21

31.3K 1.8K 13
                                    


Happy Reading

Selama seminggu bersama Nami mereka sering menghabiskan waktu bersama. Sampai tiba Levin harus kembali ke Seoul.

“Aku akan datang ke sini menemui, Sayang,” ujar Levin. Nami mengangguk dan melepas pelukannya.

“Hati-hati di jalan.” Levin mencium bibir istrinya dan pergi ke Seoul. Dia akan memberikan Heize perhitungan.

Setelah menempuh dua jam perjalanan, ia tiba di Seoul. Levin mengabaikan apload di atas mejanya. Sudah jelas dia tidak akan menyentuhnya.

Namanya dan nama Heize tertera di sana. Terukir dengan indah, sayangnya kehidupan yang dijalani tak akan seindah itu.

“Kamu mengabaikan segala ancamanku. Sepertinya kamu tidak menyayangi hidupmu,” ujar Levin kepada Heize.

Bibir Heize menyeringai. Matanya menantang ke arah Levin.

“Aku akan melakukan cara apa pun untuk memilikimu,” ujar Heize tenang. Kakinya berjalan anggung ke arah Levin.

“Jangan menyentuhku, Bicth,” desis Levin. Atensi Heize melihat jari manis Levin.

“Sialan. Pasti dia sudah menikah dengan gadis murahan itu,” batin Heize.

“Besok pernikahan kita. Persiapkan dirimu dan senyum manismu. Kamu tidak mau nama keluarga kita tercoret, ‘kan?” tukas Heize.

“Sebaiknya kamu pergi sebelum aku melemparmu keluar dari sini!” bentak Levin. Heize mengabaikan ucapan Levin.

“Kamu membuatku semakin ingin menyiksamu,” desis Levin. Ia menarik kasar tangan Heize sampai gadis itu meringis kesakitan.

“Akhhh Levin ashhh,” ringisnya. Gelangnya tertekan bersama tarikan Levin.

Bruk!

Dia melempar Heize sampai terjatuh di lantai. Semua karyawan kaget dan menatap takut kepada Bosnya.

Bahkan sekretaris Levin tidak bergeming. Tangannya gemeteran. Aura yang dipancarkan Bosnya sangat gelap.

“Apa yang kamu lakukan padaku?!” tanya Heize marah.

“Itu belum seberapa,” kata Levin menunjukkan seringainya. Ia masuk ke dalam ruangannya.

Heize berdiri dengan kesal. Dia melotot ke arah karyawan Levin.

“Apa liat-liat?!” Heize membuat mereka berlari ketakutan.

“Awas kamu Nami!” desisnya. Dia yakin semua karena Nami sampai Levin berbuat kasar kepadanya.

***
Malam saat Nami tidur, perasaannya tidak enak. Dia membuka mata dan memikirkan hari besok.

“Dia akan menikah dengan Heize,” lirih Nami. Sudut matanya berair. Istri mana yang mau berbagi suami? Namun, keadaan memaksanya untuk berbagi suami kepada wanita lain.

“Bagaimana jika Levin mencintainya?” tanyanya khawatir. Ia bangkit dari tidurnya. Duduk dan melipat lutunya. Ia menangis, menyembunyikan wajahnya.

“Hikss ... hikss ... Tuha, hikss aku mencintainya. Hikss aku ingin bersamanya hikss ... hikss.” Nami menangis seorang diri.

Bulan mengintip Nami dengan wajah sedihnya. Pepohonan ikut diam mendengar melodi tangis Nami yang menyayat hati.

Di Apartemennya Levin minum begitu banyak minuman alkohol. Ia hanya mencintai Nami, tetapi dia tidak bisa berbuat apa pun.

“Wanita ular itu,” desis Levin.

***
Pagi hari ini adalah hari yang menyakitkan bagi Levin dan Nami. Mungkin juga pada hati seseorang yang tengah menangis, tanpa diketahui siapa pun.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang