Pagi kesayangannya Tata 😍
*Happy Reading*
Di terik matahari yang membangkar kulit gadis itu datang ke kantor tunangannya. Tunangan paksa.
Bruk!
Dia membuka kasar pintu ruangan Levin. Bibirnya menyeringai melihat Levin bercumbu mesra dengan wanita yang sama di malam pertunangan mereka.
Sentakan pintu membuat Nami mendorong Levin. Keduanya menoleh ke pintu. Mata Nami mengerjap. Wanita itu adalah tunangan Levin!
“Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang. Kamu wanita tidak tahu diri merebut tunangan orang lan,” ujar Heize. Nami menunduk takut.
“Kamu tidak bisa menyalahkannya. Hubungan kami jauh sebelum ada kamu di sini.” Levin berdiri dan menatap tajam Heize.Heize melipatkan tangan di depan dada. Matanya menatap tenang Levin.
“Kamu tidak akan bisa bersamanya. Pernikahan kita akan dipercepat.”
“Sekali pun kamu menjadi istriku. Aku tidak sudi mengakuimu,” ujar Levin sakras.
“Levin,” lirih Nami. Tangannya menarik Levin.
Heize menatap Nami dan Levin bergantian. Tersenyum meremehkan sebelum dia pergi. Tangannya meraih knop pintu dan memutar setengah miring kepalanya, “Aku tidak akan tinggal diam. Sebelum melakukan jauh sebaiknya kalian berhenti sekarang.”
***
Seorang gadis duduk sambil menyila tangan di depan dada. Matanya menatap lurus ke depan. Alisnya terangkat.
“Ada apa dengan wajahmu? Kamu melihat Levin tunangan?” tanya Rea.
“Apakah merebut Levn dari tunangannya Rea?” Matanya senduh.
“Pertunangan mereka jebakan bukan? Berhenti memikirkan ucapan Heize.”
“Dia akan membunuhku.” Tak bisa dipungkiri Nami yang polos takut akan ucapan Heize. Rea diam.
“Dia tidak akan membunuhmu. Aku akan menghentikannya,” ujar Rea dengan tatapan menerawang.
Nami menyesap teh miliknya. Lalu, beranjak ke kamarnya. Ia butuh istirahat sejenak. Melupakan Heize.
“Dia tidak akan membunuhmu,” gumam Rea. Dia tersenyum tipis dan mengusap pipinya yang basah tanpa sengaja.
***
Di kediaman Aldrick Levin merasa dihakimi. Ibu dan Ayahnya meminta dia datang. Ucapan Heize tidak main-main. Gadis itu benar-benar membuat pernikahan mereka dipercepat.“Minggu depan kalian menikah.” Mutlak. Keputusan itu sudah bulat. Tidak ada yang bisa mengganggu gugat keputusan Tuan Jae Won Aldrick.
Levin meninggalkan rumah orang tuanya. Heize—gadis itu membuat Levin datang ke Rumah Sakit.
Banyak tatapan kagum melihat CEO Aldrick company datang ke sini. Mereka tentu menebak LEvin pasti ingin menemui tunangannya.
“Silakan di minum obatnya 3 kali sehari. Jika panasnya masih belum turun bisa datang ke kemari,” ujar Heize. Levin berdiri di sana dengan tangan dimasukkan di saku celananya.
“Melihatmu datang ke sini membuatku senang,” ujar Heize. Levin mendekati Heize.
“Sepertinya kamu sangat ingin menikmati neraka. Aku bisa melukaimu. Kamulah yang harus berhenti,” ujar Levin dingin.
Heize tertawa. Dia menggelengkan kepalanya.
Plak!
Levin mempar Heize. Gadis itu memejamkan mata. Namun, dia tetap tersenyum tidak marah. Demi apa pun dia mencintai Levin. Sejak lama.
“Itu belum seberapa. Menyentuh Nami kamu akan tahu akibatnya.” Levin meninggalkan ruangan Heize.
“Lihat saja apa yang akan aku lakukan!” Heize mengepalkan tangannya kuat.
***
Seorang wanita menyeringai menatap wanita incarannya menggayung sepedanya dengan semangat.Dia menancapkan gas mobilnya.
Bruk!
“Akhhhhhh!” Nami terjatuh. Dia terserempet mobil. Lutut dan tangannya terluka.
“Ash,” ringisnya. Dia memaksakan diri bangkit. Akan tetapi, sepertinya kakinya keseleo.
Dia memutar balik. Mendorong sepedanya dengan kaki pincang. Sesekali bibirnya merintih.
“Nami!” Rea berteriak panik. Melihat Nami terluka. Gadis itu yang punya suara delapan oktaf membuat Nami meringis.
“Aish! Aku sudah bilang berhenti memakai sepeda buntutmu itu. Aku akan membelikanmu mobil.” Rea membantu sahabatnya masuk sambil mengomel.
“Sepedaku masih baru. Jangan coba membelikanku!” Nami cemberut. Lagian dia tidak suka naik mobil. Naik sepeda membuat ia lebih semangat.
“Aku akan mengompres lukamu,” ujar Rea. Nami menahan tangan Rea.
“Aku bisa sendiri. Berangkatlah bekerja. Aku tidak mau kamu telat,” ujar Nami lembut.
“Ak—“ Nami menggelengkan kepala. Merepotkan orang lain bukanlah dirinya.
Rea terpaksa meninggalkan Nami sendiri. Dia sampai di depan mengirim SMS kepada Levin.
***
Nami POVAku menyerit karena pintu diketuk. Apakah Rea lupa sesuatu? Bukannya dia punya kunci cadangan?
Aku menyeret kakiku ke sana. Levin berdiri menatapku cemas.
“Kamu terluka dan tidak memberitahuku?” ujarnya marah dan cemas.
“Aku tidak terluka parah, Vin. Masuklah.” Aku membuka pintu lebar-lebar untuknya.
“Sepertinya Heize mengabaikan ucapanku,” geram Levin. Dia mengambil es batu dan baskom serta handuk kecil. Mulai mengompres kaki dan tanganku.
“Ash,” ringisku.
Ada raut wajah lelah di raut wajahnya. Apakah aku menjadi beban untuknya?
“Aku tidak bisa mengelak pernikahanku dengan Heize. Daddy dan Mommy tidak membiarkan aku membatalkannya,” ujarnya.
Aku menunduk. Meremas bajuku. Air mataku menetes. Kenapa sesulit ini bersamanya?
“Aku mohon jangan menangis. Aku tidak akan meninggalkanmu,” pintanya. Menghapus liquid di pipiku.
“Aku ingin menikah denganmu.” Aku menggelengkan kepala menolak keinginannya.
“Aku mohon. Biarlah pernikahan ini hanya kita yang tahu. Aku tidak ingin pernikahan pertama dalam hidupku harus dengan wanita lain,” ujar Levin sambil menggenggam tanganku.
“Tapi, aku takut,” lirihku.
“Aku akan membawamu pergi jauh dari Seoul. Kita bisa hidup bersama di tempat baru.”
“Bagaimana pernikahanmu dengan Heize. Kalian pun akan tinggal bersama,” ujarku.
“Aku bisa meninggalkannya. Aku akan selalu menerima kerja sama di luar,” ujarnya.
Apakah yang harus aku lakukan? Menerimanya atau pergi?
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bos! (TAMAT)
FanfictionBacaan mengandung unsur 🔞⚠️ Levin Aldrick adalah seorang CEO di Aldrick Company. Sosoknya yang dingin, tegas dan sukses di usia muda membuat pria berusia 25 tahun itu dikenal publik. Berawal dari rasa amarah yang dimiliki Levin. Datang seorang OG b...