9

60.4K 3.6K 172
                                    


🌺Happy Reading🌺

Sesuatu yang tak pernah Nami rasakan. Membuat ia tak tahu harus berkata apa. Bahkan dia merintih di bawah kukungan pria posesif yang tak lain adalah Bosnya sendiri.

Levin yang menahan selama ini melepaskan hasratnya. Baginya Nami adalah miliknya. Ia bebas menyentuh Nami di mana pun ia suka.

"Pak Levin," panggil Nami serak.

"Iya," jawab Levin.

"Saya mau pipis," lirihnya. Levin tahu Nami bukan ingin pipis melainkan mencapai puncak klimaks.

Levin semakin mempercepat ritme tangannya. Menyentuh titik sensitif gadisnya. Nami menggelinjang kuat.

Tangannya mengcengkeram kuat seprai. Dadanya naik turun. Keringat menetes dari pelipisnya.

"Ahhhhhh!" Lenguhan panjang Nami menandakan gadia itu mencapai klimaks baru saja. Levin tersenyum puas melihat Nami lemas karenanya.

Baju gadisnya masih utuh serta rok yang masih melekat pada tubuhnya. Pria seperti Levin terlalu ahli dalam urusan bercinta. Nami sendiri hanya gadis polos yang sama sekali tak mengerti.

"Nami ... apa pun ucapanku harus kamu turuti. Bahkan kamu tak boleh berdekatan dengan pria mana pun," ujarnya dengan posesif.

"Kenapa?" tanya Nami lemah.

"Karena kamu milikku," ujar Levin tegas.

Nami tidak mengerti kenapa Levin menganggapnya sebagai milik pria itu. Lama kelamaan ia tertidur bersama usapan lembut di keningnya.

"Suatu saat kita bisa melakukan wahana yang sesungguhnya," ujar Levin.

***

Keesokannya, Nami terbangun di atas dada Levin. Ia mengerjab dan melihat Levin tanpa memakai baju.

"Astaga!" Dia terburu-buru segera bangkit. Bisa-bisanya ia tidur di atas dada Bosnya. Ia takut di pecat karena menjadikan Levin sebagai kasur empuk.

"Diamlah," ujar Levin saat Nami mencoba meloloskan dirinya.

"Aku berat, Pak,"  cicit Nami.

"Tidak," ujar Levin yang masih memejamkan mata. Nami diam dan melihat wajah tampan Levin.

"Gantengnya Bosku," batinnya.

Levin membuka matanya dan menatap Nami yang kini menatapnya polos. Senyum mereka di bibir Nami membuat Levin berdehem.

"Balas atau tidak?" batin Levin. Ia akhirnya tersenyum tipis.

"Morning, Pak Levin," ujar Nami.

"Morming to. Jangan memanggilku Pak jika kita berduaan," ujar Levin.

"Tapi kan Bapak adalah atasanku," ujar Nami.

"Aku bukan atasanmu jika berdua. Tapi aku di atasmu jika kita berdua," ujar Levin ambigu.

Nami yang tak mau mencerna kata-kata Bosnya menguap kecil. Dia minta dilepaskan. Dengan berat hati Levin melepasnya.

"Apa jadwal Bapak hari ini?" Nami mengetuk bibirnya yang memamggil Levin dengan sebutan 'Bapak'.

"Hehehe, apa jadwal ka--kamu hari ini?" tanyanya masih tak biasa.

"Aku akan bertemu dengan salah satu clientku di Restoran." Levin melirik jam. Pukul 07:00 KST.

"Lalu tugasku ikut dengan Bap--kamu apa? Di kontrak perjanjian aku akan memasak untuk kamu, Vin?" tanya Nami.

"Iya, nanti sehabis dari sana kita mampir membeli bahan makanan," ujar Levin.

Posesif Bos! (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang