmu, Sayang,” terang Nami.

Levin menggelengkan kepala.

“Bukan aku yang ingin makan, tetapi mau memberikannya padamu pagi ini,” akunya.

Desiran halus mengalir ke dalam sukma Nami. Dia tersentuh dengan pengakuan lugas apa adanya dari bibir suaminya.

“Terima kasih,” ucap Nami, “sekarang, bersama saja membuatnya.”

Nami membantu Levin dan pekerjaan susah yang dirasakan Levin itu terasa ringan. Perlahan Nami mengajari suaminya. Wajar saja jika Levin tidak mengerti karena dia selama ini hanya berkutak dengan dunia bisnis miliknya.
Untuk makanan dia bisa membeli di luar atau memesan di restoran terdekat rumahnya. Namun, sekarang semua berbeda setelah hadirnya Nami dalam hidupnya.

Kebiasaan makan seafood atau makanan cepat saja itu perlahan pudar. Dia lebih candu menikmati makanan ala rumahan istrinya.

***
Tidak terasa waktu yang dijalani Hanami sudah memasuki usia kandungan sembilan bulan. Tiada terasa bagaimana purnama berganti mentari, bagaimana senja pergi menghadirkan sang fajar.

Hari demi hari dilewati Hanami dengan kandungannya yang kian sehat. Kondisi bayinya selalu mengalami perkembangan baik. Heize bahkan mengatakan Nami harus jaga-jaga hari.

Perkiraan dokter kadang melesat dari waktu yang diperkirakan. Kemungkinan datang lebih cepat.

Harusnya di saat dia sudah hamil tua dan mendekati hari kelahiran buah hatinya sang mertua hadir menemani. Namun, apatah daya karena kehadirannya tidak diinginkan.

“Sayang, kamu ada keluhan, nggak?” Entah sudah berapa kali pertanyaan itu dilontarkan suaminya sejak pulang kantor.

Semua karena semalam dia sedikit mengalami kontraksi pada perutnya membuat Levin semakin posesif dan protektif padanya.

Sebelum berangkat kerja tadi pagi saja selalu memberikan wajengan berulang kali kepada istrinya agar menghubunginya jika merasakan sakit kembali.

“Tidak, Sayang. Mungkin semalam itu hanya kontraksi biasa,” ujar Nami yang melanjutkan melipat pakaian.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang