6

66.5K 4.6K 240
                                    

Kota Jeju 16:46 KST

Pertama kali datang ke Kota Jeju membuat gadis yang sejak tadi duduk dengan antusiasi tak sabar untuk keluar dari mobil.

"Dengar, ini pertama kali kamu keluar kota. Jangan jauh-jauh karena nanti kamu kesasar," ujar Levin memperingati Nami.

"Aku akan selalu ikut denganmu, Pak," ujar Nami tanpa menatap wajah Levin. Mendengat Nami akan selalu ikut dengannya, Levin tersenyum tipis.

Merekah akhir keluar dari Mobil setelah sampai di The Shilla Jeju. Hotel yang dilengkapi dengan fasilitas bagus dan lengkap.

Belum lagi disekitarnya banyak tempat populer yang bisa dikunjungi, seperti Teddy Bear Meseum, Jeju Jungmun Resort, dan masih banyak lainnya.

Seperti biasa Levin dengan licik akan memangfaatkan kepolosan Nami. Dia berbalik dan menatap Nami datar.

"Kamu ingin memesan kamar apa? Di sini banyak kamar."

"Ha?" Nami melonggo karena dia sama sekali tidak tahu mengenai kamar Hotel.

"Ak--aku tidak tahu," cicitnya. Levin meminta daftar kamarnya. Memberikan lebaran kamar kamar Hotel kepada Nami.

Nami meneguk ludahnya. Bukan  karena dia terpesona. Melainkan harga kamar di sini setara dengan gajinya jika kerja selama 5 tahun.

"Pilihlah," ujar Levin.

"Apakah Pak Levin yang akan membayarnya?" tanya Nami. Levin menggengkan kepala.

"Saya pikir kamu bisa melihat nominal terteras di sana. Mahal sekali dan saya tidak mungkin mengeluarkan uang buat kamu," ujarnya sakras.

Nami mencibir dalam hati. Tahu gini dia menolak ajakan Levin. Namun, perjanjian itu juga membuatnya harus ikut. Akan tetapi bagaimana ini? Ia tak punya uang.

"Cepatlah," desak Levin.

"Ak--aku tidak bisa memesan kamar," ujarnya. Levin mengambil selebar kertas itu dan memberikan kepada resiopsinis.

Dalam hati pria itu tersenyum penuh kemenangan. Baginya dengan tidak ada kamar yang dipesan Nami akan membuat gadis itu tidur di kamarnya.

Bahkan ia memesan kamar hanya untuk satu kasur saja.

Nami mengikuti Levin dari belakang. Menyeret koper mini miliknya. Setelah dia masuk di dalam. Gadis ini menganga.

"Wah cantik sekali aslinya daripada di gambar," ujarnya penuh kagum.

"Terus kamu tidur di mana?" tanya Levin pura-pura gak tahu.

Nami memilin bajunya. Dia menatap sofa Levin dengan pandangan mupeng.

"Ak--aku boleh tidur di sofa gak, Pak?" tanya Nami takut.

"Tidak. Sofa itu saya gunakan untuk duduk bekerja." Tatapan sinis Levin membuat Nami tak tahu harus tidur di mana.

"Lalu, sa--saya tidur di mana?" tanya dengan mata berkaca-kaca.

"Tidur di kasur," ujar Levin.

"Lalu, Bapak?" tanya Nami polos.

"Di kasur juga!" Levin pergi meninggalkan Nami sebelum gadis itu bertanya banyak.

***

Nami POV

Aku menyusun baju-baju Pak Levin di lemari. Dia hanya membawa beberapa baju dan celana.

Aku tak tahu dia ke mana. Sore setelah dia mandi. Dia mengatakan ingin keluar.

Sebenarnya aku tak mengerti mengapa aku seorang OG bisa ikut keluar kota?

Coba saja CEO di perusahanku menaikkan gajiku. Ck, dia sombong sekali. Udah gitu gak pernah ke kantor lagi.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang