24

28.5K 1.4K 30
                                    


Happy Reading

Kesadaran Hanami mulai berkurang. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Levin semakin cemas dengan keadaan Nami.

Gadis itu memuntahkan semua isi perutnya. Menolak makan dan hanya minum air putih saja.

“Sayang, kamu harus makan sedikit saja,” bujuk Levin. Nami menggelengkan kepalanya.

“Nami-ya,” lirih Levin. Nami meringis sakit di cela bibir pucatnya. Matanya memejam sakit. Alisnya hampir menyatu.

“Ahhh sakit,” rintihnya. Levin memegang tangan Nami.

“Aku akan memanggil Dokter,” ujar Levin. Ia menekan tombol yang berada di samping bangkas Nami.

Tak lama kemudian Dokter datang bersama perawat lainnya. Dia langsung memeriksa keadaan Nami.

“Dia harus dioperasi,” ujar Dokter.
“Tapi, Dok. Saya belum menemukan donor ginjal yang cocok untuknya,” ujar Levin dengan nada putus asa.

“Aku sudah menemukan donor ginjal untuk Nami.” Rea datang membawa kabar bahagia itu.
“Siapa?” tanya Levin. Rea bungkam.
“Dia tidak mau ada yang tahu dirinya,” ujar Rea dan menadahkan kepalanya ke atas. Menghalau lelehan air mata yang bisa membuat pipinya sembap.

“Siapkan ruang operasinya,” ujar Dokter. Perawat mengangguk dan keluar.

“Dok, bagaimana dengan kehamilan istri saya? Operasinya tidak berpegaruh, ‘kan?” Levin cemas dengan kandungan Nami.
“Tidak. Kami akan mengusahakan yang terbaik untuk istri Anda.” Dokter pamit meninggalkan mereka.

***
“Apakah kamu yakin?” tanya Dokter Tio kepada Dokter Heize.
“Sudahlah, Tio. Aku jengah dengan pertanyaanmu. Aku Dokter dan aku tahu batas kondisi tubuhku,” ujar Heize kesal kepada Dokter Tio.

Mereka saling mengenal satu sama lain. Dokter Tio adalah teman semasa kuliah Heize di Prancis. Pria itu tentu mengenal Heize. Gadis yang lulus dengan culmed  Dokter Anak terbaik.

“Lembam biru di tubuhmu harus kamu jelaskan padaku,” ujar Dokter Tio dengan nada tegasnya.

Dokter tampan berusia 28 tahun ini menyimpan rasa kepada Heize sejak lama. Sayangnya, gadis ini cuek dan selalu mengatakan punya pria.

“Aku terjatuh,” ujar Heize berbohong. Dokter Tio mendengus.
“Aku tahu mana luka jatuh dan mana luka pukulan.” Heize pura-pura tidak mendengar. Bibirnya menggerutu.

“Permisi, Dok. Semua perlengkapan telah siap.” Dokter Tio mengangguk. Ia mengenakan maskernya dan menatap Heize intens.

“Kamu pikir hidup dengan satu ginjal akan membuatmu kuat? Aku akan memarahimu ketika kamu bekerja terlalu keras. Apa gunanya punya suami kaya raya jika kamu bekerja keras juga,” omel Dokter Tio.

“Cepatlah, Tio. Kamu tahu satu detik saja bisa membuat nyawa pasien melayang. Aku adalah pasienmu sekarang bukan temanmu. Maka lakukan saja tugasmu,” kesal Heize.

Doktor Tio pergi. Dia menatap sosok gadis polos yang diceritakan Heize. Bibirnya sangat pucat sekali.

“Operasi dimulai.” Dokter Tio memakai kos tangan kulit miliknya. Mengambil suntik.

***
Tangan Levin saling bertautan. Sudah banyak doa yang ia lafalkan untuk istrinya.

Detik demi detik telah berlalu. Jam demi jam terlewatkan. Belum ada tanda-tanda Dokter Tio dan Tim medis lainnya keluar.

Ceklek.

Levin dan Rea berdiri. Mereka menatap cemas kepada Dokter Tio. Senyum Dokter Tio membuat mereka bernapas lega.

“Operasinya berjalan lancar,” ujar Dokter Tio. Matanya menatap detail wajah Levin.

“Kedua istrinya berbaring di dalam, tetapi hanya satu yang ia ketahui. Apakah lelaki ini menyakiti Heize?” batin Dokter Tio. Dia menghela napas. Andai dia bukan seorang Dokter, dia akan memberikan pukulan kepada Levin.

“Istri Anda akan kamu pindahkan.” Levin mengangguk. Dia ikut setelah Nami dipindahkan.

Rea masih diam menatap kosong ke depan. Dokter Tio menghela napas.

“Dia baik-baik saja. Wanita angkuh sepertinya tidak akan mati karena operasi,” ujar Dokter Tio.

Rea tersenyum tipis. “Kapan dia dipindahkan?” tanya Rea.

“Sekarang.”

Rea menemani Heize yang terbaring lemah di bangkasnya. Terisak melihat Heize mengorbankan dirinya untuk istri pertama suaminya.

Heize memang istri kedua, istri tak diinginkan dan pastinya mendapat benci dar suaminya. Akan tetapi, kemarahannya sirna saat Rea memberitahu kondisi Nami.

Dokter Tio pergi. Memberikan waktu kepada Rea. Ia pun sedih melihat kondisi Heize.
Derttt ....

“Halo,” ujar Rea.
“Kamu meninggalkan pemotretanmu sudah hampir seminggu. Apakah kamu sakit?” tanya Jimin di seberang sana.
“Maafkan aku. Aku punya urusan,” lirih Rea.
“Iya.” Jimin memelankan suranya mendengar suara Rea seperti menangis.

Tutt.

***
Seorang wanita duduk dengan mata menatap tajam ke depan. Gadis bodoh itu membuat ia mengeraskan rahangnya.

“Bunuh saja Heize. Dia anak tidak berguna,” ujar Chu Eunsan—Ayah Heize.

“Kau pikir aku akan membiarkan dia hidup setelah menipuku? Aku pikir dia akan menyingkirkan Nami. Ternyata wanita sialan itu berbohong. Aktingnya sangat meyakinkan,” ujar Chu Shana.

Dendamnya kepada Nami tidak akan ia lupakan. Shana menyimpan dendam kepada Almarhum Ibu Nami.

Cinta yang membuatnya buta di masa lalu. Wanita itu selalu mendapat cinta dari orang sekitarnya. Bahkan Kim Eunri mencintai Ibu Nami.

Sakit hatinya hampir pupus mendengar kabar kematian Kim Eunri dan Kim Hanara. Akan tetapi, mengetahui mereka punya anak, membuat dendamnya kembali muncul.

Apalagi wajah Nami sangat mewaris Hanara. Mata gadis itu mengingatkannya pada Nara. Mantan sahabatnya.

Shana sudah buta. Sejak kecil ia tidak mencintai putrinya sendiri Heize. Membiarkan Heize menjadi alat untuk dendamnya.

Bahkan kepulangan Heize dari Prancis adalah kemauan Shana dan Eunsan. Eunsan yang gila harta tentu setuju menjodohkan putrinya dengan pengusaha sukses seperti Levin Aldrick.

“Anak sialan seperti Heize harusnya sudah kujual saja di rumah Bordil. Pasti dia memberiku keuntungan banyak,” ujar Eunsan sambil meneguk winenya.

“Terserah!” Shana bangkit dan tidak peduli kepada suaminya. Ia akan mencari cara untuk membunuh Nami.

“Anak itu benar-benar tidak berguna. Aku pikir Levin akan terjebak mengingat dia begitu menyayangi Heize sewaktu kecil,” decak Shana.

Bibirnya tersenyum licik. Kondisi Nami dan Heize yang baru operasi sangat lemah. Ia akan punya peluang melenyapkan wanita sialan itu.

***
TBC

Jejaknya

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang